A.
FUNGSI
BIMBINGAN KONSELING
Paparan yang membahas tentang
fungsi, dapat menambah pemahaman yang berkaitan dengan manfaat atau kegunaan
dan keuntungan-keuntungan penyelengaraan bimbingan dan konseling. Berikut akan
dijelaskan 4 ( empat ) fungsi bimbingan dan konseling, yaitu :
1.
Fungsi Pemahaman
Dengan fungsi ini memungkinkan
pihak-pihak yang berkepentingan dengan peningkatan perkembangan dan kehidupan
klien ( yaitu klien sendiri, konselor, dan pihak ketiga ) memahami berbagai hal
yang essensial berkenaan dengan perkembangan dan kehidupan klien
dengan focus yakni klien
dengan berbagai permasalahannya, dan dengan tujuan-tujuan konseling.
a.
Pemahaman tentang
klien
Pemahaman tentang klien merupakan
titik tolak upaya pemberian bantuan terhadap klien. Sebelum seorang konselor
atau pihak-pihak lain dapat memberikan layanan tertentu kepada klien, maka
mereka perlu terlebih dahulu memahami klien yang akan dibantu itu. Pemahaman
tersebut tidak hanya sekedar mengenal diri klien, melainkan lebih jauh lagi,
yaitu pemahaman yang menyangkutlatar belakang pribadi klien, kekuatan dan
kelemahannya, serta kondisi lingkungannya. Materi pemahaman ini dapat
dikelompokan dalam berbagai data tentang:
1)
Keluarga
2)
Kesehatan jasmani
3)
Riwayat pendidikan sekolah
4)
Penglaman belajar di sekolah dan di rumah
5)
Pergaulan sosial
6)
Rencana pendidikan lanjut
7)
Kegiatan di luar sekolah
8)
Hobby dan kesukaran yang mungkin
dihadapi
Pemahaman
tentang diri klien, pertama kali perlu dipahami oleh klien sendiri yang
menyangkut kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Adapun pihak lain yang juga
perlu memahami diri klien adalah pihak-pihak yang berkepentingan ( guru, orang
tua ). Pemahaman pihak lain terhadap klien dipergunakan oleh konselor secara
langsung untuk memberi pelayanan bimbingan dan konseling, maupun sebagai bahan
acuan utama dalam rangka kerjasama dengan pihak-pihak lain dalam membantu klien.
Bagi
konselor, upaya mewujudkan fungsi pemahaman merupakan tugas awal pada setiap
penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling.
b.
Pemahaman tentang
masalah klien
Pemahaman
terhadap masalah klien membantu konselor dalam memeberikan penanganan masalah,
oleh karena itu maka pemahaman ini wajib dilaksanakan. Pemahaman terhadap
masalah klien terutama menyangkut jenis masalahnya, intensitasnya, sangkut
pautnya,sebab-sebabnya dan kemungkinan berkembangnya masalah ini jika tidak
segera ditangani. Pihak-pihak yang perlu untuk memahami masalah klien adalah
klien itu sendiri, orang tua dan guru, serta konselor. Apabila pemahaman
masalah klien oleh klien sendiri telah tercapai, agaknya pelayanan bimbingan
dan konseling telah berhasil menjalankan fungsi pemahaman dengan baik. Dalam
kaitan ini tidak jarang terjadi klien merasa telah terbantu dan merasa sanggup
memecahkan masalahnya sendiri, setelah masalah itu terungkap melalui konseling
dan dipahami dengan sebaik-baiknya oleh klien. Klien merasa konseling telah
selesai dan telah berhasil membantunya. Usaha pemecahan masalh selanjutnya akan
ditangani oleh klien sendiri.
Bagi
siswa yang perkembangan kehidupannya masih banyak dipengaruhi oleh orang tua
dan guru pemahaman masalah juga diperlukan oleh orang tua dan guru siswa yang
bersangkutan. Orang tua, guru dan konselor merupakan tiga serangkai yang amat
berkepentingan dengan kemajuan anak-anak secara optimal. Ketiganya memerlukan
pemahaman yang mendalam terhadap siswa.
c.
Pemahaman tentang
lingkungan yang lebih luas
Untuk
dapat memahami individu secara mendalam, maka pemahaman terhadap individu tidak
hanya mencakup pemahaman terhadap ligkungan dalam arti sempit ( seperti keadaan
rumah tempat tinggal, keadaan sosio ekonomi, dan sosio emosional keluarga,
keadaan hubungan antar tetangga dan teman sebaya ), tetapi termasuk pemaman
terhadap lingkungan yang lebih luas itu yaitu deperolehnya berbagai informasi
yang diperlukan oleh individu seperti informasi pendidikan dan jabatan,
informasi promosi dan pendidikan lebih lanjut, bagi para karyawan, dan lain
sebagainya.
Para
siswa perlu memahami dengan baik lingkungan sekolah meliputi hak dan tanggung
jawab siswa terhadap sekolah, lingkungan fisik, tata tertib yang harus dipatuhi
oleh siswa, aturan-aturan-aturan yang menyangkut kurikulum, pengajaran,
penilaian, kriteria kenaikan kelas, hubungan dengan guru dan sesama siswa, dan
lain sebagainya. Pemahaman terhadap hal-hal tersebut akan memungkinkan siswa
menjalani kehidupan sekolah sebagaimana dikehendaki.
Disamping
pemahaman terhadap informasi tersebut, para siswa juga perlu untuk memahami
berbagai informasi lain yang berguna berkenaan dengan pendidikan yang sedang
dijalaninya sekarang, kaitannya dengan pendidikan lanjutan dan kemungkinan
pekerjaan yang dapat dikembangkannya kelak. Bahan-bahan tersebut sering disebut
informasi pendidikan dan informasi jabatan / pekerjaan. Dengan bernagai
informasi itu para siswa dimungkinkan menjangkau pemahaman tentang perkembangan
situasi di luar sekolah dan kemungkinan masa depan mereka.
Adapun
untuk klien dari lingkungan tertentu juga memerlukan pemahaman tentang
lingkungan mereka yang “lebih luas”. Para karyawan memerlukan pemahaman tentang
pekerjaan yang mereka tekuni, hubungan kerja dengan pihak-pihak tertentu,
sistem promosi, pendidikan untuk pengembangan karier lebih lanjut.
Bagi
para orang tua dan suami / istri memerlukan pemahaman tentang berbagai hal yang
lebih luas menyangkut kehidupan keluarga dan perkawinan, menjaga hubungan yang
harmonis, kiat mendidik anak,seks sehat, dan sebagainya. Pemahaman terhadap
hal-hal tersebut sangat berguna bagi pelaksanaan tugas mereka sehari-hari
ataupun pemecahan masalah mereka dan pencapaian tujuan-tujuan yang ingin mereka
wujudkan. Pemahaman oleh klien tentang lingkungan yang lebih luas perlu
dikembangkan oleh pelayanan bimbingan dan konseling. Konselor perlu menyusun
program yang lebih luas untuk pemahaman yang dimaksudkan itu. Kerjasama antara
konselor dan pihak-pihak terkait seperti guru dan wali kelas di sekolah,
pejabat di lingkungan ketenagakerjaan dan kalangan industri baik negeri maupun
swasta amat diperlukan.
2.Fungsi Pencegahan
Merupakan suatu upaya untuk pencegahan terjadinya suatu masalah. Menurut
Horner dan Mc. Elhanley, tugas konselor tidak hanya mencegah masalah yang
datang menghambat perkembangan individu tetapi merupakan suatu keharusan yang
bersifat etis. Yang bermakna bahwa Fungsi Pencegahan adalah tugas dan kewajiban
yang sangat penting dna menjadi suatu keharusan.
Kegiatan yang berfungsi pencegahan
antara lain berupa program orientasi, program bimibingan karir, investarisasi
data serta progam lainnya yang sejenis. Adapun upaya yang dapat di lakukan
konselor antara lain :
• Mendorong perbaikan lingkungan
• Mendorong perbaikan kondisi pribadi klien
• Meningkatkan kemampuan individu dan mempengaruhi
perkembangan dan kehidupannya
• Mendorong untuk menjauhi hal negatif
• Menggalang dukungan kelompok terhadap individu
Selain
itu ada tahapan pembuatan program guna melaksanakan fungsi pencegahan, yakni :
v Identifikasi permasalahan yang mungkin timbul
Misalnya masalah yang mungkin timbul di sekolah adalah
siswa tidak disipin belajar, suka telat, dll. Dengan mengetahui identifikasi
masalahnya seorang konselor mampu mengerti bagaimana yang harus dilakukan
selanjutnya.
v Mengidentifikasi dan menganalisis sumber penyebab
masalah
Sebuah permasalahan tak mungkin terjadi tanpa suatu
sebab. Sepert kata pepatah bahwa tak ada api kalau tak ada yang
menyulutnya.Seorang konselor yang sudah tahu akan apa yang menjadi masalah
kliennya, hendaknya mencari tahu sumber penyebabnya, agar kita bisa mengatasi
permasalahannya dengan lebih bijak. Tentu saja diperlukan kajian teoritik dan
study lapangan.
v Mengidentifikasi pihak yang dapat memabantu pencegahan
Tanpa dukungan dari pihak – pihak yang terkait, maka
sebuah masalah tak akan terselesaikan.
v Menyusun rencana program pencegahan
Dalam tahapan ini konselor mulai membuat rancangan
penyelesaian masalah klien. Disusun berdasarkan :
-
Spesifikasi
permasalahan klien
-
Hasil
kajian teoritik dan study lapangan
-
Peranan
pihak tekait
-
Faktor
operasional pendukung
v Pelaksanaan dan monitoring
Pelaksanaan program sesuai rencana ddengan kemungkinan
modifikasi yang tidak mengannggu pencapaian tujuan dengan persetujuan pihak
terkait
v Evaluasi dan laporan
Evaluasi dilakukan dengan cermat dan objektif dan
laporannya diserahkan pada pihak terkait untuk ditindak lanjuti.
Uraian diatas merupakan langkah fungsi pencegahan yang
bersifat resmi, namun ada pula tahapan bersifat tidak resmi yang dapat
dilaksanakan langsung dengan klien dan pada saat bimbingan dilaksanakan. Dalam
hal ini pemahaman terhadap siswa dan permasalahannya serta bimbingannnya yang
“lebih luas” menjadi dasar kegiatan pencegahan yang dimaksudkan.
3.
Fungsi Pengentasan
Walaupun fungsi
pencegahan dan pemahaman telah dilakukan, namun mungkin saja klien yang ada di
sekolah masih menghadapi masalah-masalah tertentu. Individu yang mengalami
masalah akan merasa ada sesuatu yang tidak nyaman pada dirinya. Klien yang
mengalami masalah akan datang pada konselor dengan tujuan untuk dientaskannya
masalah yang tidak mengenakan dari dirinya. Disinilah fungsi pengentasan
(perbaikan) itu berperan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan
menghasilkan terpecahnya ata teratasinya berbagai permasalahan yang dialami
klien.
4. Fungsi Pemeliharaan dan Pengenbangan
Fungsi
ini berarti bahwa layanan binbingan dan konseling yang diberikan dapat membantu
para klien dalam memelihara dan mengembangkan keseluruhan pribadinya secara
mantap, terarah, dan berkelanjutan. Dalam fungsi ini hal-hal yang dipandang
positif dijaga agar tetap baik dan mantap. Dengan demikian klien potensi dan
kondisi yang positif dalam rangka dapat memelihara dan mengembangkan berbagai
perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.
B.
Prinsip-Prinsip Bimbingan Konseling
Prinsip merupakan
paduan hasil kajian teoretik dan telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman
pelakssanaan sesuatu yang dimaksudkan. Konselor yang telah memahami secara
benar dan mendasarprinsip-prinsip dasar bimbingan dan konseling ini akan dapat
menghindarkan diri dari kesalahan dan penyimpangan-penyimpangan dalam praktik
pemberian layanan bimbingan dan konseling.
Prinsip-prinsip yang
akan dibahas dapat ditinjau dari prinsip-prinsip secara umum, dan
prinsip-prinsip khusus. Berikut penjelasan prinsip-prinsip umum bimbingan dan
konseling
1.
Prinsip-Prinsip Umum
a.
Karena bimbingan itu berhubungan dengan sikap dan
tingkah laku individu, perlulah diingat bahwa sikap dan tingkah laku individu
itu terbentuk dai segala aspek kepribadian yang unik dan ruwet.
b.
Perlu dikenal dan dipahami perbedaan individual
darpada individu-individu yang dibimbing, ialah untuk memberikan bimbingan yang
tepat sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh individu yang bersangkutan.
c.
Bimbingan harus berpusat pada individu yang
dibimbing.
d.
Masalah yang tidak dapat diselesaikan di sekolah
harus diserahkan kepada individu atau lembaga yang mampu dan berwenang
melakukannya.
e.
Bimbingan harus dimulai dengan identifikasi kebutuhan-kebutuhan
yang dirasakan oleh individu yang dibimbing.
f.
Bimbingan harus fleksibel sesuai dengan program
pendidikan di sekolah yang bersangkutan.
g.
Pelaksanaan program bimbingan harus dipimpin oleh
seorang petugas yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan dan sanggup
bekerjasama dengan para pembantunya serta dapat berseedia mempergunakan
sumber-sumber yang berguna diluar sekolah.
h.
Terhadap program bimbingan harus senantiasa diadakan
penilaian yang teratur untuk mengetahui sampai dimana hasil dan manfaat yang
diperoleh serta penyesuaian antara pelaksanaan dan rencana yang dirumuskan
terdahulu.
2.
Prinsip-Prinsip Kusus
a.
Prinsip-prinsip
yang berkenaan dengan sasaran layanan:
1) Bimbingan
dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku,
agama, dan status sosial ekonomi.
2) Bimbingan
dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan
dinamis.
3) Bimbingan
dan konseling memperhatikan sepenuhnya dan tahap berbagai aspek perkembangan
individu.
4) Bimbingan
dan konseling memberikan perhatian utama kepada perbedaan individual yang
menjadi orientasi pokok pelayanannya.
b. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan
permasalahan individu
1) Bimbingan
dan konseling berurusan dengan hal-hal yang menyangkut kondisi mental/fisik
individu terdapat penyesuaian dirinya dirumah, disekolah serta dala m kaitannya
dengan kontak sosial dan pekerjaan, dan sebaliknya pengaruh lingkungan terhadap
kondisi mental dan fisik individu.
2) Kesenjangan
sosial, ekonomi, dan kebudayaan merupakan faktor timbulnya masalah pada
individu dan kesemuanya menjadi perhatian utama pelayanan bimbingan.
c. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan
program pelayanan
1) Bimbingan
dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan dan pengembangan
individu, karena itu program bimbingan harus disesuaikan dan dipadukan dengan
program pendidikan serta pengembangan peserta didik.
2) Program
bimbingan dan konseling harus fleksibel
disesuaikan disesuaikan dengan kebutuhan individu, masyarakat, dan kondisi
lembaga.
3) Program
bimbingan dan konseling disusun secara berlanjutan dari jenjang pendidikan yang
terendah sampai yang tertinggi.
4) Terhadap
isi pelaksanaan program bimbingan dan konseling perlu adanya penilaian yang
teratur dan terarah.
d. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan
pelaksanaan pelayanan
1) Bimbingan
dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu
membimbing diri dalam menghadapi permasalahan.
2) Dalam
proses bimbingan dan konseling keputusan
yang diambil dan hendak dilakukan oleh individu hendaknya atas kemauan
individu itu sendiri, bukan karena
kemauan atas desakan dari pembimbing atau pihak lain.
3) Permasalahan
individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relavan dengan
permasalahan yang dihadapi.
4) Kerjasama
antara pembimbing, guru dan orang tua amat menentukan hasil pelayanan
bimbingan.
5) Pengembangan
program pelayanan bimbingan dan konseling
ditempuh melalui pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan
penilaian terhadap individu yang terlibat dalam proses pelayanan dan program
bimbingan dan konseling itu sendiri.
C. Orientasi Bimbingan
dan Konseling
1.
Orientasi Perseorangan
Orientasi perseorangan bimbingan dan
konseling menghendaki agar konselor menitikberatkan pandangan pada siswa secara
individual. Namun pemusatan perhatian
terhadap individu itu sama sekalali tidak berarti mengabaikan kepentingan
kelompok, dalam hal ini kepentingan kelompok diletakan dalam kaitannya dengan
hubungan timbal balik yang wajar antar individu dan kelompoknya.
Sejumlah
kaidah yang berhubungan dengan orientasi perorangan dalam bimbingan dan konseling,
yaitu:
1. BK
diarahkan bagi perwujudan diri sendiri setiap individu
2. Pelayanan
BK meliputi kegiatan untuk memenuhi kebutuhan motivasi dan kemampuan tiap
individu agar optimal dan dapat di
manfaatkan
3. Setiap
klien harus diterima sebagai individu dan harus ditangani secara individual
4. Konselor
bertanggung jawab untuk memahami minat, kemampuan dan perasaan klien serta
untuk menyesuaikan program – program pelayanan dengan kebutuhan klien setepat
mungkin
2.
Orientasi Perkembangan
Orientasi perkembangan dalam BK lebih menekankan
pentingnya peranan perkembangan yang terjadi pada saat ini dan yang akan
terjadi pada diri individu di masa yang akan datang. Keseluruhan proses
perkembangan itu menjadi perhatian BK.
Dalam perkembangannya anak-anak berkemungkinan mengalami
hambatan perkembangan kognisi dalam empat bentuk :
- Hambatan
egosentrisme , yaitu ketidakmampuan melihat kemungkinan lain di luar apa
yang dipahaminya.
- Hambatan
konsentrasi , yaitu ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian pada lebih
darii satu aspek tentang semua hal.
- Hambatan
reversibilitas , yaitu ketidakmampuan menelusuri alur yang terbalik dari
alur yang di pahami semula.
- Hambatan
transformasi , yaitu ketidakmampuan meletakan sesuatu pada susunan urutan
yang di tetapkan.
3.
Orientasi Permasalahan
Orientasi masalah secara langsung bersangkut paut
dengan fungsi pencegahan, fungsi pengentasan, fungsi pemahaman dan fungsi
pemeliharaan atau pengembangan pada dasarnya juga bersangkut paut dengan
permasalahan pada diri klien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar