Desain penelitian
eksperimen dikelompokkan menjadi 3, yaitu desain pra-eksperimen, desain
eksperimen sungguhan, dan desain eksperimen semu.
1.
Desain Pra-Eksperimen
Model desain
pra-eksperimen disebut juga dengan eksperimen lemah atau “weak eksperimen”
karena tidak ada penyamaan karakteristik (random) dan tidak ada pengontrolan
variable. Model ini danjurkan untuk penelitian latihan, tidak untuk penelitian
tesis, disertasi atau penelitian-penelitian yang hasilnya digunakan untuk
penentuan kebijakan, pengembangan ilmu, dan lain-lain. Dalam model desaain
penelitian ini, kelompok tidak diambil secara acak atau pasangan, juga tidak
ada kelompok pembanding, tetapi diberi tes awal dan tes akhir di samping
perlakuan. Contoh penggunaan model ini adalah dalam pelatihan pegawai. Berikut
ini adalah bentuk-bentuk rancangan pra-eksperimen.
a.
Postest Only Design
Dalam
rancangan ini perlakuan atau intervensi telah dilakukan (X), kemudian dilakukan
pengukuran (observasi) atau postes (02). Selama tidak ada kelompok control,
hasil 02 tidak mungkin dibandingkan dengan yang lain. Rancangan ini sering
disebut “The One Shot Case Study”. Hasil observasi ini (02) hanya memberikan informasi
yang bersifat deskriptif. Rancangan tersebut dapat digambarkan:
Eksperimen Postes
![]() |
Dalam rancangan ini sama sekali tidak ada
control dan tidak ada internal validitas. Sifatnya yang cepat dan mudah
menyebabkan rancangan ini sering digunakan untuk meneliti suatu program yang
inovatif, misalnya dalam bidang pendidikan kesehatan. Di samping itu rancangan
ini tidak mempunyai dasar untuk melakukan komparasi atau perbandingan. Oleh
karena itu, kesimpulan yang diperoleh dapat menyesatkan. Akan tetapi, rancangan
dapat digunakan untuk menjajagi masalah-masalah yang diteliti atau
mengembangkan gagasan-gagasan, metode-metode, atau alat-alat tertentu.
b.
Rancangan “One Group Pretest-Postest”
Rancangan
ini juga tidak ada kelompok pembanding (kontrol), tetapi sudah dilakukan
observasi pertama (pretes) yang memungkinkan peneliti dapat menguji
perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen (program). Bentuk
rancangan ini adalah sebagai berikut.
Pretes Perlakuan Postes
![]() |
Kelemahan rancangan
ini adalah tidak ada jaminan bahwa perubahan yang terjadi pada variable
dependen karena intervensi atau perlakuan. Akan tetapi, perlu dicatat bahwa
rancangan ini tidak terhindar dari berbagai macam kelemahan terhadap validitas,
misalnya sejarah, testing, maturasi, dan instrument.
Desain ini hanya melibatkan satu kelompok siswa dan
seorang guru, desain ini akan tampak dapat mengendalikan perbedaan antar-subyek
serta variable situasional. Akan tetapi, pengendalian itu hanya bersifat
superficial (dangkal saja).
Kelemahan
utama desain satu kelompok ini adalah, karena tidak menggunkana kelompok
pengendali, maka pelaksana eksperimen tidak dapat beranggapan bahwa perubahan
yang terjadi antara hasil prates dan pasca-tes itu disebabkan oleh perlakuan
eksperimental. Selalu ada kemungkinan bahwa variabel luarlah yang menyebabkan
semua tau sebagian dari perubahan itu. Jadi desain ini tidak memilki validitas
internal.
Dua
variabel luar yang tidak dikendalikan dalam desain ini adalah sejarah (history)
dan pematangan (maturation). Yang dimaksud dengan sejarah sebagai sumber
variabel luar adalah kejadian-kejadian khusus yang dapat terjadi pada selang
waktu antara pemberian pra-tes dan pelaksanaan pasca-tes, yang bukan perlakuan
eksperimen. Sedangkan yang dimaksud dengan pematangan adalah
perubahan-perubahan dalam diri subyek sendiri yang terjadi bersama lewatnya
waktu. Di antara pelaksanaan pra-tes dan pasca-tes itu, anak-anak bertumbuh
rohani dan jasmaninya serta mereka mungkin telah memperoleh
pengalaman-pengalaman yang dapat mempengaruhi variabel-terikat. Sejarah dan
pematangan menjadi sumber variansi luar yang semakin kuat jika jarak waktu
antara Y1 dan Y2 itu terlalu lama.
Kelemahan
lain dari desain ini adlah desain tidak memberikan suatu cara untuk menilai
pengaruh pra-tes Y1 itu sendiri. Kita tahu bahwa ada efek terlatih (practice
effect) pada waktu subyek mengerjakan tes itu untuk kedua kalinya, atau bahkan
ia mengerjakan bentuk lain dari tes tersebut. Artinya, subyek dapat mengerjakan
tes kedua itu dengan lebih baik, sekalipun tanpa adanya pengajaran atau
pembahasan selama waktu di antara kedua tes tersebut. Hal ini berlaku bukan
saja bagi tes hasil belajar dan tes kecerdasan, melainkan juga bagi tes
kepribadian. Dalam hal tes kepribadian, umumnya tampak adanya kecenderungan ke
arah penyesuaian diri yang lebih baik.
Hasil
tes-dan-tes-ulang (test-retest) ini merupakan salah satu segi dari persoalan
yang lebih besar, yaitu masalah reaktivitas (reactivity) alat pengukur. Yang
dimaksud dengan rektivitas adalah kenyataan seringnya terjadi reaksi antara
subyek dengan ukuran pra-tes, dan reaksi inilah yang menyebabkan perubahan
dalam ukuran Y2, bukan pemanipulasian X. ukuran yang menyebabkan subyek
memberikan reaksi disebut ukuran reaktif (reactive measures). Sebagai contoh,
dalam studi tentang perubahan sikap, skala itu sendiri mungkin dapat berfungsi
sebagai perangsang (stimulus): artinya, subyek mungkin memberikan reaksi kepada
isi skala itu dan reaksi inilah yang menyebabkan perubahan sikap yang diamati,
sekalipun tidak diberikan perlakuan eksperimental. Efek ini tampak jelas sekali
jika pra-tes tersebut mempunyai isi yang controversial tau baru, atau jika
pra-tes tersebut mempunyai efek yang memberikan dorongan tertentu kepada
subyek.
c.
Perbandingan Kelompok Statis (Static Group
Comparison)
Rancangan
ini hampir sama dengan rancangan
yang pertama, tetapi menambahkan kelompok control atau kelompok pembanding.
Kelompok eksperimen menerima perlakuan (X) yang diikuti dengan pengukuran kedua
atau observasi (02). Hasil observasi ini kemudian dikontrol atau dibandingkan
dengan hasil observasi, pada kelompok control, yang tidak menerima program atau
intervensi. Rancangan ini dapat diilustrasikan sebagai berikut.
Perlakuan Postes
X
02
|
02
|
Kelompok
Eksperimen
Kelompok Kontrol
Dengan
rancangan ini beberapa factor pengganggu seperti history, maturation, testing,
dan instrumentation dapat dikkontrol walaupun tidak dapat diperhitungkan
efeknya.
Desain
ini telah digunakan dalam banyak penelitian tentang metode di bidang
pendidikan. Prestasi siswa yang diajar dengan suatu metode baru dibandingkan
dengan prestasi siswa dari kelas serupa yang diajar dengan metode tradisional.
Desain
ini memiliki kelompok pengendali, yang memungkinkan dilakukannya perbandingan
yang disyaratkan bagi nilai ilmiahnya. Jika pada ukuran Y2, kelompok coba itu
lebih baik daripada kelompok pengendali, maka peneliti merasa lebih yakin dalam
kesimpulannya bahwa perbedaan itu disebabkan oleh perlakuan eksperimental yang
telah diberikan kepada kelompok coba.
Akan
tetapi, desain ini mempunyai kelemahan dasar. Karena desain ini tidak
menggunakan pengacak (randomization) ataupun pemadanan (matching) dalam
menempatkan subyek ke dalam kelompok coba dan kelompok pengendali, kita tidak
dapat berasumsi bahwa kedua kelompok tersebut sama sebelum perlakuan
eksperimental diberikan. Kedua kelompok tersebut mungkin berbeda dalam beberapa
variabel relevan tertentu, dan mungkin perbedaan inilah yang menyebabkan
perubahan yang diamati itu, bukan X. Karena kita tidak bisa merasa yakin bahwa
kedua kelompok tersebut sama dalam semua faktor yang mungkin dapat mempengaruhi
variabel terikat, maka desain ini dianggap tidak cukup memiliki pengendalian
yang diperlukan dan harus digolongkan sebagai desain pra-eksperimen. Dengan
kata lain, desain ini seperti rancangan pertama, hanya bedanya menambahkan
kelompok control atau kelompok pembanding. Kelompok eksperimen menerima
perlakuan (X) yang diikuti dengan pengukuran kedua atau observasi (02). Hasil
observasi ini kemudian dikontrol atau dibandingkan dengan hasil observasi pada
kelompok control, yang tidak menerima program atau intervensi. Dengan faktor
ini, beberapa faktor pengganggu seperti history, maturation, testing, dan
instrumentation, dapat dikontrol walaupun tidak dapat diperhitungkan efeknya.
·
Desain Yang Hanya Menggunakan Pasca-tes Dengan
Subyek Diacak Dan Dua Kelompok
Desain
ini adalah salah satu dari desain eksperimen yang paling kuat tapi yang paling
sederhana. Desain ini memerlukan adanya dua kelompok subyek yang ditetapkan
secara acak dan yang masing-masing diberi kondisi yang berbeda. Pra-tes tidak
digunakan dalam desain ini; pengacakan digunakan untuk mengendalikan semua
kemungkinan variabel luar serta untuk menjamin bahwa setiap perbedaan di antara
kedua kelompok itu sebelum eksperimen dilakukan hanya dapat dikaitkan dengan
faktor kebetulan belaka, dan karenanya akan mengikuti hokum probabilitas.
Setelah
para subyek dimasukkan ke dalam kedua kelompok itu, hanya kelompok coba sajalah
yang diberi perlakuan eksperimental. Dalam semua hal lainnya, kedua kelompok
itu diperlakukan sama. Anggota kedua kelompok itu kemudian diukur pada variabel
terikat Y2. Kedua skor itu dibandingkan untuk menetapkan pengaruh X. Apabila
mean kedua kelompok itu berbeda secara signifikan (yakni, perbedaannya lebih
besar daripada yang diharapkan terjadi secara kebetulan belaka), maka peneliti boleh
merasa yakin bahwa kondisi eksperimental itulah yang telah menyebabkan hasil
yang diamati tersebut.
Kelebihan
utama desain ini adalah pengacakan, yang menjamin kesamaan statistic kedua
kelompok itu sebelum variabel bebas diberikan. Ingat bahwa jika jumlah subyek
bertambah besar, kemungkinan pengacakan menghasilkan dua kelompok yang sama pun
akan meningkat. Desain ini dapat mengendalikan pengaruh sejarah, pematangan,
dan pra-tes. Karena pra-tes tidak digunakan, maka pengaruh interaksi antara
pra-tes dengan X tidak mungkin terjadi. Desain ini terutama dipujikan bagi
situasi-situasi di mana reaktivitas pra-tes mungkin terjadi. Desain ini juga
berguna dalam studi-studi di mana pra-tes tidak ada atau tidak sesuai digunakan
– misalnya, dalam studi tentang taman kanak-kanak atau kelas satu SD, kita
tidak mungkin akan memberikan pra-tes karena pengetahuan mereka masih belum
tampak jelas. Kelebihan lain dari desain ini adalah karena desain ini dapat
diperluas sehingga kalau perlu dapat mencakup lebih dari dua kelompok.
Desain
3. Desain Yang Hanya Menggunakan Pasca-tes, Dengan Subyek Diacak Dan Dua
Kelompok
![]() |

(R) X Y2

Desain
ini tidak memberikan kemungkinan kepada peneliti untuk menilai perubahan yang
terjadi. Kalau penilaian seperti itu dikehendaki, hendaknya digunakan yang
memakai pra-tes dan pasca-tes.
Dengan
kata lain, dalam desain ini perlakuan atau intervensi telah dilakukan (X),
kemudian dilakukan pengukuran (observasi) atau postes (02). Selama tidak ada
kelompok control, hasil 02 tidak mungkin dibandingkan dengan yang lain. Desain
ini sering juga disebut “The One Shot Case Study”. Hasil observasi ini (02)
hanya memberikan informasi yang bersifat deskriptif. Dalam desain ini sama sekali
tidak ada control dan tidak ada internal validitas. Sifatnya yang cepat dan
mudah menyebabkan desain ini sering digunakan untuk meneliti suatu program yang
inovatif, misalnya dalam bidang pendidikan kesehatan. Di samping itu desain ini
tidak mempunyai dasar untuk melakukan komparasi atau perbandingan. Oleh sebab
itu kesimpulan yang diperoleh dapat menyesatkan. Namun demikian desain ini
mempunyai keuntungan antara lain, dapat digunakan untuk menjajagi
masalah-masalah yang diteliti atau mengembangkan gagasan-gagasan atau
metode-metode atau alat-alat tertentu.
·
Eksperimen Subjek Tunggal
Dalam
eksperimen subjek tunggal, subjek atau partisipasinya bersifat tunggal, bias
satu orang, dua orang atau lebih. Nama subjek tunggal diambil dari cara hasil
eksperimen disajikan dan dianalisis berdasarkan subjek secara individual.
Pendekatan dasar dalam eksperimen subjek tunggal adalah meneliti individu dalam
kondisi tanpa perlakuan dan kemudian dengan perlakuan dan akibatnya terhadap
variable akibat diukur dalam kedua kondisi tersebut. Validitas internal model
desain ini berbeda dengan desain lain. Agar memiliki validitas internal yang
tinggi, desain eksperimen subjek tunggal hendaknya memperhatikan karakteristik
berikut.
1) Pengukuran yang ajeg (reliable
measurement). Dalam eksperimen subjek tunggal observasi atau pengukuran dan
dilakukan beberapa kali. Dalam pelaksanaannya, teknik pengukuran atau
pengumpulan data yang digunakan, kondidi eksperimen yang mencakup situasi,
lokasi, waktu pengamatan dan pengamat yang terlatih harus dicek keajegan atau
reliabilitasnya serta dihindarkan dari bias agar memberikan hasil yang
objektif. Peneliti harus mencatat dan melaporkan semua hal yang berkenaan
dengan pengumpulan data, agar hal-hal yang mengurangi validitas internal dapat
dihindarkan.
2) Pengukuran yang berulang-ulang (repeated
measurement). Pelaksanaan pengukuran dalam eksperimen subjek tunggal dilakukan
beberapa kali sepanjang penelitian untuk mengendalikan variasi normal yang
diharapkan terjadi dalam internal waktu yang pendek agar terjamin deskripsi
yang jelas dan ajeg.
3) Deskripsi kondisi (condition
description). Dalam eksperimen subjek tunggal semua kondisi yang berkenaan
dengan pelaksanaan eksperimen dideskripsikan agar penelitian dapat
diaplikasikan pada individu lainnya. Dengan demikian validitas internal dan
eksternalnya dapat terjaga.
4) Garis dasar, kondisi perlakuan, rentang
dan stabilitas (based line, condition, treatment, and stability). Eksperimen
dilakukan dalam waktu yang relative lama. Dalam rentang waktu tersebut
diberikan perlakuan yang sama dalam kondisi dan durasi waktu yang sama. Pada
tahap awal eksperimen individu diamati sampai menunjukan keadaaan stabil, baru
kemudian diberi perlakuan. Perlakuan juga diberikan dalam rentang waktu
tertentu sampai menunjukan keadaan stabil. Rentang waktu pada tahap awal ini
disebut garis dasar (based line).
5) Ketentuan variable tunggal (single
variable rule). Selama masa perlakuan (eksperimen) variable yang diubah pada
satu subjek hanya satu variable, sebab kalau lebih dari satu sulit menentukan
variable yang berpengaruh.
Ada
beberapa variasi desain eksperimen subjek tunggal, yaitu:
a. Desain A-B
Desain adalah
yang paling sederhana. A adalah lambing dari data garis dasar (baseline data)
sedang B untuk data perlakuan (treatment data). Desain garis dasar yang diberi
lambing A belum ada perlakuan, tetapi karena ada pengamat seringkali ada
perubahan kegiatan. Kegiatan terus diamati sampai berada dalam keadaan stabil.
Setelah stabil baru diberi perlakuan, pengaruh dari pemberian perlakuan terus diamati
sampai kegiatan tersebut stabil, dan diberi lambing B. Perbedaan kegiatan,
kemampuan, pengetahuan antar sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi
perlakuan menunjukan dari pengaruh dari perlakuan.
b. Desain
A-B-A
Model ini sering
digunakan dalam eksperimen subjek tunggal dan hampir sama dengan desain A-B,
tetapi setelah perlakuan diikuti oleh keadaan tanpa perlakuan seperti dalam
keadaan sebelumnya, atau garis A. garis dasar kedua ditujukan untuk mengetahui
apakah tanpa perlakuan kegiatan akan kembali pada keadaan awal, atau masih
terus seperti dalam keadaan dalam perlakuan.
c. Desain Garis Dasar Jamak
Desain garis
dasar jamak (multiple baseline design) pada dasarnya menggunakan desain A-B,
tetapi tidak hanya untuk seorang individu dan dalam satu perlakuan tetapi
terhadap beberapa individu dalam beberapa situasi dan aktivitas. Bila
kegiatannya yang bervariasi maka desainnya disebut desain garis dasar jamak
lintas kegiatan (Multiple baselines across behaviors), bila yang bervariasinya
situasinya maka disebut desain garis dasar lintas situasi (Multiple baselines
across situations), dan bila individunya yang bervariasi maka desainnya disebut
desain garis dasar jamak lintas individu (Multiple baselines across
individuals).
2.
Desain Eksperimen Sungguhan
Evaluasi program dengan menggunakan eksperimen sungguhan mencakup pola-pola
rancangan sebagai berikut :
a.
Desain yang menggunakan Pra-tes dan Pasca-tes dengan
kelompok-kelompok Yang diacak
Dalam
desain ini, subyek dimasukkan dalam kelompok coba dan kelompok pengendali
secara acak dan diberi pre-tes tentang variabel terikat Y.Perlakuan
diberikan hanya kepada subyek dalam kelompok coba alam jangka waktu tertentu,
dan sesudah itu, variabel
kedua kelompok tersebut diukur. Perbedaan rata-rata antara pre-tes dan
pasca-tes(Y2-Y1) bagi setiap kelompok dhitung, kemudian
skor perbedaan rata-rata ini dibandingkan guna memastikan apakah perlakuan
eksperimen yang diberikan kepada kelompok coba telah menyebabkan perubahan yang
lebih besar dari pada kelompok pengendali. Signifikansi perbedaan perubahan
rata-rata ( dapat diketahui dengan jalan mengurangi perubahan rata-rata
kelompok coba dengan perubhan rata-rata kelompok coba dengan perubahan
rata-rata kelompok pengendali ) ditetapkan dengan suatu tes statistik yang sesuai, misalnya tes-t
atau tes-F. Prosedur tes statistika yang lain, yang lebih teliti, adalah
analisa kovariansi, dengan skor pasca-tes sebagai variabel terikatnya dan skor
pre-tes sebagai covariate.
Disain
5 Disain Yang Mengguakan Pra-tes Dan Pasca-tes Dengan Kelompok-kelompok yang
diacak.
Kelompok
|
Pra-tes
|
Variabel+bebas
|
Pasca-tes
|
|
(a)
|
E
|
Y1
|
X
|
Y2
|
(b)
|
P
|
Y1
|
-
|
Y2
|
Meskipun
kelompok pengendali tidk menerima perlakuan eksperimental, hal itu tidak
berarti bahwa subyek pengendali itu tidak menerima pengalaman sama sekali.
Dalam penelitian dalam metode mengajar, kelompok pengendali biasanya diajar
dengan prosedur tradisional atau prosedur biasa. Dalam beberapa eksperimen
belajar, dalam jangka waktu antara pre-tes dan pasca-tes itu, biasanya kelompok
pengendali diberi seemacam kegiatan yang tidak relevan dengan masalah
penelitian,sementara kelompok coba menerima latihan khusus untuk tugas itu.
Dalam eksperimen tentang pengaruh suatu obt tertentu, peneliti memberikan suatu
placebo (semacam pil gula yang tidak ada efeknya ) kepada pengendali tanpa
memberitahu bahwa mereka diperlukan berbeda dari kelompok coba.
Rancangan Tes Awal
dan Tes Akhir dengan menggunakan Kelompok Kontrol secara Acak ( Randomized
Control-Group Pretest-Posttest Design ). Rancangan evaluasi ini mnggunakan
digram sebagai berikut.
T1E X T2E
R
T1C X T2C
Pola
ini menggunakan klompok yang kondisinya dibuat sama. Satu kelompok eksperimen
(E) dan satu kelompok kontrol (C). T1E dan T1C adalah tes awal untuk kelompk
eksperimen dan kelompok kontrol, sedangkan T2E dan T2C adalh tes akhir untuk
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen dikenai perlakuan
(X) sedangkan kelompok kontrol tidak dikenai perlakuan. Perbedaan angka
rata-rata hasil kelompok (T2E – T1E) dikurangi rata-rata hasil (T2C – T1C)
disebut perolehan eksperimen (gain). R menunjukkan bahwa pemilihan subyek (S)
dilakukan secara random.
Tetapi rancangan ini
sulit dilaksanakan di lapangan karena biasanya sulit atau tidak mungkin
melakukan randomisasi. Disamping itu, dari segi etika atau aspek lain, sering
tidak mungkin melakukan intervensi pada kelompok yang satu dan tidak melakukan
intervensi pada kelompok yang lain
Pada rancangan ini ,
kesimpulan-kesimpulan mengenai efek perbedaan antara program (intervensi) satu
dengan lainnya dapat dicapai tanpa menggunakan kelompok kontrol.
b. Rancangan
Empat Kelompok Secara Random (Randomized Solomon Four-Group Design)
Disain ini
memberikan pengecualian yang lebih teliti lagi dengan jalan mempeluas disain 6
sehigga mencakup satu kelompok pengendali lagi.Kelompok 4 ini tidak menerima
pretes maupun perlakuan.Sekali lagi,sekalipun menerima perlkuan X, kelompok
ketiga ini berfungsi sebagai kelompok pengendali. Rancangan evaluasi ini
mnggunakan diagram sebagai berikut.
1 T1 X T2
2 T1 X T2
R
3 X T2
4 T2
Kelompok 1 dan kelompok 2 sama dengan
rancangan 1) yaitu kelompok eksperimen dikenai X. Sedangkan kelompok 3 dan
kelompok 4 dalam rancangan merupakan kelompok pelengkap atau penguat untuk
menambah keyakinan dalam mengevaluasi terhadap hasil kelompok 1 dan kelompok 2.
Kelompok 3 tanpa tes awal dan dikenai perlakuan (X), sedangkan kelompok 4 tanpa
tes awal dan tanpa perlakuan (X).
Rancangan ini dapat
mengatasi kelemahan eksternal validitas yang ada pada rancangan randomized
control group pretes-postes. Apabila pretes mungkin mempengaruhi subyek
sehingga mereka lebih sensitif terhadap perlakuan (X) dan mereka bereaksi
secara berbeda dari subyek yang tidak
mengalami pretes, maka validitas eksternal terganggu, dan kita tidak
dapat membuat generalisasi dari penelitian itu untuk populasi. Demikian pula
kalau ada interaksi antara pretes dengan perlakuan (X). Rancangan Salomon ini
dapat mengatasi masalah ini dengan menambah kelompok ke-3( dengan
perlakuan,tanpa pretes ) dan ke-4 (tanpa perlakuan,tanpa
Desain ini sebenarnya
memerlukan dilakukan eksperimen dua kali, sekali dengan pretes dan sekali tanpa
pretes.Kalau hasil kedua eksperimen ini cocok dengan hasil yang ditunjukkan
diatas , maka peneliti dapat merasa lebih yakin akan hasil studi tersebut.
Kelemahan utama desain
ini adalah sulitnya melaksanakan desain ini didalam praktek. Untuk melaksanakan
dua eksperimen sekaligus diperlukan waktu dan usaha yang lebih banyak.
Disamping itu juga diperlukan semakin banyak subyek yang sama macamnya.
Kesulitan lainnya
adalah analisis statistiknya. Tidak ada empat ukuran yang lengkap bagi keempat
kelompok seperti itu. Desain ini biasanya hanya terbatas pada penelitian atau pengujia
hipotesis yang lebih tinggi tingkatannya.
c.
Rancangan Tes Akhir dengan Kelompok Kontrol secara Acak
(Randomized Control-Group Posttest Desihn Only)
Desain
ini hanya untuk memperoleh dua kelompok yang sama, desain ini menggunakan
teknik pemadanan (matching), subyek dibuat sepadan dalam satu atau lebih
variabel yang dapat diukur dengan mudah, misalnya IQ atau skor membaca.
Variabel yang digunakan untuk memadankan itu adalah variabel yang dianggap
mempunyai korelasi signifikan dengan variabel terikat. Dalam desain ini pra-tes
tidak dimasukkan, jika skor pra-tes tentang variabel terikat sudah ada, skor
tersebut dapat dipakai untuk memadankan subyek dengan efektif sekali. Kedua
ukuran itu di jejerkan sehingga skor anggota-anggota yang saling berhadapan
sedapat mungkin saling mendekati. Kemudian salah satu anggota dari setiap
pasangan itu secara acak diberi salah satu perlakuan, sedangkan anggota yang
satunya
diberi
perlakuan kedua. Untuk menetapkan secara acak anggota mana yang akan mendapat
perlakuan pertama atau kedua ini dapat digunakan undian dengan memakai uang
logam yang dilemparkan.
Kelompok
|
Variabel bebas
|
Pasca tes
|
E
|
X
|
Y2
|
(M1) P
|
-
|
Y2
|
Desain ini dapat mengendalikan perbedaan antar subyek
yang sudah ada sebelumnya pada variabel-variabel yang sangat berkaitan dengan
variabel terikat, yaitu variabel yang ingin dipengaruhi oleh eksperimen itu.
Desain ini dapat mengontrol semua
faktor. Penggunaannnya ialah apabila kondisi dan fasilitas tidak memungkinkan
untuk mengadakan tes awal, dan populasi cukup besar. Pemilihan dua kelompok
secara random relatif lebih mudah.
·
Desain Faktorial
Dalam
desain faktorial, dua atau lebih variabel dimanipulasi secara simultan untuk
menyelidiki pengaruh masing-masing terhadap variabel terikat, disamping juga
pengaruh-pengaruh yang disebabkan oleh interaksi antara beberapa variabel itu.
Desain
faktorial ada 2 macam. Dalam desain pertama, salah satu dari variabel bebas itu
mungkin dimanipulasi secara eksperimental. Dalam hal ini pengeksperimen
terutama tertarik pada pengaruh dari satu variabel bebas saja, namun ia harus
mempertimbangkan variabel-variabel lain yang mungkin dapat mempengaruhi
variabel terikat itu. Pada umumnya, variabel lain ini adalah variabel atribut,
seperti jenis kelamin, kecerdasan, ras, status sosial-ekonomi, hasil belajar,
dan sebagainya. Pengaruh variabel ini dapat diteliti sekaligus dikendalikan
dengan jalan memasukkan variabel atribut itu langsung ke dalam desain
faktorial. Dalam desain kedua, semua
variabel bebas mungkin dimanipulasi secara eksperimental. Disini pengeksperimen
tertarik pada beberapa variabel bebas dan ia ingin menilai pengaruh variabel
itu baik secara terpisah maupun secara bersama-sama. Kedua variabel bebas itu
dimanipulasi secara eksperimental. Desain seperti ini memberikan kemungkinan
kepada peneliti untuk melakukan analisis tentang pengaruh utama kedua variabel
eksperimen itu, disamping analisis interaksi diantar perlakuan-perlakuan
tersebut. Kelebihan desain faktorial :
1.
Dapat menyelesaikan dalam satu kali eksperimen
2.
Memberikan kesempatan untuk menyelidiki interaksi yang sering begitu
penting dalam penelitian pendidikan
3.
Memberikan pengujian yang lebih kuat terhadap hipotesis
·
Desain Tiga Kelompok Solomon
Desain
Solomon yang pertama menggunakan tiga kelompok dengan penempatan subyek ke
dalam kelompok secara acak.
Kelompok
|
Prates
|
Variabel-bebas
|
Pasca-test
|
|
(R)
|
E
|
Y1
|
X
|
Y2
|
(R)
|
P1
|
Y1
|
-
|
Y2
|
(R)
|
P2
|
-
|
X
|
Y2
|
·
Dari tabel tersebut,
kelihatan bahwa dua baris pertama desain ini sama dengan desain 5, tetapi
desain solomon ini memiliki kelebihan karena menggunakan kelompok pengendali
kedua, dan dengan begitu dapat mengatasi kesulitan yang terdapat dalam desain 5
yaitu efek interaktif pra-test dengan manipulasi eksperimental. Kelompok
pengendali kedua ini, yang diberi label P2, tidak diberi pra-tes
tetapi diberi perlakuan X. Ukuran Y2 kelompok P1 ini
kemudian digunakan untuk melihat efek interaksinya.
Penilain efek
interaksi dilakukan dengan jalan membandingkan skor Y2 ketiga
kelompok tersebut. Hanya skor pasca-tes sajalah yang dimasukkan ke dalam
analisis. Meskipun kelompok coba mempunyai mean Y2 yang secara
signifikan lebih tinggi daripada kelompok pengendali pertama, kita masih belum
dapat merasa yakin bahwa perbedaan itu disebabkan oleh X. Mungkin hal itu
terjadi karena subyek menjadi semakin peka setelah mengikuti prates serta
adanya interaksi antara meningkatnya kepekaan mereka itu dengan X. Namun, jika
mean Y2 kelompok pengendalia kedua juga secara signifikan lebih
tinggi daripada mean Y2 kelompok pengendali pertama, maka kita dapat
berasumsi bahwa perlakuan eksperimental itulah, dan bukan efek interaksi antara
pra-tes dengan X, yang telah menyebabkan perbedaan tersebut, karena kelompok
pengendali kedua ini tidak diberi pra-tes. Sekalipun juga menerima perlakuan X,
kelompok ini berfungsi sebagai pengendali, dan karenanya diberi label P2.
3.
Desain Eksperimen Semu
(Quasi Experimental Design)
Bentuk desain eksperimen ini merupakan
pengembangan dari true experimental design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini
mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk
mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan experimen.
Walaupun demikian, desain ini lebih baik dari pre-experimental design. Quasi
Experimental Design digunakan karena pada kenyataannya sulit medapatkan
kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian.
Dalam suatu kegiatan administrasi atau
manajemen misalnya, sering tidak mungkin menggunakan sebagian para karyawannya
untuk eksperimen dan sebagian tidak. Sebagian menggunakan prosedur kerja baru
yang lain tidak. Oleh karena itu, untuk mengatasi kesulitan dalam menentukan kelompok
kontrol dalam penelitian, maka dikembangkan desain Quasi Experimental.
a. Disain Rangkaian Waktu (Time series Design)
Rancangan ini seperti rancangan pretest-postes, kecuali melakukan
kentungan dengan malakukan observasi (pengukuran yang berulang-ulang), sebelum
dan sesudah perlakuan. Bentuk rancangan ini adalah sebagai berikut:
Pretest perlakuan postes

Dengan menggunakan serangkain
observasi (tes), dapat memungkinkan validitasnya lebih tinggi. Karena pada rancangan
pretest postes kemungkinan hasil 02 dipengaruhi oleh faktor lain di luar
perlakuan lebih dari satu kali (baik sebelum maupun sesudah perlakuan), maka
pengaruh faktor luar tersebut dapat dikurangi.
Disain
11. Disain Rangkaian Waktu Dengan Satu Kelompok
Disain waktu
melibatkan pengukuran secara berkala terhadap satu kelompok dan pemberian
perlakuan eksperimental ke dalam rangkaian pengukuran berkala itu. Seperti
tampak dalam disain ini, mula-mula dilakukan sejumlah pengukuran pada variabel
terikat Y, kemudian X diberikan, dan setelah itu pengukuran Y dilakukan lagi.
Dengan membandingkan pengukuran sebelum dan sesudah X, kita dapa memastikan
pengaruh X terhadap penampilan kelompok pada Y. Disain rangkaian waktu dapat
dipakai dalam situasi sekolah guna menyelidiki pengaruh perubahan besar dalam
kebijakan administrasi terhadap kejadian yang bersifat disipliner. Atau suatu
studi mungkin memerlukan pengukuran sikap siswa berulang kali serta pengaruh
yang ditimbulkan oleh dipertunjukannya film dokumenter yang telah dirancang
untuk mengubah sikap.
Disain 11. Disain Rangkaian Waktu dengan
Satu Kelompok
Y1 Y2 Y3 Y4 X Y5 Y6 Y7 Y8
Gambar 9.3
memerlukan beberapa kemungkinan pola studi rangkaian waktu yang diberi
perlakuan eksperimental. Gambar ini menunjukan serangkaian pengukuran Y1 sampai
Y8 dengan pemberian perlakuan eksperimental, pada titik X kita dapat menaksir
pengaruh X dengan jalan memeriksa kestabilan pengukuran yang berulang-ulang
itu.
Dari penmeriksaan
perbedaan antara Y! Dan Y5 dalam pola A, mungkin kita akan benar kalau
menganggap bahwa X mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Pola B juga
menunjukan adanya efek eksperimental X,. Akan tetapi kita tidak dapat
menganggap X sebagai penyebab perubahan dalam pola C atau D. Pola C tampaknya
berasal dari pematangan atau pengaruh seperti itu. Sifat tak menentu dari pola
D menunjukan adanya faktor luar yang berpengaruh.
Disain 11 mirip
dengan disain 1, karena disain ini menggunakan ukuran sebelum dan sesudah
perlakuan eksperimental serta tidak mempunyai kelompok pengendali. Namun disain
11 mempunyai beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan disain 1, yang membuat
disain ini lebih bermanfaat dalam penelitian pendidikan. Pengujian berganda
dapat memberikan pengawasan terhadap ancaman umum bagi validitas internal.
Pematangan, pengujian, dan kemunduran statistik dapat dikesampingkan sebagai
kemungkinan penyebab yang masuk akal bagi perubahan yang terjadi diantara Y4
dan Y5, karena perubahan semacam itu tidak terjadi sebelumnya. Disarankan agar
selama penyelidikan itu, tidak diadakan alat-alat pengukur sehingga dengan
begitu kita dapat menghilangkan kemungkinan perubahan alat pengukur sebagai
penyebab perbedaan Y4 Y5.
Kelemahan utama
disain 11 adalah ketidakmampuannya mengendalikan pengaruh sejarah (history) artinya
kita harus mengesampingkan kemungkinan bahwa bukan X, melainkan kejadian
simultanlah yang menyebabkan terjadinya perubahan yang diamati itu.
Fakto-faktor seperti perubahan musim atau perubahan cuaca atau faktor alat
sekolah seperti ujian, mungkin dapat menjadi penyebab perubahan itu.
Kita harus
mempertimbangkan validitas eksternal disain rangkain waktu ini. Karena adanya
tes berulang-ulang itu, mungkin ada semacam efek interaksi pengujian yang akan
membatasi generalisasi hasil penyelidikan itu hanya pada populasi yang telah
diberi tes berulang-ulang saja. Akan tetapi, sepanjang pengukuran itu mempunyai
sifat yang biasa digunakan secara rutin di sekolah, hal itu tidak mungki
menjadi kelemahan yang serius. Selanjutnya interaksi antara X bisa juga terjadi,
terutama jika peneliti memilih kelompok tertentu yang mungkin tidak utuh.
Data penelitian
rangkaian waktu dapat menjadi masalah khusus bagi interpretasi statistik.
Karena setiap skor dan mean setelah berbeda setelah rangkaian waktu tertentu,
maka kita cenderung mengkaitkan perubahan ini pada perlakuan X, padahal mungkin
sebenarnya hal itu disebabkan oleh variabel lain. Tes signivikansi yang biasa
pun mungkin tidak sesuai dengan disain rangkaian waktu ini.
·
Disain Rangkain Waktu
Dengan Kelompok Pengendali
Disain ini adalah perluasan dari disain 11 dengan mesukan kelompok
pengendali. Kelompok pengendali ini yang juga mewakili kelompok kelas secara
utuh, aakn diukur secara bersama-sama dengan kelompok E, namun tidak akan
mengalami perlakuan X. Disain ini dapat menutup kekuranga disain 11 yaitu
ketidakberhasilan mengendalikan pengaruh sejarah sebagai sumber variansi luar.
Adanya kelompok pengendali ini memberika kemungkinan untuk dilakukakannya
perbandingan yang diperlukan. Apabila kelompok E menunjukan adanya tambahan
dari Y4 ke Y5, tetapi kelompok P tidak menunjukkan adanya tambahan itu, maka
efek tersebut pasti disebabkan oleh X dan bukan oleh kejadian-kejadian
kontemporer manapun yang telah mempengaruhi kedua kelompok itu.
Disain 12. Disain Rangkaian Kelompok
Dengan Kelompok Pengendali

E Y1 Y2 Y3 Y4 X Y5 Y6 Y7 Y8
P Y1 Y2 Y3 Y4 - Y5 Y6 Y7 Y8
Variasi lain dari disain rangkaian waktu ini meliputi penambahan
jumlah kelompok pengendali, penambahan, pengamatan, atau penambahan perlakuan
eksperimental.
b. Rancangan Rangkaian Waktu dengan Kelompok Pembanding
(Control Time Series Design).
Pada dasarnya rancangan ini adalah rancangan
rangkaian waktu, hanya dengan menggunakan kelompok pembanding (kontrol).
Rancangan ini lebih memungkinkan adanya kontrol terhadap validitas internal,
sehingga keuntungan dari rancangan ini lebih menjamin adanya validitas internal
yang tinggi. Bentuk rancangan tersebut adalah sebagaimana tercantum dihalaman
berikut :
Pretes
perlakuan postes


·
Rancangan Serial Waktu
dengan Kelompok Kontrol (Control Group Time Design).
Rancangan evaluasi ini hampir sama dengan rancangan
nomor 3. Namun dalam rancangan ini digunakan kelompok pembanding yang tidak
dikenal X. Rancangan evaluasi ini dapat mengatasi kelemahan yang dikemukakan
pada rancangan nomor 3, yaitu dapat mengontrol faktor sejarah.
c.
Rancangan
non-equivalent control Group
Desain ini hampir sama
dengan pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random.
Dalam penelitian lapangan, biasanya
lebih dimungkinkan untuk membandingkan hasil intervensi program kesehatan di
suatu control yang serupa tetapi tidak perlu kelompok yang benar-benar sama.
Rancangan ini sangat baik digunakan untuk evaluasi program pendidikan kesehatan
atau pelatihan-pelatihan lainnya. Disamping itu rancangan ini juga baik untuk
membandingkan hasil intervensi program kesehatan di suatu kecamatan atau desa,
dengan kecamatan atau desa lainnya. Dalam rancangan ini, pengelompokan anggota
sampel pada kelompok eksperimen dan kelompok control tidak dilakukan secara
random atau acak. Oleh sebab itu sering disebut juga ‘’Non – rondomi-zed Control
Group Pretes – Postest Design’’.
d.
Rancangan
“separate sample pretest-postest”
Rancangan ini sering digunakan dalam penelitian-penelitian
kesehatan dan keluarga berencana, pengukuran pertama (pretest) dilakukan
terhadap sample yang dipilih secara acak dari populasi tertentu. Kemudian
dilakukan intervensi atau program pada seluruh populasi tersebut. Selanjutnya
dilakukan pengukuran kedua (posttest) pada kelompok sampel lain, yang dipilih
secara acak (random) dari populasi yang sama. Rancangan ini sangat baik untuk
menghindari pengaruh atau efek dari “test”, meskipun tidak dapat mengontrol
“sejarah”, “maturitas”.
Sumber
kesulitan utama desain ini adalah perbedaan khas karena seleksi (seleksi
differences) yang mungkin dapat membedakan kelompok satu dengan kelompok
lainnya. Pemilihan seleksi menjadi suatu factor jika subjek penyelidikan tidak
dipilih dan dikelompokkan secara acak, tetapi dimasukkan ke dalam kelompok atas
dasar hal-hal yang tidak relevan dengan tujuan peyelidikan.
·
Desain Berimbang (Counterbalanced Design)
Desain
ini melakukan pertukaran kelompok pada waktu-waktu tertentu selama masa
eksperimentasi. Misalnya untuk setengah masa eksperimentasi yang pertama,
kelompok E mungkin menggunakan Metode A dan kelompok P menggunakan metode B,
kemudian untuk setengah masa berikutnya keduanya bertukar metode. Ciri khusus
desain ini adalah bahwa semua objek menerima semua perlakuan eksperimental
untuk beberapa saat lamanya selama masa eksperimen.
Dalam desain ini, baik kelompok
eksperimental maupun kelompok kontrol dibandingkan, kendati kelompok tersebut
dipilih dan ditempatkan tanpa melalui random. Dua kelompok yang ada diberi
pretes, kemudian diberikan perlakuan, dan terakhir diberikan postes.
Desain berimbang merupakan cara lain
untuk menyetarakan kelompok-kelompok subyek penelitian. Dalam desainini semua
kelompok diberi perlakuan yang sama dalam waktu yang berbeda selama masa
eksperimen. Pengaruh perlakuan dapat diketahui dengan cara membandingkan
rata-rata skor tes akhir pada masing-masing perlakuan. Dalam hal ini dengan
membandingkan rata-rata skor akhir tes semua kelompok pada perlakuan 1,2,dan 3.
Desain ini efektif untuk mengendalikan ancaman ciri khas subyek terhadap
validitas internal, namun ancaman-ancaman pengaruh perlakuan ganda terhadap
validitas eksternal sulit untuk di kendalikan. Contoh desain berimbang adalah
sebagai berikut :
1.
Kelompok A pada awalnya diberi
perlakuan 1 diikuti oleh perlakuan 2 dan perlakuan 3. Pada akhir masing-masing
perlakuan diberi tes akhir
2.
Keelompok B pada awalnya diberi
perlakuan 2 diikuti oleh [perlakuan 3 dan perlakuan 1. Pada akhir masing-masing
perlakuan diberi tes akhir.
3.
Kelompok C pada awalnya diberi
perlakuan 3 diikuti oleh perlakuan 1 dan perlakuan 2. Pada akhir masing-masing
perlakuan diberi tes akhir.
·
Kelebihan dan Kekurangan Quasi Eksperimen
1. Keuntungan
Penelitian Quasi Eksperiment
Pada penelitian ekperimen semu ini tidak
mempunyai batasan yang ketat terhadap randomisasi dan pada saat yang sama dapat
mengontrol ancama-ancaman validitas.
2. Kerugian Penelitian
Quasi Eksperiment
a. Tidak adanya randomisasi
(randoimization), yang berarti pengelompokan anggota sampel pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol tidak dilakukan dengan random atau acak.
b. Kontrol terhadap
variabel-variabel yang berpengaruh terhadap eksperimen tidak dilakukan, karena
eksperimenini biasanya dilakukan di masyarakat.
lumayan membantu,,,,
BalasHapusizin bertanya, kalau perbandingan dua metode pembelajaran, desains penelitiannya pakai yang mana yah. terimakasih
BalasHapussama aja kaya yg dibuku
BalasHapusgak jelas
kok ga ada referensinya ? :( lain kali kalo posting hal yang bermanfaat dikasih referensi ya agar tidak di cap sbg plagiat. sorry and thanks
BalasHapusibu Intan, terima kasih banyak untuk posting ini. cukup membantu.
BalasHapusandai ada elaborasi lebih detail tentang "Eksperimen Subjek Tunggal" atau contoh penggunaannya, mohon dibagi ya..
salam
ds.ginting@gmail.com
assalamualaikum ibu intan, kalau boleh tau referensi untuk eksperimen subjek tunggal mohon di bagi dan juga sama dengan komentar delphius ginting
BalasHapusTerimakasih
nurkholidia9@gmail.com