Jumat, 22 November 2013

Hakikat Penelitian Pendidikan

A.    Pengertian Penelitian Pendidikan
1.      Apakah Penelitian itu?
Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dengan menggunakan metode-metode ilmiah. Para pakar mengemukakan pendapat yang berbeda dalam merumuskan batasan penelitian atau penyelidikan terhadap suatu masalah, baik sebagai usaha mencari kebenaran melalui pendekatan ilmiah. Secara umum, penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Pengumpulan dan analisis data menggunakan metode-metode ilmiah, baik yang bersifat kuantitatif dan kualitatif, eksperimental atau noneksperimental, interaktif atau noninteraktif. Metode-metode tersebut telah dikembangkan secara intensif, melalui berbagai uji coba sehingga telah memiliki prosedur yang baku. Penelitiaan merupakan upaya untuk mengembangkan pengetahuan, mengembangkan dan menguji teori. Dalam kaitannya dengan upaya pengembangan pengetahuan, Welberg (1986) mengemukakan lima langkah pengembangan pengetahuan melalui penelitian, yaitu: (1) mengidentifikasi masalah penelitian, (2) melakukan studi empiris, (3) melakukan replikasi atau pengulangan, (4) menyatukan (sintesis) dan mereviu, dan (5) menggunakan dan mengevaluasi (McMillan dan Schumacher, 2001: 6 ).



Penelitian dapat pula diartikan sebagai cara dan proses penemuan melalui pengamatan atau penyelidikan yang bertujuan untuk mencari jawaban permasalahan atau persoalan sebagai suatu masalah yang diteliti. Kerlinger (1986) mengemukakan, penelitian ialah proses penemuan yang mempunyai karakteristik sistematis, terkontrol, empiris, dan mendasarkan pada teori dan hipotesis atau jawaban sementara. Hasil penemuan tersebut, baik discovery atau invention. Hasil temuan sesuatu yang memang sudah ada dengan dukungan fakta biasa disebut discovery. Sukardi (2005) mengatakan, discovery diartikan sebagai hasil temuan memang sebetulnya sudah ada. Ia mencontohkan, misalnya penemuan Benua Amerika. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa invention dapat diartikan sebagai penemuan hasil penelitian yang betul-betul baru dengan dukungan fakta, misalnya hasil kloning dari hewan yang sudah mati dan dinyatakan punah, kemudian diteliti untuk menemukan jenis yang baru. Dalam penerapannya, kadang-kadang penelitian dan metode ilmiah disamakan artinya. Penelitian merupakan suatu kerja penelitian atau penyelidikan terhadap suatu masalah. Penyelidikan tersebut menggunakan metode-metode ilmiah. Penggunaan metode ilmiah bertujuan untuk menemukan jawaban terhadap masalah atau persoalan melalui penerapan prosedur-prosedur ilmiah. Penerapan pendekatan ilmiah ini adalah cara untuk memperoleh informasi yang berguna dan dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif memiliki dasar positivis dan banyak diterapkan dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan alam, sosial, ekonomi, dan pendidikan. Sukardi (2005) mengemukakan beberapa ciri penelitian yang memiliki dasar positivis, antara lain sebagai berikut:

a.       Menekankan objektivitas secara universal dan tidak dipengaruhi oleh ruang dan waktu.
b.      Menginterpretasi variabel yang ada melalui peraturan kuantitas atau angka.
c.       Memisahkan antara peneliti dengan objek yang hendak diteliti.
d.      Menekankan penggunaan metode statistik untuk mencari jawaban permasalahan yang hendak diteliti.
Suatu kerja penelitian menuntut obyektivitas, terfokus, memerlukan proses yang intensif, sistematis, dan lebih formal, baik di dalam proses atau pengukuran maupun penganalisaan dan penyimpulan hasil-hasilnya. Suatu kerja penelitian bisa juga dilakukan dalam rangka penemuan dan pengembangan pengetahuan. Metode ilmiah mengikuti proses identifikasi masalah, pengembangan hipotesis, melakukan observasi, menganalisis, dan kemudian menyimpulkannya. Proses-proses dimaksud dapat digunakan secara informal dalam kehidupan sehari-hari dan belum tentu bisa disebut suatu kerja penelitian. Dalam metode ilmiah yang dipentingkan ialah aplikasi berpikir deduktif-induktif didalam pemecahan suatu masalah.

Untuk jelasnya, Anda dapat memahami pengertian atau batasan dari istilah penelitian itu sendiri dengan memperhatikan beberapa ciri suatu kerja penelitian antara lain sebagai berikut ini.
a.       Penelitian dirancang dan diarahkan guna memecahkan sesuatu masalah tertentu sebagai jawaban terhadap suatu masalah yang menjadi fokus penelitian.
b.      Penelitian memiliki nilai deskripsi dan prediksi serta hasil temuannya terhadap sampel yang berfokus pada suatu kelompok atau situasi objek tertentu yang spesifik yang penekanannya pada pengembangan generalisasi, prinsip-prinsip, serta teori-teori.
c.       Penelitian memerlukan instrumen dan prosedur pengumpulan data yang valid sehingga membuahkan hasil analisis/penemuan yang akurat dan terpercaya.
d.      Penelitian berkepentingan bukan sekedar mensintesa atau mereorganisasi halhal yang telah diketahui sebelumnya tetapi lebih diarahkan untuk penemuan baru.
e.       Penelitian dirancang dengan prosedur-prosedurnya secara teliti dan rasional.
f.       Penelitian menuntut keahlian untuk mengetahui secara memadai permasalahan yang diselidikinya.
g.      Penelitian yang menggunakan hipotesis, tekanannya pada pengujian hipotesis, bukan pada pembuktian hipotesis.
h.      Penelitian menuntut kesabaran dan tak dilakukan secara tergesa-gesa.
i.        Penelitian memerlukan pencatatan dan pelaporannya dilakukan secara teliti dan cermat, baik terhadap prosedurya maupun hasil-hasil dan kesimpulannya disajikan atas dasar bukti-bukti yang ada secara obyektif, hati-hati, dan cermat sehingga dapat dijadikan bahan yang berharga.

Dalam dunia pendidikan, dengan penelitian bisa membawa pengertian yang semakin baik terhadap perilaku orang perseorangan, termasuk subyek didik atau pendidik, proses belajar mengajar serta situasi atau kondisi yang bisa membuat lebih berhasilnya proses pendidikan. Pada ilmu-ilmu tingkah laku, penelitian mengarah pada pengembangan dan pengujian teori-teori tingkah laku. Pemahaman terhadap tingkah laku peserta didik maupun pendidik semakin diperlukan dari hasil-hasil penelitian dalam bidang pendidikan, baik dari segi ilmu maupun prakteknya. Pada umumnya penelitian–penelitian pendidikan tergolong penelitian jenis terapan guna mengembangkan generalisasi-generalisasi yang berkenaan dengan proses belajar mengajar dan bahan-bahan mengajar. Karena itu, penelitian pendidikan memberikan perhatiannya pada pengembangan dan pengujian teroriteori tentang bagaimana peserta didik (pelajar, mahasiswa) berperilaku dalam seting pendidikan.
Berangkat dari hakikat penelitian yang dikemukakan di atas, dapat dikemukakan pengertian penelitian pendidikan adalah cara yang digunakan untuk mendapatkan informasi yang berguna dan dapat dipertanggungjawabkan dalam upaya memahami proses kependidikan dalam lingkungan pendidikan melalui pendekatan ilmiah, baik di lingkungan pendidikan formal, pendidikan informal maupun pendidikan nonformal. Menemukan prinsip-prinsip umum atau penafsiran tingkah laku yang dapat dipakai untuk menerangkan, meramalkan, dan mengendalikan kejadian-kejadian dalam lingkungan pendidikan merupakan tujuan dari suatu kerja penelitian penedidikan.
2.      Mengapa penelitian dilakukan?
Sekurang-kurangnya ada empat sebab yang melatarbelakangi mengapa penelitian itu perlu dilakukan, yaitu: (1)  Kesadaran  keterbatasan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan, (2) Pemenuhan rasa ingin tahu, (3) Pemecahan masalah, dan (4) Pemenuhan pengembangan diri.
Pertama, penelitian didasarkan atas kesadaran keterbatasan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan.  Manusia tinggal di lingkungan masyarakat  yang sangat luas. Dalam kehidupan yang sangat luas tersebut banyak hal yang kita tidak ketahui, tidak jelas, tidak paham sehingga menimbulkan kebingungan, karena pengetahuan, pemahaman dan kemampuan manusia yang sangat terbatas, dibandingkan dengan lingkungannya yang begitu luas. Bahkan ketidaktahuan, ketidakpahaman, dan ketidakjelasan terhadap sesuatu dalam kehidupannya, seringkali menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan rasa terancam. Kesadaran atas keterbatasan pengetahuan, pemahaman, dan atau kemampuan manusia dalam kehidupannya perlu diatasi agar manusia dapat menyesuaikan diri di lingkungan masyarakat.
Kedua, penelitian dilakukan karena didorong oleh pemenuhan kebutuhan rasa ingin tahu. Manusia memiliki dorongan atau naluri ingin mengetahui tentang sesuatu di luar dirinya. Pengetahuan dan pemahaman tentang sesuatu, menimbulkan rasa ingin tahu baru yang lebih luas, lebih tinggi, lebih menyeluruh.  Dorongan ingin tahu disalurkan untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman. Contohnya, manusia selalu bertanya, apa itu, bagaimana itu, mengapa begitu, dan sebagainya. Bagi kebanyakan orang, jawaban-jawaban sepintas dan sederhana mungkin sudah memberikan kepuasan, tetapi bagi orang-orang tertentu, para ilmuwan, peneliti, dan mungkin juga para pemimpin, dibutuhkan jawaban yang lebih mendalam, lebih rinci dan lebih komprehensif. 
Ketiga, penelitian dilakukan untuk  pemecahan masalah. Banyak cara yang dilakukan manusia untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, antara lain: 
a.       Pemecahan masalah dilakukan secara tradisional atau mengikuti kebiasaan. Cara dan alat kerja tradisional yang merupakan kebiasaan, misalnya, cara masyarakat petani memotong padi menggunakan anai-anai yang secara turun temurun dijadikan sebagai alat potong padi.
b.      Pemecahan masalah secara dogmatis, baik menggunakan dogma agama, masyarakat, hukum, dan lain lain. Seperti pencuri dipotong tangannya,  dll. 
c.       Pemecahan masalah secara intuitif yaitu berdasarkan bisikan hati, misalnya seorang ibu kebingungan anaknya terlambat pulang sekolah. Bisikan hatinya, mengecek anaknya dengan menelepon teman dekat anaknya.
d.      Pemecahan masalah secara emosional, umpamanya pintu terkunci dibuka dengan didobrak. 
e.       Pemecahan masalah secara spekulatif atau  trial and error, suara radio berhenti,   lalu radionya dipukul-pukul dan ternyata bersuara lagi. 
f.       Pemecahan masalah melalui penelitian. Pemecahan masalah dalam penelitian dilakukan secara objektif, sistematis, menggunakan metode dan mengikuti prosedur, serta berpegang pada prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah pengumpulan, pengolahan data, dan pembuktian secara ilmiah.

Keempat, pemenuhan pengembangan diri. Manusia merasa tidak puas dengan apa yang telah dicapai, dikuasai, dan dimilikinya. Manusia selalu ingin yang lebih baik, lebih sempurna, lebih memberikan kemudahan, selalu ingin menambah dan meningkatkan “kekayaan” dan fasilitas hidupnya.Dengan demikian pencapaian yang diinginkan manusia melalui penelitian sangat tergantung ruang lingkup penelitian yang dirancang, baik yang dirancang dan dilaksanakan sendiri, maupun melibatkan banyak orang. 
3.      Penelitian sebagai pencarian ilmiah
Sebagai pencarian ilmiah, penelitian adalah suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan dengan menggunakan metode-metode yang diorganisasikan secara sistematis, dalam mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasikan data. Yang dimaksud  ilmiah di sini adalah cara mengembangkan pengetahuan. Dalam konteks metode ilmiah, McMillan dan Schumacher (2001) membagi atas empat langkah metode ilmiah, yaitu: (1) Define a problem, (2) State the hypothesis to be tested,  (3)  Collect and analyze data, and  (4)  Interprete the results and draw conclusions about the problem. Hampir sama dengan McMillan dan Schumacher, John Dewey membagi langkah-langkah pencarian ilmiah yang disebutnya sebagai  “reflective thinking”,  atas lima langkah, yaitu:  (1) mengidentifikasi masalah, (2) merumuskan dan membatasi masalah, (3) menyusun hipotesis, (4) mengumpulkan dan menganalisis data, dan (5) menguji hipotesis dan menarik kesimpulan.

Menurut Suharsimi (1989) salah satu persyaratan penting dalam melakukan kegiatan penelitian adalah mengikuti konsep ilmiah, artinya mulai awal sampai akhir kegiatan penelitian mengikuti cara-cara yang sudah ditentukan, yaitu:memilih masalah, studi pendahuluan, merumuskan masalah, merumuskan anggapan dasar dan hipotesis, memilih pendekatan, menentukan variabel dan sumber data, menentukan dan menyusun instrumen, mengumpulkan data, analisis data, menarik kesimpulan, menyusun laporan. 
Keterangan:
1.         Memilih masalah
Memilih masalah bukanlah pekerjaan yang terlalu mudah terutama bagi orang-orang yang belum banyak berpengalaman meneliti. Dalam memilih masalah yang hendak diteliti perlu mempertimbangkan  beberapa hal, antara lain:
a.      Cakupan masalah tidak terlalu luas.
b.      Data yang diperlukan tidak sulit diperoleh. 
c.       Biaya dan waktu yang dibutuhkan cukup tersedia untuk penyelesaian penelitian. 
d.      Dukungan teori dari sumber-sumber yang tersedia (referensi, buku, dan jurnal-jurnal  hasil penelitian) yang relevan dengan masalah yang akan diteliti. 

2.      Studi pendahuluan
Sebelum penelitian dilakukan, peneliti perlu mengadakan studi pendahuluan. Studi pendahuluan ini biasanya disebut studi ekploratoris, yaitu menjajagi kemungkinan diteruskannya pekerjaan meneliti. Studi pendahuluan juga dimaksudkan untuk mencari informasi yang diperlukan oleh peneliti agar masalahnya menjadi lebih jelas.

3.      Merumuskan masalah
Perumusan masalah merupakan perumusan dan pemetaan faktor-faktor, atau variabel-variabel yang terkait dengan fokus masalah. Faktor atau variabel  tersebut yang melatarbelakangi ataupun diakibatkan oleh fokus masalah. Karena faktor atau variabel yang terkait dengan fokus masalah cukup banyak, maka perlu ada pembatasan faktor atau variabel, yaitu dibatasi pada faktor atau variabel-variabel yang dominan. Untuk itu informasi yang cukup dari studi pendahuluan atau studi eksploratoris sangat diperlukan, sehingga  masalah yang akan diteliti menjadi jelas dan peneliti harus jelas pula apa yang seharusnya ia kerjakan. 

4.      Merumuskan anggapan dasar dan hipotesis
Anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti didalam melaksanakan penelitiannya. Jika anggapan dasar merupakan dasar berpikir yang memungkinkan kita mengadakan penelitian tentang permasalahan kita, maka hipotesis merupakan kebenaran sementara yang ditentukan oleh peneliti, tetapi masih harus dibuktikan atau dites untuk diuji kebenarannya. Yang perlu diingat bahwa rumusan hipotesis dibuat apabila penelitiannya menggunakan pendekatan kuantitatif dengan pengolahan data stastistik inferensial. Untuk penelitian kuantitatif yang menggunakan pengolahan data stastistik deskriptif tidak diperlukan rumusan hipotesis, cukup dengan pertanyaan-pertanyaan pokok, demikian juga dengan penelitian kualitatif. 

5.      Memilih pendekatan
Dalam menyusun rancangan penelitian biasanya berisi rumusan tentang langkah-langkah penelitian, termasuk didalamnya adalah pendekatan dan metode penelitian yang digunakan serta alasan-alasan mengapa menggunakan pendekatan dan metode tersebut.  Metode atau cara mengadakan penelitian seperti halnya: Eksperimen atau non eksperimen. Tetapi disamping itu juga menunjukan jenis atau tipe penelitian yang diambil, dipandang dari segi tujuan misalnya eksploratif, deskriptif atau hitoris. Masih ada lagi pandangan dari subjek penelitiannya, misalnya populasi atau kasus.

6.      Menentukan variabel dan sumber data
Penentuan variabel penelitian berkaitan dengan penggunaan teknik pengumpulan data dan sumber data yang diperlukan dalam suatu kegiatan penelitian.  Aspek-aspek yang diteliti dengan teknik pengumpulan data dan dari mana sumber data diperleh adalah persoalan penting bagi peneliti yang harus  diketahui sebelum melakukan penelitian di lapangan.  

7.      Menentukan dan menyusun instrumen
Dalam suatu kerja penelitian, kegiatan pengumpulan data didahului oleh penentuan teknik, penyusunan dan pengujian instrumen pengumpulan data yang akan digunakan. Kegiatan ini perlu dilakukan peneliti, selain objektivitas dan keakuratan data yang akan diperoleh,  segi-segi legal dan etis dalam proses pelaksanaannya perlu mendapatkan perhatian. Peneliti perlu menentukan jenis data dan dari mana serta dengan instrumen apa data diperoleh.  Sebagai contoh, peneliti akan mengumpulkan data tentang tingkah laku siswa. Data tentang tingkah laku siswa pada kelas tertentu,  tentu hanya dapat diperoleh dari siswa dengan cara mengobservasi dengan menggunakan seperangkat pedoman observasi dan/atau melalui interview atau kuisioner.

8.      Mengumpulkan data
Dalam kegiatan pengumpulan data ini yang  perlu mendapat perhatian peneliti adalah objektivitas dan keakuratan data yang diperoleh, segi-segi legal dan etis dalam proses pelaksanaannya. Dalam prakteknya, mengumpulkan data adalah pekerjaan yang sukar, karena apabila diperoleh data yang salah, tentu saja kesimpulannya pun salah pula. Oleh karena itu, peneliti harus sungguh-sungguh dengan cermat dan jeli dalam menghimpun, mencatat atau merekam data yang diperlukan. 

9.      Analisis data 
Analisis data menjelaskan teknik dan langkah-langkah yang ditempuh dalam mengolah atau menganalisis data. Menganalisis data membutuhkan ketekunan dan pengertian terhadap jenis data. Jenis data akan menuntut teknik analisis data. Data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif, berupa table, grafik, profil, bagan, atau menggunakan statistik inferensial berupa korelasi, regresi, perbedaan, analisis jalur, dll. Data kualitatif dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif deskriptif naratif-logis. 

2.      Menarik kesimpulan
Kesimpulan merupakan penarikan generalisasi dari hasil interpretasi temuan penelitian. Meskipun penelitian kualitatif tidak bersifat generalisasi, tetapi unsur generalisasi tetap ada, yaitu menemukan hal-hal yang esensial atau prinsipil dari suatu deskripsi. Terhadap kesimpulan-kesimpulan yang telah dirumuskan, disusunlah implikasi dan rekomendasi atau saran. Implikasi merupakan akibat logis dari temuan-temuan penelitian yang terkandung dalam kesimpulan. Rekomendasi merupakan hal-hal yang sebaiknya dilakukan di masa mendatang. Sesuaikah data yang terkumpul dengan hipotesis atau dugaan peneliti sebelumnya? Disinilah peneliti bisa merasa lega karena hipotesisnya terbukti. Tidak terbuktinya suatu hipotesis bukanlah suatu pertanda bahwa apa yang dilakukan oleh peneliti itu salah dan harus merasa malu.

3.      Menyusun laporan 
Menyusun laporan penelitian sebenarnya lebih menitikberatkan pada kegiatan administratif. Ada kalanya laporan  hasil penelitian dianggap bukan dari pekerjaan meneliti. Laporan penelitian dapat dijadikan sebagai dokumen ilmiah dan merupakan bukti fisik dari kegiatan penelitian yang dipertanggungjawabkan, termasuk skripsi, tesis maupun disertasi.

1.      Sumber-sumber ilmu pengetahuan.
Manusia diberi kelebihan oleh Tuhan. Sebagai makhluk Tuhan  mereka  belajar atau berusaha survive. Salah satu usaha tersebut, manusia belajar menguasai ilmu pengetahuan. Beberapa sumber ilmu pengetahuan yang tersedia sebagai hasil penelitian ilmiah terhadap masalah-masalah pendidikan. Sumber-sumber pengetahuan tersebut dapat dikelompokkan menjadi lima  yaitu:
-          Pengalaman
-          Otoritas
-          Cara berpikir deduktif
-          Cara berpikir induktif dan
-          Pendekatan ilmiah.
Untuk lebih jelasnya berikut ini, secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.       Melalui pegalaman.
Sebagaimana kita mendengar orang mengatakan ”guru yang paling baik adalah pengalaman”. Orang dapat belajar dari pengalamannya karena mereka melakukan, mengalami dan menghadapi masalah hidup. Sejumlah pengalaman tersebut dapat dikembangkan manusia dalam berbagai aktivitas atau usaha untuk dimanfaatkan dalam kehidupannya.
Misalnya, seorang petani bekerja langsung sebagai petani dan menjadi petani tanpa  sekolah. Seorang anak pandai berdagang karena sejak kecil, disamping sekolah sudah diajak untuk melayani bapaknya berjualan di pasar atau di rumahnya. Setelah belajar, mereka mempunyai keahlian khusus dalam berjual beli dan bahkan mengembangkannya menjadi pedagang yang besar. 
Cara orang belajar dari pengalaman sendiri sering tersebut trial and error atau coba dan salah dan mencobanya lagi. Semakin orang tersebut gigih dan tidak putus asa ketika terjadi salah atau jatuh, semakin besar kemungkinan orang tersebut untuk lebih berhasil dalam hidupnya. Cara lain seorang belajar melalui pengalaman untuk menguasai suatu ilmu pengetahuan adalah menggunakan modal tradisi atau cara tradisi yang berlaku di dalam masyarakat. 
Sebagai contoh, misalnya anggota atau kelompok masyarakat menurut pandangan orang tua pada suku tertentu, suatu “tradisi”  turun temurun tidak boleh dilanggar. Artinya, perbuatan melanggar tradisi perlu dicegah karena sudah menjadi tradisi lama bagi kehidupan suatu kelompok masyarakat tertentu yang diyakini bahkan dianggap “tabu”.  Melarang anak-anaknya melakukan pekerjaan yang disebutnya sebagai bentuk pengajaran kepada generasi yang lebih muda. 
Contoh lain, misalnya tentang “Kampunan” yang oleh sebagian masyarakat Melayu di daerah tertentu di Kalimantan. Ketika seseorang hendak berangkat keluar rumah atau melakukan perjalanan/pekerjaan, ketika itu juga orang mengajak kita makan atau minum. Orang tua mengajar anaknya tidak boleh menolak jika seseorang menawarkan makanan (nasi ketan) atau minuman (kopi), harus disentuh atau dicicipi sedikit saja, agar terhindar dari “mendapat celaka”. Selain dimaksudkan menghargai orang yang memberi atau menawarkan makanan(nasi ketan) atau minuman (kopi).  Melarang anak duduk di depan pintu menjelang malam (Maghrib), tidak boleh makan di depan pintu adalah contoh lain mengajar anak berangkat dari tradisi. Anak tidak perlu tahu, mengapa orangtua mereka  tidak membolehkan melakukan pekerjaan tersebut? Jika anak bertanya mengapa mereka dilarang, jawaban yang diperoleh dari orang tua biasanya “tabu, tidak boleh atau tidak baik”. Cara tradisi ini akan semakin kuat jika setiap kali terjadi peristiwa yang membenarkan tradisi berlaku. Sebaliknya, akan hilang nilai kepercayaan jika kebenaran yang ada menyimpang dengan tradisi yang telah dilakukan. Semakin banyak terjadi penyimpangan tradisi semakin menghilangkan kebenaran tradisi yang berlaku. Penguasaan ilmu pengetahuan melalui cara tradisi ini mempunyai berapa ciri seperti:
-          Memegang teguh kebenaran warisan dari orang tua atau nenek moyang.
-          Ada pengulangan yang sifatnya membenarkan, berarti akan semakin menambah“valid” cara tersebut, semakin terjadi pengulangan yang bersifat menyimpang dari yang membenarkan, akan dapat mereduksi kepercayaan yang ada
-          Menimbulkan ketidakpastian nilai kepercayaan, ketika terjadi konflik dalam masyarakat.
b.      Melalui metode otoritas.
Metode ini digunakan untuk menguasai ilmu pengetahuan jika metode pengalaman tidak dapat digunakan secara efektif. Cara lain dengan bertanya atau menggunakan pengalaman orang lain. Seorang mahasiswa tidak perlu pergi ke bulan untuk mengetahui tentang keadaan dan situasi bulan. Mereka dapat bertanya pada dosennya atau orang yang mempunyai pengalaman dalam bidangnya. Orang yang mempunyai otoritas ini dapat diinterpretasikan sebagai orang yang berwenang dibidangnya, orang yang mempunyai kuasa, dan orang lain yang berhubungan erat dengan permasalahan dan buku literatur dan termasuk pula hasil penelitian para pendahulunya. Menguasai ilmu pengetahuan, melalui cara otoritas lebih efektif dan dapat dilaksanakan, jika di sekitar orang tersebut ada lembaga atau orang yang termasuk dalam kriteria berwenang. 
c.       Melalui metode deduktif.
Dalam mengembangkan dan menguasai ilmu pengetahuan, alasan logika, merupakan cara yang paling lama digunakan oleh para ilmuan sejak zaman Yunani dan Mesir kuno. Dengan menggunakan alasan logika yang sudah mendekati ilmiah mereka dapat mengembangkan ilmu pengetahuan sedemikian maju dan dapat digunakan sebagai kajian pustaka sampai sekarang. Mereka melakukan alasan logis untuk membangun suatu dalil, preposisi, hukum, dan teori baru. Deduktif pada prinsipnya ialah cara berpikir untuk mencari atau menguasai ilmu pengetahuan yang berawal dari alasan umum menuju kearah yang lebih spesifik. Logika deduktif merupakan sistem berpikir untuk mengorganisasikan fakta dan mencapai suatu kesimpulan dengan menggunakan argumentasi logika.
Contoh: setiap binatang menyusui mempunyai kaki. Semua kucing mempunyai kaki. Oleh karena itu sebagai kesimpulannya, kucing adalah binatang menyusui.

d.      Melalui metode induktif.
Cara ini merupakan proses berpikir yang diawali dari fakta pendukung yang spesifik, menuju pada arah yang lebih umum guna mencapai suatu kesimpulan.
Contohnya ialah: Ayam hitam yang kita amati mempunyai hati. Ayam putih yang diamati juga mempunyai hati. Kesimpulannya ialah setiap ayam mempunyai hati. Didalam logika induktif seorang peneliti berangkat dari pengamatan dan mungkin secara eksperimentasi untuk melihat hati ayam. Dari bervariasi warna ayam dan semuanya mempunyai hati. Kesimpulannya adalah bentuk terakhir yang berupa generalisasi dan pengamatan banyak ayam tersebut.
e.       Menggunakan pendekatan ilmiah.
Merupakan metode untuk menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang paling tinggi nilai validitas dan ketepatannya, jika dibandingkan dengan beberapa macam pendekatan yang telah didiskusikan di atas. Sangat dianjurkan bagi para peneliti maupun profesional untuk selalu menggunakan pendekatan tersebut dalam setiap waktu maupun kesempatan. Metode ilmiah pada prinsipnya adalah metode gabungan secara integral antara dua logika deduktif dan induktif yang kemudian menghasilkan langkah penting sebagai strategi ilmiah.
B.     Tujuan dan Fungsi Penelitian Pendidikan
1.         Tujuan Penelitian Pendidikan
Pada dasarnya tujuan penelitian pendidikan ialah menemukan prinsip-prinsip umum atau penafsiran tingkah laku yang dapat dipakai untuk menerangkan, meramalkan, dan mengendalikan kejadian-kejadian dalam lingkungan pendidikan, baik pendidikan formal, nonformal maupun informal.
Dalam kegiatan penelitian memang mengandung kegiatan yang kadang sulit dan melelahkan, karena memerlukan biaya, tenaga, dan waktu, tetapi penelitian memiliki tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti. Secara umum beberapa tujuan penelitian yang hendak dicapai, termasuk penelitian pendidikan antara lain: (1) memperoleh informasi baru, (2) mengembangkan dan menjelaskan, dan (3) menerangkan, memprediksi, dan mengontrol suatu ubahan.
Tujuan-tujuan penelitian tersebut secara ringkat akan diuraikan sebagai berikut:
a.         Memperoleh informasi baru
Pada manusia terdapat naluri ingin tahu, yang mengakibatkan manusia ingin mengetahui sesuatu di luar yang ia ketahui dengan berbagai cara, salah satunya adalah melakukan penyelidikan atau penelitian yang berhubungan dengan informasi atau data yang masih baru jika dilihat dari aspek si peneliti. Data dalam penelitian tidak boleh dikumpulkan sekedar data yang sesuai dengan keinginan pribadi si peneliti, walaupun mungkin saja suatu data atau fakta tersebut telah ada dan berada di suatu tempat dalam waktu lama. Pengumpulan data harus obyektif. Peneliti juga dapat menggunakan data skunder. Apabila fakta tersebut baru diungkap dan disusun secara sistematis oleh seorang peneliti pada saat itu maka dapat dikatakan bahwa data peneliti tersebut dikatakan data baru. Sebagai contoh, hasil belajar para siswa, hasil produksi suatu perusahaan, persepsi masyarakat terhadap isu yang berkembang atau program pemerintah dan sebagainya. Jika informasi atau data dapat dikumpulkan oleh peneliti berdasarkan fakta - fakta, maka data tersebut sebagai data baru bagi peneliti.
Untuk menemukan sesuatu yang baru bidang pendidikan dilakukan melalui penelitian pendidikan. Artinya, dalam perkembangan pengetahuan, temasuk juga ilmu atau pengetahuan di bidang pendidikan, penemuan sesuatu yang baru mengenai berbagai persoalan pendidikan dapat dilakukan dengan metode atau cara penelitian yang hasilnya berupa temuan-temuan baru. Karena itu, kegiatan penelitian harus dilakukan dengan cara yang benar, dalam arti dilakukan secara sistematis dengan menggunakan metode-metode ilmiah.

b.        Mengembangkan dan menjelaskan
Mengembangkan hasil kajian dari suatu kegiatan penelitian pendidikan berarti mengembangkan perubahan – perubahan dan kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh individu, kelompok ataupun organisasi dalam kurun waktu tertentu. Temuan dari hasil penelitian pendidikan, misalnya peneliti menjelaskan bahwa faktor penciptaan suasana dan iklim belajar di kelas yang menyenangkan secara signifikan mendorong peningkatan motivasi belajar siswa dan kerja sama untuk berprestasi. Motivasi belajar dan iklim kerja sama sebagai suatu perubahan akibat suasana dan iklim belajar di kelas yang menyenangkan. Mereka perlu menggali dari variasi sumber - sumber pengetahuan yang relevan agar dapat menerangkan pentingnya permasalahan pendidikan yang dipecahkan. Peneliti berupaya mengkaji teori-teori yang didukung fakta – fakta yang ada, sehingga peneliti akan sampai pada pemberian pernyataan sementara yang sering disebut sebagai hipotesis penelitian.
Tujuan dari hasil penelitian dianggap penting karena bermanfaat secara signifikan ketika para peneliti berusaha memecahkan permasalahan dengan tidak menginginkan terjadinya pengulangan kerja atau penggunaan tenaga yang sia-sia.

c.         Menerangkan, memprediksi, dan mengontrol suatu ubahan
Ubahan yang didalam istilah penelitian disebut variabel. Variabel adalah gejala yang sedang diteliti. Variabel atau ubahan adalah simbol yang digunakan untuk mentransfer gejala ke dalam data penelitian. Biasanya variabel muncul pada tingkat intensitas yang berbeda sehingga variabel itu adalah variabel lebel. Ada beberapa variabel yang biasa digunakan dalam suatu penelitian, yaitu: variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang memberi pengaruh atau diuji pengaruhnya terhadap variabel lain, disebut juga variabel perlakuan, variabel eksperimen atau variabel intervensi. Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas, disebut juga variabel hasil, variabel pos tes atau variabel kriteria. Seorang peneliti perlu mengetahui variabel yang disebut variabel bebas (independent variable) dan variable tergantung (dependent variable), sehingga ia dapat mengetahui secara pasti pengaruh variabel satu terhadap variabel lainnya. Dan kemudian dapat menerangkan keterkaitan dan keterikatan variabel yang ada; dapat memprediksi apa yang akan terjadi di antara vartiabel atau bahkan mengontrol mereka untuk memperoleh sesuatu yang bermanfaat.
Selain dua variabel tersebut di atas, dalam suatu penelitian biasa dijumpai variabel ekstranus dan variabel penyela. Variabel ekstranus (extraneous variabel) dan variabel penyela (intervening variable). Variabel ekstranus adalah variabel-variabel yang apabila tidak dikontrol akan berpengaruh terhadap variabel terikat. Sedangkan variabel penyela adalah variabel yang kemungkinan besar berpengaruh terhadap hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat tetapi sulit untuk dikontrol.

2.          Fungsi Penelitian Pendidikan
 Pemahaman tentang bagaimana penelitian berperan dalam mengembangkan pengetahuan dan memperbaiki praktik pendidikan dikaitkan dengan perbedaan macammacam penelitian berkenaan dengan fungsinya. Secara umum penelitian mempunyai dua fungsi utama, yaitu mengembangkan ilmu pengetahuan dan memperbaiki praktek
Penelitian dasar, misalnya mempunyai andil yang sangat besar dalam mengembangkan batang ilmu pengetahuan (a scientific body of knowledge). Temuan-temuan penelitian dasar dapat memperkaya teori. Selain pengembangan ilmu pengetahuan peranan penelitian lain yang berfungsi memperbaiki praktek (pendidikan) adalah penelitian terapan dan evaluative yang ditujukan untuk meneliti praktik pendidikan, meneliti penerapan teori atau mengevaluasi pelaksanaan program dan kegiatan. Karena itu, hasil-hasil penelitian terapan dan evaluasi tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki praktik pendidikan.
a.         Fungsi penelitian berdasarkan jenis penelitian.
Berangkat dari peranan penelitian tersebut di atas, dapat dikemukan bahwa secara mendasar dapat dibedakan tiga jenis atau macam penelitian, yaitu penelitian dasar atau basic research, penelitian terapan (applied research) dan penelitian evaluatif (evaluative research). Hasil-hasil penelitian tersebut, memberikan gambaran bagi kita tentang fungsi-fungsi penelitian pendidikan:
1)        Penelitian Dasar
Penelitian dasar (basic research) disebut juga penelitian murni (pure research) atau penelitian pokok (fundamental research) diarahkan pada pengujian teori, dengan hanya sedikit atau bahkan tanpa menghubungkan hasilnya untuk kepentingan praktik. Penelitian ini memberikan sumbangan besar terhadap pengembangan dan pengujian teori-teori.
Sebagai contoh, teori yang dikemukan oleh Newton, yaitu gaya gravitasi yang telah lama dan sampai sekarang masih berlaku. Tidak tertutup kemungkinan para peneliti akan menguji teori ini dengan mengajukan pertanyaan: Apakah ada gaya lain selain gaya tarik bumi yang menyebabkan suatu benda jika dijatuhkan dari ketinggian tertentu tidak selalu jatuh mengarah ke pusat bumi (Andaikan tidak selalu tepat ke pusat bumi atau melenceng). Kalau hasil temuan ternyata demikian, maka temuan hasil penelitian tersebut memunculkan pertanyaan baru tentang kehandalan teori gaya gravitasi yang telah berlaku lama dan universal tersebut. Contoh lain, mengenai hasil penelitian yang sampai sekarang dan mungkin akan tetap berlaku misalnya dalil segitiga Phytagoras, dan lain-lain.
Dalam bidang pengetahuan sosial, termasuk hasil penelitian bidang pendidikan, ada dua kemungkinan terjadi, yaitu pertama, dapat memperkuat, mengubah, atau menolak hasil temuan dari paradigma lama. Yang kedua, hasil penelitian yang baru menghasilkan suatu yang memperkuat, membedakan, atau bertentangan dengan hasil penelitian yang lama.
Bertolak dari suatu teori, prinsip dasar atau generalisasi, Syaodih (2005) menjelaskan bahwa penelitian dasar diarahkan untuk mengetahui, menjelaskan dan memprediksi fenomena-fenomena alam dan sosial. Teori bisa didukung atau tidak didukung oleh pengalaman. Teori yang didukung oleh kenyataan-kenyataan empiris disebut hukum ilmiah (scientific law).
Meskipun ada yang berpendapat bahwa penelitian dasar tidak diarahkan untuk memecahkan masalah-masalah sosial dan para ilmuwan berperan mengembangkan pengetahuan dan tidak perlu selalu memiliki implikasi praktis, tetapi dalam kenyataannya hasil-hasil penelitian dasar memberikan tantangan nilai dan dogma-dogma yang telah terbentuk dalam kehidupan praktis setelah periode waktu tertentu. Pengetahuan baru secara tidak langsung akan mempengaruhi pemikiran dan persepsi orang yang akibatnya bisa mempengaruhi atau tidak mempengaruhi perbuatan orang tersebut.
2)        Penelitian Terapan
Penelitian terapan (applied research) berkenaan dengan kenyataan-kenyataan praktis, penerapan dan pengembangan pengetahuan yang dihasilkan oleh penelitian dasar dalam kehidupan nyata. Penelitian dasar berfungsi menghasilkan pengetahuan untuk mencari solusi tentang masalah-masalah dalam bidang tertentu.
Penelitian ini menguji manfaat dan teori-teori ilmiah, mengetahui hubungan empiris dan analitis dalam bidang-bidang tertentu. Implikasi dari penelitian terapan dinyatakan dalam rumusan yang bersifat umum, bukan rekomendasi yang merupakan tindakan langsung. Penelitian terapan seperti halnya penelitian dasar bersifat abstrak dan umum dalam bidang tertentu, bukan pengetahuan yang bersifat universal. Hasil penelitian terapan menambah pengetahuan yang berbasis penelitian dalam bidang-bidang tertentu. Dampak dari penelitian terapan terasa setelah periode waktu tertentu. Setelah jumlah hasil studi dipublikasikan dan dibicarakan dalam periode waktu tertentu, pengetahuan tersebut akan mempengaruhi cara berpikir dan persepsi para praktisi. Penelitian terapan mendorong penelitian lebih lanjut, menyarankan teori dan praktek baru serta mendorong pengembangan metodologi.
3)        Penelitian Evaluatif
Penelitian evaluatif (evaluation research) difokuskan pada suatu kegiatan dalam suatu unit tertentu. Kegiatan tersebut dapat berbentuk program, proses, ataupun hasil kerja, sedangkan unit dapat berupa tempat, organisasi, ataupun lembaga. Penelitian ini dapat menilai manfaat atau kegunaan, sumbangan dan kelayakan dari sesuatu kegiatan dalam satu unit. Apakah suatu kegiatan, program atau pekerjaan memberikan manfaat, sumbangan atau hasil seperti yang diharapkan? Apakah suatu kegiatan, program atau pekerjaan yang layak dilihat dari segi biaya, pengembangan, implementasi dan penyebaran, biaya untuk bahan-bahan, tempat, pengembangan staf, dukungan masyarakat.
Penelitian evaluatif berbeda dengan evaluasi formal. Evaluasi formal bisa dilakukan oleh para peneliti atau pelaksana dalam bidangnya, tidak membutuhkan pelatihan-pelatihan khusus. Untuk dapat melakukan penelitian evaluatif membutuhkan latihan khusus dalam beberapa disiplin ilmu, metodologi dan keterampilan berhubungan dengan komunikasi secara interpersonal. Penelitian evaluatif yang bersifat komprehensif membutuhkan data kuantitatif dan kualitatif dari berbagai studi terkait yang dilaksanakan dalam berbagai tahapan kegiatan.
Pelaksanaan penelitian evaluatif membutuhkan kemampuan berkomunikasi dengan bahasa praktis sesuai dengan situasi yang diteliti, tetapi juga terfokus pada segi-segi yang berarti bagi para penentu kebijakan. Hasil-hasil penelitian evaluatif kurang bersifat generalisasi, sebab evaluasi terkait dengan kegiatan yang berlangsung dalam unit tertentu.
Penelitian evaluatif dapat menambah pengetahuan tentang kegiatan tertentu, dan dapat mendorong penelitian atau pengembangan lebih lanjut. Sejumlah penelitian evaluatif dalam kegiatan sejenis yang dilaksanakan dalam unit-unit yang berbeda dapat menambah pengetahuan dalam bidang aplikatif.
Ada dua macam penelitian evaluatif yaitu penelitian tindakan (action research) dan penelitian kebijakan (policy research). Penelitian tindakan dilakukan oleh para pelaksana untuk memecahkan masalah yang dihadapi atau memperbaiki suatu pelaksanaan suatu kegiatan. Guru melakukan penelitian tindakan untuk memecahkan masalah atau meningkatkan program pengajarannya. Penelitian tindakan yang dewasa ini banyak dilakukan dalam penelitian tindakan kolaboratif (collaborative action research). Dalam penelitian ini para pelaksana bekerjasama dengan konsultan atau para peneliti luar untuk merancang dan melaksanakan penelitiannya. Penelitian tindakan menekankan baik pada proses maupun hasil dari perubahan-perubahan strategi dan teknik yang digunakan.
Analisis kebijakan mengevaluasi kebijakan pemerintah untuk membantu para penentu kebijakan memberikan rekomendasi-rekomendasi yang praktis. Penelitian kebijakan memfokuskan kajiannya pada kebijakan yang lalu atau yang berlaku sekarang, dan diarahkan untuk: (1) meneliti formulasi kebijakan, sasarannya siapa-siapa saja, (2) menguji pelaksanaan suatu program terkait dengan sesuatu kebijakan, (3) menguji keefektifan dan keefisienan kebijakan (Syaodih, 2005: 17)
McMillan dan Schumacher (2001:18) membedakan penelitian dasar, terapan dan evaluatif berdasarkan bidang penelitian, tujuan, tingkat generalisasi dan penggunaan hasilnya
a.       Fungsi penelitian berdasarkan tujuan
Selain berdasarkan jenis-jenis atau macam-macam penelitian, fungsi penelitian juga dapat dibedakan berdasarkan tujuannya. Berdasarkan tujuan dibedakan antara penelitian deskriptif, prediktif, improftif, dan eksplanatif.
1)        Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif (descriptive research) ditujukan untuk mendeskrip-sikan suatu keadaan atau fenomena-fenomena apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Dalam studi ini para peneliti tidak melakukan manipulasi atau memberikan perlakuan-perlakuan tertentu terhadap objek penelitian, semua kegiatan atau peristiwa berjalan seperti apa adanya. Penelitian deskriptif dapat berkenaan dengan kasus-kasus tertentu atau suatu populasi yang cukup luas.
Penelitian deskriptif, bisa mendeskripsikan suatu keadaan saja, tetapi bisa juga mendeskripsikan keadaan dalam tahapan-tahapan perkembangannya. Penelitian demikian disebut penelitian perkembangan (developmental studies). Dalam penelitian perkembangan ada yang bersifat longitudinal atau sepanjang waktu, dan ada yang bersifat cross sectional atau dalam potongan waktu.
Dalam penelitian deskriptif dapat digunakan pendekatan kuantitatif, pengumpulan dan pengukuran data yang berbentuk angka-angka, atau pendekatan kualitatif, penggambara keadaan secara naratif kualitatif. Penelitian deskriptif dapat dilakukan pada saat ini atau dalam kurun waktu yang singkat, tetapi dapat juga dilakukan dalam waktu yang cukup panjang disebut penelitian longitudinal. Penelitian longitudinal ini menunjuk pada penelitian - penelitian individu atau satuan-satuan lain, dimana pengukuran unit yang sama diulang diberbagai waktu sepanjang jalannya penelitian. Sedangkan penelitian cross sectional, misalnya meneliti perkembangan kemampuan berbahasa pada tahap-tahap dalam potongan waktu misalnya kemampuan berbahasa pada masa atau tahapan perkembangan seseorang berdasarkan usia kronologis: bayi, anak kecil, anak sekolah, remaja dilakukan secara bersamaan.
2)        Penelitian Prediktif
Penelitian prediktif (predictive research, Studi ini ditujukan untuk memprediksi atau memperkirakan apa yang akan terjadi atau berlangsung pada saat yang akan datang berdasarkan hasil analisis keadaan saat ini. Penelitian deskriptif dilakukan melalui penelitian yang bersifat korelasional (correlational studies) dan kecenderungan (trend studies). Melalui penelitian korelasional, selain dapat dicari korelasi antara dua atau lebih dari dua variabel juga dapat dihitung regresinya. Melalui perhitungan regresi ini, baik regresi parsial maupun multiple dapat diprediksi dampak atau kontribusi dari satu atau lebih dari satu variabel terhadap variabel lainnya.
Penelitian prediktif juga dapat dilakukan melalui studi kecenderungan. Dengan melihat perkembangan selama jangka waktu tertentu, pada saat ini atau saat yang lalu dapat dilihat kecenderungannya pada masa yang akan datang. Prediksi tentang jumlah penduduk lima atau sepuluh tahun yang akan datang bisa dihitung berdasarkan perkembangan penduduk selama lima sampai sepuluh tahun yang lalu.
3)        Penelitian Improftif
Penelitian improftif (improvetive research) ditujukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau menyempurnakan suatu keadaan, kegiatan atau pelaksanaan suatu program. Banyak kegiatan atau program dalam pelaksanaan pendidikan, seperti pelaksanaan: kurikulum, pembelajaran, evaluasi berbagai mata pelajaran, program: praktik laboratorium, praktik keterampilan, bimbingan siswa, ekstrakurikuler, pengawasan sekolah, layanan perpustakaan, program pelatihan pemimpin sekolah, guru, staf adminstrasi, dll. Untuk memperbaiki dan menyempurnakan pelaksanaa program atau kegiatan digunakan penelitian tindakan atau action research, sedang untuk memperbaiki, meningkatkan atau menghasilkan program yang standar atau model digunakan penelitian dan pengembangan atau research and development. Penelitian eksperimental sebagai bagian dari metode penelitian dan pengembangan atau sebagai metode tersendiri untuk mengetahui pengaruh dari suatu hal terhadap hal lainnya juga dapat dilakukan dalam penelitian improftif.
4)        Penelitian Eksplanatif
Penelitian eksplanatif (explanative research) ditujukan untuk memberikan penjelasan tentang hubungan antar fenomena atau variabel. Peneliti berusaha menjelaskan melalui teori yang didukung fakta-fakta yang menunjang yang ada, peneliti akan dapat sampai pada pemberian pernyataan sementara yang sering disebut sebagai hipotesis penelitian. Variabel dalam pendidikan antara lain dalam bentuk guru mengajar, membimbing, mengevaluasi, murid belajar, mengerjakan tugas, bolos, lulus ujian, buku kurang, atau kelas sempit. Penelitian eksplanatif mencoba mencari kejelasan hubungan antar hal tersebut. Hubungan tersebut bisa berbentuk hubungan korelasional atau saling hubungan, sumbangan atau konstribusi satu variabel terhadap variabel lainnya ataupun hubungan sebab akibat. Hubungan-hubungan tersebut dikaji dalam penelitian korelasional, dan penelitian eksperimental. Hubungan juga dapat dilihat dari perbedaan yang melatarbelakanginya, yang dapat diungkap melalui penelitian kausal komparatif

A.    Ruang Lingkup Penelitian Pendidikan
Penelitian dalam bidang pendidikan banyak yang lebih diarahkan pada aplikasi dari konsep dan teori. Penelitian demikian ini dikelompokkan sebagai penelitian terapan atau applied research. Disamping itu, penelitian dalam bidang pendidikan ini dilakukan untuk mengevaluasi pelaksanaan atau keberhasilan suatu sistem, ketepatan penggunaan suatu sistem, program model, metode, media, instrumen, dan sebagainya.
Ruang lingkup dan kajian pendidikan, diantaranya: komponen-komponen proses pendidikan dan penelitian bidang pendidikan. Komponen-komponen proses pendidikan tersebut meliputi: interaksi pendidikan, tujuan pendidikan, lingkungan pendidikan, dan pergaulan pendidikan. Sedangkan penelitian bidang-bidang pendidikan, antara lain meliputi: penelitian bidang ilmu dan praktek pendidikan.
1.         Penelitian Bidang ilmu dan Praktik Pendidikan
Penelitian dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan-metode kualitatif maupun kuantitatif. Penelitian bidang ilmu pendidikan yang diarahkan pada perkembangan teori dan konsep digolongkan sebagai penelitian dasar (basic research).
Penelitian dalam bidang pendidikan banyak yang lebih diarahkan pada aplikasi dari konsep dan teori. Penelitian demikian ini dikelompokkan sebagai penelitian terapan atau applied research.
a.      Pendidikan Teoritis
Penelitian yang diarahkan pada kajian bidang pendidikan teoritis ini, antara lain meliputi:
1)      Kajian filosofis tentang pendididikan: idealisme, realisme, pragmatisme, ekssistensialisme.
2)      Pendidikan dalam orientasi: tranmisi, transaksi, dan tranformasi.
3)      Konsep-konsep pendidikan, perenialisme, esensialisme, romantisme, progresivisme, teknologi pendidikan dan pendidikan pribadi.
b.      Pendidikan Praktis
Penelitian pendidikan yang diarahkan pada kajian bidang pendidikan praktis dapat dikelompokkan berdasarkan: lingkungan dan kelompok usia, jenjang, bidang studi, dan berdasarkan jenis pendidikan. Pengelompokan bidang pendidikan praktis tersebut, sebagai berikut:
1)      Berdasarkan lingkungan dan kelompok usia, yang meliputi: (1) Pendidikan dalam keluarga (pendidikan informal); (2) Pendidikan dalam masyarakat (pendidikan nonformal); (3) Pendidikan di sekolah (pendidikan formal); (4) Pendidikan usia dini (termasuk pendidikan prasekolah, contohnya: Taman-Kanak-Kanak (TK), Kelompok Bermain atau play group, Taman Bacaan Al-Qur’an (TPAQ), Tempat Penitipan Anak (TPA) dan sejenisnya, serta (5) Pendidikan orang dewasa (Adult Education) dan lain-lainnya.
2)      Berdasarkan jenjang, terdiri dari: (1) Pendidikan jenjang sekolah dasar, (2) Pendidikan jenjang sekolah menengah, dan (3) Pendidikan jenjang perguruan tinggi.
3)      Berdasarkan Bidang Studi, meliputi: (1) Pendidikan agama, (2) Pendidikan bahasa, (3) Pendidikan sosial, (4) Pendidikan kewarganegaraan, (5) Pendidikan matematika, (6) Pendidikan sains, (7) Pendidikan olah raga, (8) Pendidikan kesehatan, (9) Pendidikan seni, (10) Pendidikan teknologi, (11) Pendidikan keterampilan, (12) Pendidikan berdasarkan jenis, (13) Pendidikan umum, (14) Pendidikan kejuruan, (15) Pendidikan khusus, dan (16) Pendidikan luar biasa.

2.         Penelitian Bidang Ilmu, Praktik Kurikulum dan Pembelajaran
Penelitian terhadap ilmu kurikulum dan pengajaran/pembelajaran juga dapat dilakukan secara kuantitatif, eksperimental atau non eksperimental, dan kalau masih diarahkan pada menguji konsep, asumsi dan proposisi maka penelitian tersebut bersifat penelitian dasar.
Selain itu, dalam penelitian bidang kurikulum dan pengajaran, dapat juga dilakukan penelitian evaluasi, misalnya untuk mengevaluasi pelaksanaan atau keberhasilan suatu model desain kurikulum/pembelajaran, implementasi kurikulum, ketepatan penggunaan suatu model, metode, media pembalajaran, instrumen evaluasi, dsbnya. Dengan demikian jika dilihat dari lingkupnya, hampir semua lingkup bidang ilmu kurikulum dan pengajaran/pembelajaran dapat diteliti.
3.         Lingkup penelitian Kurikulum dan Pembelajaran
Syaodih (2005) membagi lingkup penelitian kurikulum dan pembelajaran terdiri dari: kurikulum teoritis dan kurikulum praktis, meliputi: kurikulum sebagai rencana (curriculum design), penyusunan kurikulum, implementasi kurikulum, evaluasi dan penyempurnaan kurikulum, serta manajemen kurikulum. Lebih lanjut Syaodih (2005: 45-46) menjabarkan lingkup penelitian kurikulum dan pembelajaran pada kurikulum praktis sebagai berikut.
a.         Kurikulum Teoritis (penelitian dasar)
1)        Teori-teori desain dan rekayasa kurikulum
2)        Teori-teori pengajaran/pembelajaran
3)        Teori-teori belajar
4)        Teori-teori evaluasi
b.        Kurikulum Praktis (penelitian terapan dan evaluasi)
1)        Kurikulum sebagai rencana (curriculum design)
a)         Komponen desain kurikulum
b)        Model-model desain kurikulum
c)         Model-model desain pengajaran/pembelajaran
d)        Model-model desain penggunaan sumber belajar
e)         Model-model desain evaluasi hasil belajar
f)         Model-model desain pengelolaan kurikulum
2)        Penyusunan Kurikulum
a)         Penyusunan kurikulum: umum, perbidang studi, perjenjang
b)        Penyusunan desain pengakaran/pembelajaran: umum, perbidang studi, perjenjang
c)         Penyusunan desain pemanfaatan sumber relajar: umum, perjenjang
d)        Penyusunan desain evaluasi: umum, perbidang studi, perjenjang
e)         Penyusunan desain pengelolaan kurikulum: umum, perjenjang.
3)        Implementasi Kurikulum
a)         Implementasi kurikulum: umum, perbidang studi, perjenjang
b)        Implementasi pengajaran/pembelajaran, umum, perjenjang
c)         Implementasi pemanfaatan sumber belajar: umum, perjenjang
d)        Implementasi evaluasi: umum, perbidang studi, perjenjang
e)         Implementasi pengelolaan kurikulum: umum, perjenjang
4)        Evaluasi dan penyempurnaan kurikulum
a)         Evaluasi dan penyempurnaan kurikulum: umum, perbidang studi, perjenjang
b)        Evaluasi dan penyempurnaan pengajaran/pembelajaran: umum, perbidang studi, perjenjang
c)         Evalusi dan penyempurnaan pemanfaatan sumber relajar: umum, perbidang studi, perjenjang.
d)        Evaluasi dan penyempurnaan evaluasi: umum, perbidang studi, perjenjang
e)         Evaluasi dan penyempurnaan pengelolaan kurikulum: umum, perjenjang
5)        Manajemen kurikulum
a)         Manajemen kurikulum lingkup dinas
b)        Manajemen kurikulum lingkup sekolah/perguruan tinggi
4.         Penelitian Bidang Ilmu dan Praktik Bimbingan dan Konseling
a.         Lingkup Bidang Bimbingan dan Konseling (BK), menurut Syaodih (2005: 45-46) meliputi: bimbingan konseling teoritis dan bimbingan konseling praktik. Berikut akan dijabarkan secara rinci, baik bimbingan konseling teoritis maupun praktik.
1)        Bimbingan konseling teoritis, meliputi:
a)         Teori bimbingan
b)        Teori konseling
c)         Teori kepribadian
d)        Teori perkembangan
e)         Teori balajar
f)         Teori pengukuran
2)      Bimbingan konseling praktik:
a)         Berdasarkan layanan
(1)   Layanan pengukuran dan pengumpulan data
(2)   Layanan Pemberian informasi
(3)   Layanan penempatan
(4)   Layanan konseling           
(5)   Layanan pengembangan
b)        Berdasarkan komponen BK sebagai sistem
(1)   Raw Input
(2)   Instrumen Input
(3)   Enviromental Input
(4)   Proses
(5)   Output
c)         Program BK
(1)     Berdasarkan lingkup program
(a)      Bimbingan pendidikan dan pengajaran
(b)     Bimbingan karir
(c)      Bimbingan sosial pribadi
(2)     Berdasarkan Jalur
(a)      Bimbingan pada pendidikan formal
(b)     Bimbingan pada pendididikan non formal
(3)     Berdasarkan jenjang
(a)      Bimbingan di Taman kanak
(b)     Bimbingan di Sekolah Dasar
(c)      Bimbingan di Sekolah Menengah
(d)     Bimbingan di Perguruan Tinggi
d)        Manajemen BK
(1)     Manajemen BK pada lingkup dinas
(2)     Manajemen BK pada lingkup sekolah/perguruan tinggi
(a)      Manajemen BK di TK dan SD
(b)     Manajemen BK di Sekolah Menengah
(c)      Manajemen BK di Perguruan Tinggi
5.         Penelitian Bidang Ilmu dan Praktik Manajemen Pendidikan
Selain bidang bimbingan konseling, penelitian pendidikan yang termasuk bidang ilmu dan praktik manajemen pendidikan, meliputi lingkup manajemen teoritis dan teoritis praktis. Kajian terhadap bidang ilmu dan praktik manajemen tersebut yang menjadi perhatian dalam penelitian pendidikan (Syaodih, 2005: 46-47), dirinci sebagai berikut.
a.         Lingkup manajemen pendidikan teoritis
1)        Teori manajemen
2)        Teori kepemimpinan
3)        Teori kebijakan
4)        Teori perencanaan
5)        Teori pengendalian, penjaminan
b.        Lingkup manajemen pendidikan teoritis praktis
1)      Kepemimpinan
a)         Gaya/style
b)        Fungsi kepemimpinan
c)         Kepemimpinan dan teknologi
d)        Keterampilan memimpin
2)        Modelmodel manajemen
a)      Management by objective
b)      Technology based management
c)      School based management
d)      Community based management
e)      Centralizaddecentralized management
3)      Berdasarkan proses manajemen
a)         Perencanaan
b)        Penyusunan staff
c)         Pengorganisasian
d)        Penggerakan
e)         Pengkoordinasian
f)         Pengkomunikasian
g)        Pengendalian/penjaminan
h)        Pengawasan/pembinaan
i)          Evaluasi
j)          Pelaporan
4)        Berdasarkan komponen/ segi pengelolaannya manajemen program pendidikan, meliputi:
a)         Manajemen kurikulum
b)        Manajemen pembelajaran
c)         Manajemen evaluasi
5)        Berdasarkan komponen pendidikan
a)         Manajemen pembinaan siswa/mahasiswa
b)        Manajemen penelitian dan pengembangan
c)         Manajemen kerjasama dan layanan pada masyarakat
d)        Manajemen personal
e)         Manajemen sarana dan prasarana
f)         Manajemen media dan sumber belajar
g)        Manjemen keuangan
6)        Berdasarkan lingkup penyelenggaraan
a)         Manjemen Sekolah/Jurusan/Fakultas/Universitas
b)        Manajemen pendidikan luar sekolah
c)         Manajemen pendidikan dasar
d)        Manajemen pendidikan menengah
e)         Manajemen pendidikan tinggi
f)         Manajeman pendidikan lingkup dinas

B.     Komponen-Komponen Pendidikan
a.         Interaksi Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang berintikan interaksi antara peserta didik dengan para pendidik serta berbagai sumber pendidikan. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber-sumber pendidikan tersebut dapat berlangsung dalam situasi pergaulan (pendidikan), pengajaran, latihan, serta bimbingan. Situasi pergaulan pendidikan tersebut biasa disebut pergaulan edukatif.
Dalam pergaulan antara peserta didik dengan para pendidik yang dikembangkan terutama segi-segi afektif: nilai-nilai, sikap, minat, motivasi, disiplin diri, kebiasaan,dan lain-lain.
Interaksi edukatif yang terjadi dalam proses pendidikan atau proses pembelajaran peserta didik sangat mempengaruhi proses pembelajaran untuk menjapai tujuan yang diharapkan. Dalam konteks proses belajar mengajar, interaksi edukatif ini ibarat jembatan bagi proses pembelajaran peserta didik.
b.        Tujuan Pendidikan
Perbuatan mendidik diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan tertentu, yaitu tujuan pendidikan. Tujuan-tujuan ini bisa menyangkut kepentingan peserta didik sendiri, kepentingan masyarakat dan  tuntutan lapangan pekerjaan atau ketiga-tiganya yaitu peserta didik, masyarakat dan pekerja sekaligus. Proses pendidikan diarahkan pada peningkatan penguasaan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam rangka pembentukan dan pengembangan diri peserta didik. Pengembangan diri ini dibutuhkan, untuk menghadapi tugas-tugas dalam kehidupannya sebagai pribadi, sebagai siswa, karyawan, profesional maupun warga masyarakat.
Sasaran dan perbuatan pendidikan selalu normatif, selalu terarah kepada yang baik. Perbuatan pendidikan tidak mungkin dan tidak pernah diarahkan kepada pencapaian tujuan-tujuan yang merugikan atau bertentangan dengan kepentingan peserta didik ataupun masyarakat. Perbuatan pendidikan selalu diarahkan kepada kemaslahatan dan kesejahteraan peserta didik dan masyarakat. Karena tujuannya positif maka proses pendidikannya juga harus positif, konstruktif dan normatif. Tujuan yang normatif tidak mungkin dapat dicapai dengan perbuatan yang tidak normatif pula. Oleh karena itu kepada guru sebagai pendidik dituntut untuk selalu berbuat, berperilaku, berpenampilan sesuai dengan norma-norma yang ada.
c.         Lingkungan Pendidikan
Proses pendidikan selalu berlangsung dalam suatu lingkungan, yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, politis, keagamaan, intelektual, dan nilai-nilai. Lingkungan fisik terdiri atas lingkungan alam dan lingkungan buatan manusia, yang merupakan tempat dan sekaligus memberikan dukungan kadang-kadang juga hambatan bagi berlangsungnya proses pendidikan. Proses pendidikan mendapatkan dukungan dari lingkungan fisik berupa sarana, prasarana serta fasilitas fisik dalam jenis dan kualitas yang memadai, akan sangat mendukung berlangsungnya proses pendidikan yang efektif. Kekurangan sarana, prasarana dan fasilitas fisik, akan menghambat proses pendidikan, dan menghambat pencapaian hasil yang maksimal.
Lingkungan sosial budaya merupakan lingkungan pergaulan antar manusia. Di lingkungan ini pendidik dan peserta didik serta orang-orang lainnya terlibat dalam pendidikan dan terjadinya komunikasi dalam bentuk pergaulan pendidikan. Interaksi dalam proses pendidikan maupun pembelajaran antara pihak yang terlibat di dalamnya, biasa disebut interaksi pendidikan (interaksi edukatif) Interaksi edukatif dapat disebut “jembatan” dalam proses pendidikan atau pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Interaksi pendidikan dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dan corak pergaulan antar orang-orang yang terlibat dalam interaksi tersebut, baik pihak peserta didik (siswa) maupun para pendidik (guru) dan pihak lainnya. Karakteristik pribadi misalnya, meliputi karakteristik fisik, seperti tinggi dan besar badan, nada suara, roman muka, gerak-gerik, dan dan karakteristik psikhis seperti sifat sabar atau gampang marah (temperamen), sifat jujur, setia (watak) dan lain-lain, serta kemampuan intelektual seperti jenius, cerdas, bodoh dan lain-lain.
Corak pergaulan dalam berbagai latar keragaman sosial dan budaya masyarakat turut memberikan warna pergaulan dan dalam melakukan pekerjaan atau kerja yang mempengaruhi sifat-sifat pribadi peserta didik. Corak pergaulan yang bersahabat akan memberikan warna sifat-sifat pribadi yang bersahabat, sebaliknya corak pergaulan yang keras mendorong munculnya konflik sosial, dan bahkan mempengaruhi sifat-sifat pribadi. Sebagai makhluk yang berbudaya, manusia menciptakan budaya, hidup dan berkembang dalam lingkungan budaya tertentu. Dalam suatu lingkungan masyarakat suatu daerah tertentu memiliki budaya dengan nilai-nilai yang melekat dalam kehidupan pribadi atau kelompok masyarakat tertentu, misalnya kelompok etnis, sebagai kelompok sosial memiliki budaya tertentu pula. Pola-pola perilaku, pergaulan maupun interaksi antara peserta didik dengan pendidik serta sumber pendidikan lainnya dipengaruhi oleh jenis-jenis budaya yang ada di lingkungannya.
Selain lingkungan masyarakat dengan budayanya, lingkungan intelektual sangat mempengaruhi pengembangan kemampuan peserta didik. Lingkungan intelektual ini merupakan kondisi dan iklim sekitar yang mendorong dan menunjang pengembangan kemampuan berpikir. Lingkungan ini mencakup perangkat lunak seperti sistem dan program-program pengajaran, perangkat keras seperti media dan sumber belajar, serta aktivitas-aktivitas pengembangan dan penerapan kemampuan berpikir.
Lingkungan pendidikan lain yang turut mempengaruhi pengembangan kemampuan peserta didik, para pendidik dan atau pelaku pendidikan yang terlibat dalam proses pendidikan adalah lingkungan keagamaan. Lingkungan keagamaan adalah lingkungan yang terkait dengan pola-pola kegiatan, perilaku manusia dalam melaksanakan kewajiban dan nilai-nilai keagamaan. Sedangkan lingkungan lainnya adalah lingkungan yang turut menata kehidupan nilai bagi individu, kelompok masyarakat, bangsa, yang disebut lingkungan nilai. Yang termasuk lingkungan nilai misalnya, nilai kemasyarakatan, ekonomi, sosial, politik, estetika, etika maupun nilai keagamaan yang hidup dan dianut dalam suatu daerah atau kelompok tertentu. Lingkungan-lingkungan tersebut akan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap proses dan hasil dari pendidikan.
Interaksi pendidikan dapat berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat serta lingkungan-lingkungan kerja. Keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pertama dan utama, sebab dalam lingkungan inilah pertama-tama anak mendapatkan pendidikan, bimbingan, asuhan, pembiasaan, dan latihan. Keluarga merupakan masyarakat kecil, bukan hanya menjadi tempat anak diasuh dan dibesarkan, tetapi juga tempat anak hidup dan dididik pertama kali. Apa yang diperolehnya dalam kehidupan keluarga, akan menjadi dasar dan dikembangkan pada kehidupan-kehidupan selanjutnya. Keluarga merupakan masyarakat kecil sebagai prototype masyarakat luas. Oleh karena itu, penyiapan pendidikan bagi anak dalam keluarga ibarat “sumber air”, yang akan mengalir ke masyarakat. Dari sumber air yang keruh akan mengalir air yang keruh, sebaliknya air dari sumber yang jernih akan mengalirkan air yang jernih pula.
Diantara aspek-aspek kehidupan dalam keluarga, seperti aspek ekonomi, sosial, politik, keamanan, kesehatan, agama, pendidikan, menempati kedudukan yang paling sentral dalam kehidupan keluarga, sebab ada kecenderungan yang sangat kuat pada manusia, bahwa mereka ingin melestarikan keturunannya, dan ini dapat dicapai melalui pendidikan. Cita-cita orangtua tentang anak-anak dan cucunya direalisasikan melalui pendidikan.
Lingkungan kedua setelah keluarga adalah sekolah. Pendidikan di sekolah lebih bersifat formal, (dalam keluarga bersifat informal). Pengetahuan, nilai-nilai danketerampilan yang diberikan di  sekolah, merupakan kelanjutan dari apa yang diberikan di dalam keluarga, tetapi tingkatannya jauh lebih tinggi dan lebih kompleks sesuai dengan tahap penjenjangannya. Pengetahuan tersebut bersumber dari disiplin.disiplin ilmu atau permasalahan-permasalahan yang berkembang dalam masyarakat yang bersumber dari bidang-bidang ilmu pendidikan. Selain dalam kedua lingkungan tersebut, peserta didik juga mendapat pengaruh dan pendidikan dalam lingkungan masyarakat yang merupakan lingkungan ketiga. Dalam masyarakat, peserta didik menghadapi dan mempelajari hal-hal yang lebih nyata dan praktis, terutama yang berkaitan erat dengan problema-problema kehidupan. Di masyarakat para peserta didik juga dituntut dan berusaha menerapkan apa-apa yang telah mereka peroleh dari keluarga dan sekolah, tetapi setelah selesai masa pendidikan, maka mereka masuk ke lingkungan masyarakat dengan status yang lain, yang menunjukkan tingkat kedewasaan dan kemandirian yang lebih tinggi. Dalam lingkungan masyarakat pendidikannya lebih bersifat terbuka, artinya peserta didik menjumpai berbagai sumber dan bahan belajar yang mencakup aspek-aspek kehidupan. Bahan yang dipelajari tersebut berasal dari sumber belajarnya secara langsung maupun melalui media belajar yang ada dalam lingkungannya, baik media massa (media cetak dan media elektronika). Dalam lingkungan masyarakat, metode pembelajarannya mencakup semua bentuk interaksi dan komunikasi antar orang baik secara langsung atau tidak langsung, menggunakan media cetak, ataupun elektronika.
d.        Pergaulan Pendidikan
Pendidikan bisa berlangsung dalam pergaulan hidup, dalam pergaulan ini para pendidik berusaha menjadi contoh dan memberikan perlakuan-perlakuan yang bersifat mendidik, oleh karena itu pergaulan ini disebut pergaulan pendidikan. Pergaulan pendidikan antara peserta didik dengan pendidik dapat berlangsung dalam kegiatan sehari-hari, dalam situasi pembelajaran, bimbingan dan latihan-latihan. Juga pergaulan pendidikan bisa berlangsung antara orangtua dengan anak-anaknya dalam kehidupan keluarga (pendidikan dan keluarga) dan antara orang dewasa dengan anak-anak dalam kehidupan masyarakat (pendidikan dalam masyarakat). Dalam pergaulan pendidikan proses pengembangan berlangsung secara informal, alamiah, dan mungkin juga tidak disadari, walaupun dari sisi pendidik seharusnya selalu disadari. Syaodih (2005) mengatakan bahwa proses pendidikan dalam situasi pergaulan berlangsung melalui percontohan. Para pendidik dengan apa yang mereka perlihatkan, katakan, perbuat, dan berikan.
Pendidikan diberikan dengan “seluruh penampilan pendidik”, dengan seluruh hal yang pendidik perlihatkan kepada para peserta didik, termasuk hal-hal yang kurang baik atau tidak mendidik. Inilah yang disebut kesalahan mendidik. Seharusnya dalam pergaulan pendidikan, para pendidik hanya memperlihatkan hal-hal positif, yang ingin ditumbuhkan dan dikembangkan pada peserta didik, karena dalam pergaulan pendidikan para pendidik menjadi model dan contoh dari konsep pendidikan yang dianutnya.



C.    Karakteristik Penelitian Pendidikan
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa cara mencari kebenaran yang dipandang ilmiah adalah melalui metode penelitian. Cara tersebut memungkinkan ditemukannya kebenaran yang obyektif, karena dibentengi dengan fakta-fakta sebagai bukti tentang adanya sesuatu dan mengapa adanya demikian atau apasebab adanya demikian
Tujuan akhir suatu ilmu adalah mengembangkan dan menguji teori. Suatu teori dapat menjelaskan dan meramalkan fenomena-fenomena alamiah. Dari perilaku atau kegiatan-kegiatan terlepas yang dilakukan oleh siswa atau guru umpamanya, peneliti dapat memberikan penjelasan umum tentang hubungan diantara perilaku atau kegiatan pembelajaran. Tiap disiplin ilmu mempunyai cara pencarian sendiri yang sesuai dengan karakteristik disiplin ilmunya. Sains(pengetahuan alam) umpamanya, banyak menggunakan metode eksperimen, sedang antropologi menggunakan metode kualitatif. Pendidikan kebanyakan menggunakan metode deskriptif, tetapi untuk hal-hal tertentu dapat menggunakan metode eksperimen, penelitian tindakan, penelitian dan pengembangan, dan juga kualitatif.
Penelitian terhadap ilmu pendidikan mengkaji dasar-dasar, teori-teori dan konsep-konsep, termasuk sejarah perkembanganya. Penelitian dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan-metode kualitatif maupun kuantitatif. Pendekatan kuantitatif diarahkan pada analisis dasar filosofis, psikologis, sosiologis-antropologis, serta konsep dan analisis historis. Dari penelitian demikian dapat dihasilkan penguatan terhadap proposisi dan asumsi yang ada, dan atau menghasilkan asumsi, proposisi dan hipotesis yang baru. Penelitian-penelitian yang diarahkan pada perkembangan teori dan konsep digolongkan sebagai penelitian dasar (basic reseach). Penelitian dapat dilakukan dengan baik terhadap ilmu maupun terhadap praktik pendidikan. Ada tujuh karakteristik penelitian pendidikan menurut Mc Millan dan Schumacher (2001:11-13), yaitu: (1) Objectivity (objektivitas); (2) Precision (ketepatan); (3) Verification (verifikasi); (4) Parsimonious explanation (Penjelasan ringkas); (5) Empiricism (empiris); (6) Logical reasoning (pendapatlogis); dan (7) Conditional conclutions (kesimpulan kondisional).

Karakteristik penelitian pendidikan tersebut, secara singkat akan dijelaskan sebagai berikut:
1.         Objektivitas
Penelitian harus memiliki objektivitas(objectivity) baik dalam karakteristik maupun prosedurnya. Objektivitas dicapai melalui keterbukaan, terhindar dari bias dan subjektivitas. Dalam prosedurnya, penelitian menggunakan teknik pengumpulan dan analisis data yang memungkinkan dibuat interpretasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Objektivitas juga menunjukkan kualitas data yang dihasilkan dari prosedur yang digunakan, yang dikontrol dari bias dan subjektivitas.
2.         Ketepatan
Penelitian juga harus memiliki tingkat ketepatan(precision), dalam arti bahwa secara teknis, instrumen pengumpulan datanya harus memiliki validitas dan realibilitas yang memadai, serta desain penelitian, pengambilan sampel dan teknik analisisnya tepat. Dalam penelitian kualitatif, hasilnya dapat diulang dan diperluas, dalam penelitian kualitatif memiliki sifat reflektif dan tingkat komparasi yang konstan.
3.         Verifikasi
 Penelitian dapat diverifikasi, dalam arti dikonfirmasikan, direvisi dan diulang dengan cara yang sama atau berbeda. Verifikasi dalam penelitian kualitatif berbeda dengan kuantitatif. Penelitian kualitatif memberikan interpretasi deskriptif, verifikasi berupa perluasan, pengembangan tetapi bukan pengulangan. Verifikasi juga bermakna memberikan sumbangan kepada ilmu atau studi lain.
4.      Penjelasan Ringkas
Penelitian mencoba memberikan penjelasan tentang hubungan antar fenomena dan menyederhanakannya menjadi penjelasan yang ringkas. Tujuan akhir dari suatu penelitian adalah mereduksi realita yang kompleks ke dalam penjelasan yang singkat. Dalam penelitian kuantitatif penjelasan singkat tersebut berbentuk generalisasi, tetapi dalam penelitian kualitatif berbentuk deskripsi tentang hal-hal yang essensial atau pokok.
5.      Empiris
Penelitian ditandai oleh sikap dan pendekatan empiris yang kuat. Secara umum empiris berarti berdasarkan pengalaman praktis. Dalampenelitian empiris kesimpulan didasarkan atas kenyataan-kenyataan yangdiperoleh dengan menggunakan metode penelitian yang sistematik, bukanberdasarkan pendapat atau kekuasaan. Sikap empiris umumnya menuntutpenghilangan pengalaman dan sikap pribadi. Kritis dalam penelitian berartimembuat interpretasi berdasarkan pada kenyataan dan nalar yang didasarkanatas kenyataan-kenyataan (evidensi). Evidensi adalah data yang diperolehdari penelitian, berdasarkan hasil analisis data tersebut interpretasi dibuat.Angka, print out, catatan lapangan, rekaman wawancara artifak dandokumen sejarah adalah sejumlah contoh data dalam penelitian
6.         Penalaran Logis
Semua kegiatan penelitian menuntut penalaran logis. Penalarana merupakan proses berpikir, menggunakan prinsip-prinsip logika deduktif dan induktif. Penalaran deduktif aalah penarikan kesimpulan dari umum ke khusus. Dalam penalaran deduktif, bila premisnya benar, maka kesimpulan otomatis benar. Logika deduktif dapat mengidentifikasi hubungan-hubungan baru dalam pengetahuan (prinsip, kaidah) yang ada. Sementara itu, dalam penalaran induktif, peneliti menarik kesimpulan berdasarkan hasil sejumlah pengamatan kasus-kasus (individual, situasi, peristiwa), kemudian peneliti membuat kesimpulan yang bersifat umum. Kesimpulan dibatasi oleh jumlah dan karakteristik dari kasus yang diamati.
7.      Kesimpulan Kondisional
Kesimpulan penelitian tersebut sifatnya tidak mutlak, tidak absolut. Masih bisa dibenarkan atau disalahkan dengan argumen yang lebih valid.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar