A.
Pengertian
Penelitian Pendidikan
1.
Apakah Penelitian
itu?
Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu usaha untuk
menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dengan
menggunakan metode-metode ilmiah. Para pakar mengemukakan pendapat yang berbeda
dalam merumuskan batasan penelitian atau penyelidikan terhadap suatu masalah,
baik sebagai usaha mencari kebenaran melalui pendekatan ilmiah. Secara umum,
penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data yang
dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Pengumpulan dan analisis data menggunakan metode-metode ilmiah, baik yang
bersifat kuantitatif dan kualitatif, eksperimental atau noneksperimental,
interaktif atau noninteraktif. Metode-metode tersebut telah dikembangkan secara
intensif, melalui berbagai uji coba sehingga telah memiliki prosedur yang baku.
Penelitiaan merupakan upaya untuk mengembangkan pengetahuan, mengembangkan dan
menguji teori. Dalam kaitannya dengan upaya pengembangan pengetahuan, Welberg
(1986) mengemukakan lima langkah pengembangan pengetahuan melalui penelitian,
yaitu: (1) mengidentifikasi masalah penelitian, (2) melakukan studi empiris,
(3) melakukan replikasi atau pengulangan, (4) menyatukan (sintesis) dan
mereviu, dan (5) menggunakan dan mengevaluasi (McMillan dan Schumacher, 2001: 6
).
Penelitian dapat pula diartikan sebagai cara dan proses penemuan melalui pengamatan atau penyelidikan yang bertujuan untuk mencari jawaban permasalahan atau persoalan sebagai suatu masalah yang diteliti. Kerlinger (1986) mengemukakan, penelitian ialah proses penemuan yang mempunyai karakteristik sistematis, terkontrol, empiris, dan mendasarkan pada teori dan hipotesis atau jawaban sementara. Hasil penemuan tersebut, baik discovery atau invention. Hasil temuan sesuatu yang memang sudah ada dengan dukungan fakta biasa disebut discovery. Sukardi (2005) mengatakan, discovery diartikan sebagai hasil temuan memang sebetulnya sudah ada. Ia mencontohkan, misalnya penemuan Benua Amerika. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa invention dapat diartikan sebagai penemuan hasil penelitian yang betul-betul baru dengan dukungan fakta, misalnya hasil kloning dari hewan yang sudah mati dan dinyatakan punah, kemudian diteliti untuk menemukan jenis yang baru. Dalam penerapannya, kadang-kadang penelitian dan metode ilmiah disamakan artinya. Penelitian merupakan suatu kerja penelitian atau penyelidikan terhadap suatu masalah. Penyelidikan tersebut menggunakan metode-metode ilmiah. Penggunaan metode ilmiah bertujuan untuk menemukan jawaban terhadap masalah atau persoalan melalui penerapan prosedur-prosedur ilmiah. Penerapan pendekatan ilmiah ini adalah cara untuk memperoleh informasi yang berguna dan dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif memiliki dasar positivis dan banyak diterapkan dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan alam, sosial, ekonomi, dan pendidikan. Sukardi (2005) mengemukakan beberapa ciri penelitian yang memiliki dasar positivis, antara lain sebagai berikut:
Penelitian dapat pula diartikan sebagai cara dan proses penemuan melalui pengamatan atau penyelidikan yang bertujuan untuk mencari jawaban permasalahan atau persoalan sebagai suatu masalah yang diteliti. Kerlinger (1986) mengemukakan, penelitian ialah proses penemuan yang mempunyai karakteristik sistematis, terkontrol, empiris, dan mendasarkan pada teori dan hipotesis atau jawaban sementara. Hasil penemuan tersebut, baik discovery atau invention. Hasil temuan sesuatu yang memang sudah ada dengan dukungan fakta biasa disebut discovery. Sukardi (2005) mengatakan, discovery diartikan sebagai hasil temuan memang sebetulnya sudah ada. Ia mencontohkan, misalnya penemuan Benua Amerika. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa invention dapat diartikan sebagai penemuan hasil penelitian yang betul-betul baru dengan dukungan fakta, misalnya hasil kloning dari hewan yang sudah mati dan dinyatakan punah, kemudian diteliti untuk menemukan jenis yang baru. Dalam penerapannya, kadang-kadang penelitian dan metode ilmiah disamakan artinya. Penelitian merupakan suatu kerja penelitian atau penyelidikan terhadap suatu masalah. Penyelidikan tersebut menggunakan metode-metode ilmiah. Penggunaan metode ilmiah bertujuan untuk menemukan jawaban terhadap masalah atau persoalan melalui penerapan prosedur-prosedur ilmiah. Penerapan pendekatan ilmiah ini adalah cara untuk memperoleh informasi yang berguna dan dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif memiliki dasar positivis dan banyak diterapkan dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan alam, sosial, ekonomi, dan pendidikan. Sukardi (2005) mengemukakan beberapa ciri penelitian yang memiliki dasar positivis, antara lain sebagai berikut:
a.
Menekankan
objektivitas secara universal dan tidak dipengaruhi oleh ruang dan waktu.
b.
Menginterpretasi
variabel yang ada melalui peraturan kuantitas atau angka.
c.
Memisahkan antara
peneliti dengan objek yang hendak diteliti.
d.
Menekankan
penggunaan metode statistik untuk mencari jawaban permasalahan yang hendak
diteliti.
Suatu kerja
penelitian menuntut obyektivitas, terfokus, memerlukan proses yang intensif,
sistematis, dan lebih formal, baik di dalam proses atau pengukuran maupun
penganalisaan dan penyimpulan hasil-hasilnya. Suatu kerja penelitian bisa juga
dilakukan dalam rangka penemuan dan pengembangan pengetahuan. Metode ilmiah
mengikuti proses identifikasi masalah, pengembangan hipotesis, melakukan
observasi, menganalisis, dan kemudian menyimpulkannya. Proses-proses dimaksud
dapat digunakan secara informal dalam kehidupan sehari-hari dan belum tentu
bisa disebut suatu kerja penelitian. Dalam metode ilmiah yang dipentingkan
ialah aplikasi berpikir deduktif-induktif didalam pemecahan suatu masalah.
Untuk jelasnya,
Anda dapat memahami pengertian atau batasan dari istilah penelitian itu sendiri
dengan memperhatikan beberapa ciri suatu kerja penelitian antara lain sebagai
berikut ini.
a.
Penelitian
dirancang dan diarahkan guna memecahkan sesuatu masalah tertentu sebagai
jawaban terhadap suatu masalah yang menjadi fokus penelitian.
b.
Penelitian memiliki
nilai deskripsi dan prediksi serta hasil temuannya terhadap sampel yang
berfokus pada suatu kelompok atau situasi objek tertentu yang spesifik yang
penekanannya pada pengembangan generalisasi, prinsip-prinsip, serta
teori-teori.
c.
Penelitian
memerlukan instrumen dan prosedur pengumpulan data yang valid sehingga
membuahkan hasil analisis/penemuan yang akurat dan terpercaya.
d.
Penelitian
berkepentingan bukan sekedar mensintesa atau mereorganisasi halhal yang telah
diketahui sebelumnya tetapi lebih diarahkan untuk penemuan baru.
e.
Penelitian
dirancang dengan prosedur-prosedurnya secara teliti dan rasional.
f.
Penelitian menuntut
keahlian untuk mengetahui secara memadai permasalahan yang diselidikinya.
g.
Penelitian yang
menggunakan hipotesis, tekanannya pada pengujian hipotesis, bukan pada
pembuktian hipotesis.
h.
Penelitian menuntut
kesabaran dan tak dilakukan secara tergesa-gesa.
i.
Penelitian memerlukan
pencatatan dan pelaporannya dilakukan secara teliti dan cermat, baik terhadap
prosedurya maupun hasil-hasil dan kesimpulannya disajikan atas dasar
bukti-bukti yang ada secara obyektif, hati-hati, dan cermat sehingga dapat
dijadikan bahan yang berharga.
Dalam dunia
pendidikan, dengan penelitian bisa membawa pengertian yang semakin baik
terhadap perilaku orang perseorangan, termasuk subyek didik atau pendidik,
proses belajar mengajar serta situasi atau kondisi yang bisa membuat lebih
berhasilnya proses pendidikan. Pada ilmu-ilmu tingkah laku, penelitian mengarah
pada pengembangan dan pengujian teori-teori tingkah laku. Pemahaman terhadap
tingkah laku peserta didik maupun pendidik semakin diperlukan dari hasil-hasil
penelitian dalam bidang pendidikan, baik dari segi ilmu maupun prakteknya. Pada
umumnya penelitian–penelitian pendidikan tergolong penelitian jenis terapan
guna mengembangkan generalisasi-generalisasi yang berkenaan dengan proses
belajar mengajar dan bahan-bahan mengajar. Karena itu, penelitian pendidikan
memberikan perhatiannya pada pengembangan dan pengujian teroriteori tentang
bagaimana peserta didik (pelajar, mahasiswa) berperilaku dalam seting
pendidikan.
Berangkat dari
hakikat penelitian yang dikemukakan di atas, dapat dikemukakan pengertian
penelitian pendidikan adalah cara yang digunakan untuk mendapatkan informasi
yang berguna dan dapat dipertanggungjawabkan dalam upaya memahami proses
kependidikan dalam lingkungan pendidikan melalui pendekatan ilmiah, baik di
lingkungan pendidikan formal, pendidikan informal maupun pendidikan nonformal.
Menemukan prinsip-prinsip umum atau penafsiran tingkah laku yang dapat dipakai
untuk menerangkan, meramalkan, dan mengendalikan kejadian-kejadian dalam
lingkungan pendidikan merupakan tujuan dari suatu kerja penelitian penedidikan.
2.
Mengapa penelitian dilakukan?
Sekurang-kurangnya
ada empat sebab yang melatarbelakangi mengapa penelitian itu perlu dilakukan,
yaitu: (1) Kesadaran keterbatasan pengetahuan, pemahaman, dan
kemampuan, (2) Pemenuhan rasa ingin tahu, (3) Pemecahan masalah, dan (4)
Pemenuhan pengembangan diri.
Pertama, penelitian
didasarkan atas kesadaran keterbatasan pengetahuan, pemahaman, dan
kemampuan. Manusia tinggal di lingkungan
masyarakat yang sangat luas. Dalam
kehidupan yang sangat luas tersebut banyak hal yang kita tidak ketahui, tidak
jelas, tidak paham sehingga menimbulkan kebingungan, karena pengetahuan,
pemahaman dan kemampuan manusia yang sangat terbatas, dibandingkan dengan
lingkungannya yang begitu luas. Bahkan ketidaktahuan, ketidakpahaman, dan
ketidakjelasan terhadap sesuatu dalam kehidupannya, seringkali menimbulkan
kecemasan, rasa takut, dan rasa terancam. Kesadaran atas keterbatasan
pengetahuan, pemahaman, dan atau kemampuan manusia dalam kehidupannya perlu
diatasi agar manusia dapat menyesuaikan diri di lingkungan masyarakat.
Kedua, penelitian
dilakukan karena didorong oleh pemenuhan kebutuhan rasa ingin tahu. Manusia
memiliki dorongan atau naluri ingin mengetahui tentang sesuatu di luar dirinya.
Pengetahuan dan pemahaman tentang sesuatu, menimbulkan rasa ingin tahu baru
yang lebih luas, lebih tinggi, lebih menyeluruh. Dorongan ingin tahu disalurkan untuk menambah
dan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman. Contohnya, manusia selalu bertanya,
apa itu, bagaimana itu, mengapa begitu, dan sebagainya. Bagi kebanyakan orang,
jawaban-jawaban sepintas dan sederhana mungkin sudah memberikan kepuasan,
tetapi bagi orang-orang tertentu, para ilmuwan, peneliti, dan mungkin juga para
pemimpin, dibutuhkan jawaban yang lebih mendalam, lebih rinci dan lebih
komprehensif.
Ketiga, penelitian
dilakukan untuk pemecahan masalah.
Banyak cara yang dilakukan manusia untuk memecahkan masalah yang dihadapinya,
antara lain:
a.
Pemecahan masalah
dilakukan secara tradisional atau mengikuti kebiasaan. Cara dan alat kerja
tradisional yang merupakan kebiasaan, misalnya, cara masyarakat petani memotong
padi menggunakan anai-anai yang secara turun temurun dijadikan sebagai alat
potong padi.
b.
Pemecahan masalah
secara dogmatis, baik menggunakan dogma agama, masyarakat, hukum, dan lain
lain. Seperti pencuri dipotong tangannya,
dll.
c.
Pemecahan masalah
secara intuitif yaitu berdasarkan bisikan hati, misalnya seorang ibu
kebingungan anaknya terlambat pulang sekolah. Bisikan hatinya, mengecek anaknya
dengan menelepon teman dekat anaknya.
d.
Pemecahan masalah
secara emosional, umpamanya pintu terkunci dibuka dengan didobrak.
e.
Pemecahan masalah
secara spekulatif atau trial and error,
suara radio berhenti, lalu radionya
dipukul-pukul dan ternyata bersuara lagi.
f.
Pemecahan masalah
melalui penelitian. Pemecahan masalah dalam penelitian dilakukan secara
objektif, sistematis, menggunakan metode dan mengikuti prosedur, serta
berpegang pada prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah pengumpulan, pengolahan data,
dan pembuktian secara ilmiah.
Keempat, pemenuhan
pengembangan diri. Manusia merasa tidak puas dengan apa yang telah dicapai,
dikuasai, dan dimilikinya. Manusia selalu ingin yang lebih baik, lebih
sempurna, lebih memberikan kemudahan, selalu ingin menambah dan meningkatkan
“kekayaan” dan fasilitas hidupnya.Dengan demikian pencapaian yang diinginkan
manusia melalui penelitian sangat tergantung ruang lingkup penelitian yang
dirancang, baik yang dirancang dan dilaksanakan sendiri, maupun melibatkan
banyak orang.
3.
Penelitian sebagai pencarian ilmiah
Sebagai pencarian
ilmiah, penelitian adalah suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan dengan
menggunakan metode-metode yang diorganisasikan secara sistematis, dalam
mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasikan data. Yang dimaksud ilmiah di sini adalah cara mengembangkan pengetahuan.
Dalam konteks metode ilmiah, McMillan dan Schumacher (2001) membagi atas empat
langkah metode ilmiah, yaitu: (1) Define a problem, (2) State the hypothesis to
be tested, (3) Collect and analyze data, and (4)
Interprete the results and draw conclusions about the problem. Hampir sama
dengan McMillan dan Schumacher, John Dewey membagi langkah-langkah pencarian
ilmiah yang disebutnya sebagai
“reflective thinking”, atas lima
langkah, yaitu: (1) mengidentifikasi
masalah, (2) merumuskan dan membatasi masalah, (3) menyusun hipotesis, (4)
mengumpulkan dan menganalisis data, dan (5) menguji hipotesis dan menarik
kesimpulan.
Menurut Suharsimi
(1989) salah satu persyaratan penting dalam melakukan kegiatan penelitian
adalah mengikuti konsep ilmiah, artinya mulai awal sampai akhir kegiatan penelitian
mengikuti cara-cara yang sudah ditentukan, yaitu:memilih masalah, studi
pendahuluan, merumuskan masalah, merumuskan anggapan dasar dan hipotesis,
memilih pendekatan, menentukan variabel dan sumber data, menentukan dan
menyusun instrumen, mengumpulkan data, analisis data, menarik kesimpulan, menyusun
laporan.
Keterangan:
1.
Memilih masalah
Memilih masalah
bukanlah pekerjaan yang terlalu mudah terutama bagi orang-orang yang belum
banyak berpengalaman meneliti. Dalam memilih masalah yang hendak diteliti perlu
mempertimbangkan beberapa hal, antara
lain:
a.
Cakupan masalah
tidak terlalu luas.
b.
Data yang
diperlukan tidak sulit diperoleh.
c.
Biaya dan waktu
yang dibutuhkan cukup tersedia untuk penyelesaian penelitian.
d.
Dukungan teori dari
sumber-sumber yang tersedia (referensi, buku, dan jurnal-jurnal hasil penelitian) yang relevan dengan masalah
yang akan diteliti.
2.
Studi pendahuluan
Sebelum penelitian
dilakukan, peneliti perlu mengadakan studi pendahuluan. Studi pendahuluan ini
biasanya disebut studi ekploratoris, yaitu menjajagi kemungkinan diteruskannya
pekerjaan meneliti. Studi pendahuluan juga dimaksudkan untuk mencari informasi
yang diperlukan oleh peneliti agar masalahnya menjadi lebih jelas.
3.
Merumuskan masalah
Perumusan masalah
merupakan perumusan dan pemetaan faktor-faktor, atau variabel-variabel yang
terkait dengan fokus masalah. Faktor atau variabel tersebut yang melatarbelakangi ataupun
diakibatkan oleh fokus masalah. Karena faktor atau variabel yang terkait dengan
fokus masalah cukup banyak, maka perlu ada pembatasan faktor atau variabel, yaitu
dibatasi pada faktor atau variabel-variabel yang dominan. Untuk itu informasi
yang cukup dari studi pendahuluan atau studi eksploratoris sangat diperlukan,
sehingga masalah yang akan diteliti
menjadi jelas dan peneliti harus jelas pula apa yang seharusnya ia
kerjakan.
4.
Merumuskan anggapan
dasar dan hipotesis
Anggapan dasar
adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi
sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti didalam
melaksanakan penelitiannya. Jika anggapan dasar merupakan dasar berpikir yang
memungkinkan kita mengadakan penelitian tentang permasalahan kita, maka
hipotesis merupakan kebenaran sementara yang ditentukan oleh peneliti, tetapi
masih harus dibuktikan atau dites untuk diuji kebenarannya. Yang perlu diingat
bahwa rumusan hipotesis dibuat apabila penelitiannya menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan pengolahan data stastistik inferensial. Untuk penelitian
kuantitatif yang menggunakan pengolahan data stastistik deskriptif tidak
diperlukan rumusan hipotesis, cukup dengan pertanyaan-pertanyaan pokok,
demikian juga dengan penelitian kualitatif.
5.
Memilih pendekatan
Dalam menyusun
rancangan penelitian biasanya berisi rumusan tentang langkah-langkah
penelitian, termasuk didalamnya adalah pendekatan dan metode penelitian yang
digunakan serta alasan-alasan mengapa menggunakan pendekatan dan metode
tersebut. Metode atau cara mengadakan
penelitian seperti halnya: Eksperimen atau non eksperimen. Tetapi disamping itu
juga menunjukan jenis atau tipe penelitian yang diambil, dipandang dari segi
tujuan misalnya eksploratif, deskriptif atau hitoris. Masih ada lagi pandangan
dari subjek penelitiannya, misalnya populasi atau kasus.
6.
Menentukan variabel
dan sumber data
Penentuan variabel
penelitian berkaitan dengan penggunaan teknik pengumpulan data dan sumber data
yang diperlukan dalam suatu kegiatan penelitian. Aspek-aspek yang diteliti dengan teknik
pengumpulan data dan dari mana sumber data diperleh adalah persoalan penting
bagi peneliti yang harus diketahui
sebelum melakukan penelitian di lapangan.
7.
Menentukan dan
menyusun instrumen
Dalam suatu kerja
penelitian, kegiatan pengumpulan data didahului oleh penentuan teknik,
penyusunan dan pengujian instrumen pengumpulan data yang akan digunakan.
Kegiatan ini perlu dilakukan peneliti, selain objektivitas dan keakuratan data
yang akan diperoleh, segi-segi legal dan
etis dalam proses pelaksanaannya perlu mendapatkan perhatian. Peneliti perlu
menentukan jenis data dan dari mana serta dengan instrumen apa data
diperoleh. Sebagai contoh, peneliti akan
mengumpulkan data tentang tingkah laku siswa. Data tentang tingkah laku siswa
pada kelas tertentu, tentu hanya dapat
diperoleh dari siswa dengan cara mengobservasi dengan menggunakan seperangkat
pedoman observasi dan/atau melalui interview atau kuisioner.
8.
Mengumpulkan data
Dalam kegiatan
pengumpulan data ini yang perlu mendapat
perhatian peneliti adalah objektivitas dan keakuratan data yang diperoleh,
segi-segi legal dan etis dalam proses pelaksanaannya. Dalam prakteknya,
mengumpulkan data adalah pekerjaan yang sukar, karena apabila diperoleh data
yang salah, tentu saja kesimpulannya pun salah pula. Oleh karena itu, peneliti
harus sungguh-sungguh dengan cermat dan jeli dalam menghimpun, mencatat atau
merekam data yang diperlukan.
9.
Analisis data
Analisis data
menjelaskan teknik dan langkah-langkah yang ditempuh dalam mengolah atau
menganalisis data. Menganalisis data membutuhkan ketekunan dan pengertian
terhadap jenis data. Jenis data akan menuntut teknik analisis data. Data
kuantitatif dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif,
berupa table, grafik, profil, bagan, atau menggunakan statistik inferensial
berupa korelasi, regresi, perbedaan, analisis jalur, dll. Data kualitatif
dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif deskriptif
naratif-logis.
2.
Menarik kesimpulan
Kesimpulan
merupakan penarikan generalisasi dari hasil interpretasi temuan penelitian.
Meskipun penelitian kualitatif tidak bersifat generalisasi, tetapi unsur
generalisasi tetap ada, yaitu menemukan hal-hal yang esensial atau prinsipil
dari suatu deskripsi. Terhadap kesimpulan-kesimpulan yang telah dirumuskan,
disusunlah implikasi dan rekomendasi atau saran. Implikasi merupakan akibat
logis dari temuan-temuan penelitian yang terkandung dalam kesimpulan.
Rekomendasi merupakan hal-hal yang sebaiknya dilakukan di masa mendatang.
Sesuaikah data yang terkumpul dengan hipotesis atau dugaan peneliti sebelumnya?
Disinilah peneliti bisa merasa lega karena hipotesisnya terbukti. Tidak
terbuktinya suatu hipotesis bukanlah suatu pertanda bahwa apa yang dilakukan
oleh peneliti itu salah dan harus merasa malu.
3.
Menyusun
laporan
Menyusun laporan
penelitian sebenarnya lebih menitikberatkan pada kegiatan administratif. Ada
kalanya laporan hasil penelitian
dianggap bukan dari pekerjaan meneliti. Laporan penelitian dapat dijadikan
sebagai dokumen ilmiah dan merupakan bukti fisik dari kegiatan penelitian yang
dipertanggungjawabkan, termasuk skripsi, tesis maupun disertasi.
1.
Sumber-sumber ilmu pengetahuan.
Manusia diberi kelebihan oleh Tuhan. Sebagai makhluk
Tuhan mereka belajar atau berusaha survive. Salah satu
usaha tersebut, manusia belajar menguasai ilmu pengetahuan. Beberapa sumber
ilmu pengetahuan yang tersedia sebagai hasil penelitian ilmiah terhadap
masalah-masalah pendidikan. Sumber-sumber pengetahuan tersebut dapat
dikelompokkan menjadi lima yaitu:
-
Pengalaman
-
Otoritas
-
Cara berpikir deduktif
-
Cara berpikir induktif dan
-
Pendekatan ilmiah.
Untuk lebih jelasnya berikut ini, secara singkat dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a.
Melalui pegalaman.
Sebagaimana kita
mendengar orang mengatakan ”guru yang paling baik adalah pengalaman”. Orang
dapat belajar dari pengalamannya karena mereka melakukan, mengalami dan menghadapi
masalah hidup. Sejumlah pengalaman tersebut dapat dikembangkan manusia dalam
berbagai aktivitas atau usaha untuk dimanfaatkan dalam kehidupannya.
Misalnya, seorang
petani bekerja langsung sebagai petani dan menjadi petani tanpa sekolah. Seorang anak pandai berdagang karena
sejak kecil, disamping sekolah sudah diajak untuk melayani bapaknya berjualan
di pasar atau di rumahnya. Setelah belajar, mereka mempunyai keahlian khusus
dalam berjual beli dan bahkan mengembangkannya menjadi pedagang yang besar.
Cara orang belajar
dari pengalaman sendiri sering tersebut trial and error atau coba dan
salah dan mencobanya lagi. Semakin orang tersebut gigih dan tidak putus asa
ketika terjadi salah atau jatuh, semakin besar kemungkinan orang tersebut untuk
lebih berhasil dalam hidupnya. Cara lain seorang belajar melalui pengalaman
untuk menguasai suatu ilmu pengetahuan adalah menggunakan modal tradisi atau
cara tradisi yang berlaku di dalam masyarakat.
Sebagai contoh,
misalnya anggota atau kelompok masyarakat menurut pandangan orang tua pada suku
tertentu, suatu “tradisi” turun temurun
tidak boleh dilanggar. Artinya, perbuatan melanggar tradisi perlu dicegah
karena sudah menjadi tradisi lama bagi kehidupan suatu kelompok masyarakat
tertentu yang diyakini bahkan dianggap “tabu”.
Melarang anak-anaknya melakukan pekerjaan yang disebutnya sebagai bentuk
pengajaran kepada generasi yang lebih muda.
Contoh lain,
misalnya tentang “Kampunan” yang oleh sebagian masyarakat Melayu di daerah
tertentu di Kalimantan. Ketika seseorang hendak berangkat keluar rumah atau
melakukan perjalanan/pekerjaan, ketika itu juga orang mengajak kita makan atau
minum. Orang tua mengajar anaknya tidak boleh menolak jika seseorang menawarkan
makanan (nasi ketan) atau minuman (kopi), harus disentuh atau dicicipi sedikit
saja, agar terhindar dari “mendapat celaka”. Selain dimaksudkan menghargai
orang yang memberi atau menawarkan makanan(nasi ketan) atau minuman
(kopi). Melarang anak duduk di depan
pintu menjelang malam (Maghrib), tidak boleh makan di depan pintu adalah contoh
lain mengajar anak berangkat dari tradisi. Anak tidak perlu tahu, mengapa
orangtua mereka tidak membolehkan
melakukan pekerjaan tersebut? Jika anak bertanya mengapa mereka dilarang,
jawaban yang diperoleh dari orang tua biasanya “tabu, tidak boleh atau tidak
baik”. Cara tradisi ini akan semakin kuat jika setiap kali terjadi peristiwa
yang membenarkan tradisi berlaku. Sebaliknya, akan hilang nilai kepercayaan
jika kebenaran yang ada menyimpang dengan tradisi yang telah dilakukan. Semakin
banyak terjadi penyimpangan tradisi semakin menghilangkan kebenaran tradisi
yang berlaku. Penguasaan ilmu pengetahuan melalui cara tradisi ini mempunyai
berapa ciri seperti:
-
Memegang teguh kebenaran warisan dari orang tua atau nenek
moyang.
-
Ada pengulangan yang sifatnya membenarkan, berarti akan
semakin menambah“valid” cara tersebut, semakin terjadi pengulangan yang
bersifat menyimpang dari yang membenarkan, akan dapat mereduksi kepercayaan
yang ada
-
Menimbulkan ketidakpastian nilai kepercayaan, ketika terjadi
konflik dalam masyarakat.
b.
Melalui metode otoritas.
Metode ini
digunakan untuk menguasai ilmu pengetahuan jika metode pengalaman tidak dapat
digunakan secara efektif. Cara lain dengan bertanya atau menggunakan pengalaman
orang lain. Seorang mahasiswa tidak perlu pergi ke bulan untuk mengetahui
tentang keadaan dan situasi bulan. Mereka dapat bertanya pada dosennya atau
orang yang mempunyai pengalaman dalam bidangnya. Orang yang mempunyai otoritas
ini dapat diinterpretasikan sebagai orang yang berwenang dibidangnya, orang
yang mempunyai kuasa, dan orang lain yang berhubungan erat dengan permasalahan
dan buku literatur dan termasuk pula hasil penelitian para pendahulunya.
Menguasai ilmu pengetahuan, melalui cara otoritas lebih efektif dan dapat
dilaksanakan, jika di sekitar orang tersebut ada lembaga atau orang yang
termasuk dalam kriteria berwenang.
c.
Melalui metode deduktif.
Dalam mengembangkan
dan menguasai ilmu pengetahuan, alasan logika, merupakan cara yang paling lama
digunakan oleh para ilmuan sejak zaman Yunani dan Mesir kuno. Dengan
menggunakan alasan logika yang sudah mendekati ilmiah mereka dapat
mengembangkan ilmu pengetahuan sedemikian maju dan dapat digunakan sebagai
kajian pustaka sampai sekarang. Mereka melakukan alasan logis untuk membangun
suatu dalil, preposisi, hukum, dan teori baru. Deduktif pada prinsipnya ialah
cara berpikir untuk mencari atau menguasai ilmu pengetahuan yang berawal dari
alasan umum menuju kearah yang lebih spesifik. Logika deduktif merupakan sistem
berpikir untuk mengorganisasikan fakta dan mencapai suatu kesimpulan dengan
menggunakan argumentasi logika.
Contoh: setiap binatang menyusui
mempunyai kaki. Semua kucing mempunyai kaki. Oleh karena itu sebagai
kesimpulannya, kucing adalah binatang menyusui.
d.
Melalui metode induktif.
Cara ini merupakan proses berpikir yang diawali dari fakta
pendukung yang spesifik, menuju pada arah yang lebih umum guna mencapai suatu
kesimpulan.
Contohnya ialah: Ayam hitam yang
kita amati mempunyai hati. Ayam putih yang diamati juga mempunyai hati.
Kesimpulannya ialah setiap ayam mempunyai hati. Didalam logika induktif seorang
peneliti berangkat dari pengamatan dan mungkin secara eksperimentasi untuk
melihat hati ayam. Dari bervariasi warna ayam dan semuanya mempunyai hati.
Kesimpulannya adalah bentuk terakhir yang berupa generalisasi dan pengamatan
banyak ayam tersebut.
e.
Menggunakan pendekatan ilmiah.
Merupakan metode
untuk menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang paling tinggi nilai
validitas dan ketepatannya, jika dibandingkan dengan beberapa macam pendekatan
yang telah didiskusikan di atas. Sangat dianjurkan bagi para peneliti maupun
profesional untuk selalu menggunakan pendekatan tersebut dalam setiap waktu
maupun kesempatan. Metode ilmiah pada prinsipnya adalah metode gabungan secara
integral antara dua logika deduktif dan induktif yang kemudian menghasilkan
langkah penting sebagai strategi ilmiah.
B. Tujuan dan Fungsi
Penelitian Pendidikan
1.
Tujuan Penelitian
Pendidikan
Pada dasarnya
tujuan penelitian pendidikan ialah menemukan prinsip-prinsip umum atau
penafsiran tingkah laku yang dapat dipakai untuk menerangkan, meramalkan, dan
mengendalikan kejadian-kejadian dalam lingkungan pendidikan, baik pendidikan
formal, nonformal maupun informal.
Dalam kegiatan
penelitian memang mengandung kegiatan yang kadang sulit dan melelahkan, karena
memerlukan biaya, tenaga, dan waktu, tetapi penelitian memiliki tujuan yang
hendak dicapai oleh peneliti. Secara umum beberapa tujuan penelitian yang
hendak dicapai, termasuk penelitian pendidikan antara lain: (1) memperoleh
informasi baru, (2) mengembangkan dan menjelaskan, dan (3) menerangkan,
memprediksi, dan mengontrol suatu ubahan.
Tujuan-tujuan
penelitian tersebut secara ringkat akan diuraikan sebagai berikut:
a.
Memperoleh informasi baru
Pada manusia
terdapat naluri ingin tahu, yang mengakibatkan manusia ingin mengetahui sesuatu
di luar yang ia ketahui dengan berbagai cara, salah satunya adalah melakukan
penyelidikan atau penelitian yang berhubungan dengan informasi atau data yang
masih baru jika dilihat dari aspek si peneliti. Data dalam penelitian tidak
boleh dikumpulkan sekedar data yang sesuai dengan keinginan pribadi si
peneliti, walaupun mungkin saja suatu data atau fakta tersebut telah ada dan
berada di suatu tempat dalam waktu lama. Pengumpulan data harus obyektif.
Peneliti juga dapat menggunakan data skunder. Apabila fakta tersebut baru
diungkap dan disusun secara sistematis oleh seorang peneliti pada saat itu maka
dapat dikatakan bahwa data peneliti tersebut dikatakan data baru. Sebagai
contoh, hasil belajar para siswa, hasil produksi suatu perusahaan, persepsi
masyarakat terhadap isu yang berkembang atau program pemerintah dan sebagainya.
Jika informasi atau data dapat dikumpulkan oleh peneliti berdasarkan fakta - fakta,
maka data tersebut sebagai data baru bagi peneliti.
Untuk menemukan
sesuatu yang baru bidang pendidikan dilakukan melalui penelitian pendidikan.
Artinya, dalam perkembangan pengetahuan, temasuk juga ilmu atau pengetahuan di
bidang pendidikan, penemuan sesuatu yang baru mengenai berbagai persoalan
pendidikan dapat dilakukan dengan metode atau cara penelitian yang hasilnya
berupa temuan-temuan baru. Karena itu, kegiatan penelitian harus dilakukan
dengan cara yang benar, dalam arti dilakukan secara sistematis dengan
menggunakan metode-metode ilmiah.
b.
Mengembangkan dan menjelaskan
Mengembangkan hasil kajian dari suatu kegiatan penelitian
pendidikan berarti mengembangkan perubahan – perubahan dan kemajuan-kemajuan
yang dicapai oleh individu, kelompok ataupun organisasi dalam kurun waktu tertentu. Temuan dari hasil penelitian
pendidikan, misalnya peneliti menjelaskan bahwa faktor penciptaan suasana dan
iklim belajar di kelas yang menyenangkan secara signifikan mendorong
peningkatan motivasi belajar siswa dan kerja sama untuk berprestasi. Motivasi
belajar dan iklim kerja sama sebagai suatu perubahan akibat suasana dan iklim
belajar di kelas yang menyenangkan. Mereka perlu menggali dari variasi sumber -
sumber pengetahuan yang relevan agar dapat menerangkan pentingnya permasalahan
pendidikan yang dipecahkan. Peneliti berupaya mengkaji teori-teori yang
didukung fakta – fakta yang ada, sehingga peneliti akan sampai pada pemberian
pernyataan sementara yang sering disebut sebagai hipotesis penelitian.
Tujuan dari hasil penelitian dianggap penting karena
bermanfaat secara signifikan ketika para peneliti berusaha memecahkan
permasalahan dengan tidak menginginkan terjadinya pengulangan kerja atau
penggunaan tenaga yang sia-sia.
c.
Menerangkan, memprediksi, dan mengontrol suatu ubahan
Ubahan yang didalam istilah penelitian disebut variabel.
Variabel adalah gejala yang sedang diteliti. Variabel atau ubahan adalah simbol
yang digunakan untuk mentransfer gejala ke dalam data penelitian. Biasanya
variabel muncul pada tingkat intensitas yang berbeda sehingga variabel itu
adalah variabel lebel. Ada beberapa variabel yang biasa digunakan dalam suatu
penelitian, yaitu: variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas (independent
variable) adalah variabel yang memberi pengaruh atau diuji pengaruhnya terhadap
variabel lain, disebut juga variabel perlakuan, variabel eksperimen atau
variabel intervensi. Variabel terikat (dependent variable) adalah
variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas, disebut juga variabel hasil,
variabel pos tes atau variabel kriteria. Seorang peneliti perlu mengetahui
variabel yang disebut variabel bebas (independent variable) dan variable
tergantung (dependent variable), sehingga ia dapat mengetahui secara pasti
pengaruh variabel satu terhadap variabel lainnya. Dan kemudian dapat
menerangkan keterkaitan dan keterikatan variabel yang ada; dapat
memprediksi apa yang akan terjadi di antara vartiabel atau bahkan
mengontrol mereka untuk memperoleh sesuatu yang bermanfaat.
Selain dua variabel tersebut di atas, dalam suatu penelitian
biasa dijumpai variabel ekstranus dan variabel penyela. Variabel
ekstranus (extraneous variabel) dan variabel penyela (intervening
variable). Variabel ekstranus adalah variabel-variabel yang apabila tidak
dikontrol akan berpengaruh terhadap variabel terikat. Sedangkan variabel
penyela adalah variabel yang kemungkinan besar berpengaruh terhadap
hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat tetapi sulit untuk
dikontrol.
2.
Fungsi Penelitian Pendidikan
Pemahaman tentang bagaimana penelitian
berperan dalam mengembangkan pengetahuan dan memperbaiki praktik pendidikan
dikaitkan dengan perbedaan macammacam penelitian berkenaan dengan fungsinya.
Secara umum penelitian mempunyai dua fungsi utama, yaitu mengembangkan ilmu
pengetahuan dan memperbaiki praktek
Penelitian dasar, misalnya mempunyai andil yang sangat besar
dalam mengembangkan batang ilmu pengetahuan (a scientific body of knowledge).
Temuan-temuan penelitian dasar dapat memperkaya teori. Selain pengembangan
ilmu pengetahuan peranan penelitian lain yang berfungsi memperbaiki praktek
(pendidikan) adalah penelitian terapan dan evaluative yang ditujukan untuk
meneliti praktik pendidikan, meneliti penerapan teori atau mengevaluasi
pelaksanaan program dan kegiatan. Karena itu, hasil-hasil penelitian terapan
dan evaluasi tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki praktik pendidikan.
a.
Fungsi penelitian berdasarkan jenis penelitian.
Berangkat dari peranan penelitian tersebut di atas, dapat dikemukan bahwa
secara mendasar dapat dibedakan tiga jenis atau macam penelitian, yaitu
penelitian dasar atau basic research, penelitian terapan (applied
research) dan penelitian evaluatif (evaluative research). Hasil-hasil penelitian tersebut,
memberikan gambaran bagi kita tentang fungsi-fungsi penelitian pendidikan:
1)
Penelitian Dasar
Penelitian dasar (basic research) disebut juga penelitian murni (pure
research) atau penelitian pokok (fundamental research) diarahkan
pada pengujian teori, dengan hanya sedikit atau bahkan tanpa menghubungkan
hasilnya untuk kepentingan praktik. Penelitian ini memberikan sumbangan besar
terhadap pengembangan dan pengujian teori-teori.
Sebagai contoh, teori yang dikemukan oleh Newton, yaitu gaya gravitasi yang
telah lama dan sampai sekarang masih berlaku. Tidak tertutup kemungkinan para
peneliti akan menguji teori ini dengan mengajukan pertanyaan: Apakah ada gaya
lain selain gaya tarik bumi yang menyebabkan suatu benda jika dijatuhkan dari
ketinggian tertentu tidak selalu jatuh mengarah ke pusat bumi (Andaikan tidak
selalu tepat ke pusat bumi atau melenceng). Kalau hasil temuan ternyata
demikian, maka temuan hasil penelitian tersebut memunculkan pertanyaan baru
tentang kehandalan teori gaya gravitasi yang telah berlaku lama dan universal
tersebut. Contoh lain, mengenai hasil penelitian yang sampai sekarang dan
mungkin akan tetap berlaku misalnya dalil segitiga Phytagoras, dan lain-lain.
Dalam bidang pengetahuan sosial, termasuk hasil penelitian
bidang pendidikan, ada dua kemungkinan terjadi, yaitu pertama, dapat
memperkuat, mengubah, atau menolak hasil temuan dari paradigma lama. Yang
kedua, hasil penelitian yang baru menghasilkan suatu yang memperkuat,
membedakan, atau bertentangan dengan hasil penelitian yang lama.
Bertolak dari suatu teori, prinsip dasar atau generalisasi,
Syaodih (2005) menjelaskan bahwa penelitian dasar diarahkan untuk mengetahui,
menjelaskan dan memprediksi fenomena-fenomena alam dan sosial. Teori bisa
didukung atau tidak didukung oleh pengalaman. Teori yang didukung oleh kenyataan-kenyataan
empiris disebut hukum ilmiah (scientific law).
Meskipun ada yang berpendapat bahwa penelitian dasar tidak
diarahkan untuk memecahkan masalah-masalah sosial dan para ilmuwan berperan
mengembangkan pengetahuan dan tidak perlu selalu memiliki implikasi praktis,
tetapi dalam kenyataannya hasil-hasil penelitian dasar memberikan tantangan
nilai dan dogma-dogma yang telah terbentuk dalam kehidupan praktis setelah
periode waktu tertentu. Pengetahuan baru secara tidak langsung akan
mempengaruhi pemikiran dan persepsi orang yang akibatnya bisa mempengaruhi atau
tidak mempengaruhi perbuatan orang tersebut.
2)
Penelitian Terapan
Penelitian terapan (applied research) berkenaan
dengan kenyataan-kenyataan praktis, penerapan dan pengembangan pengetahuan yang
dihasilkan oleh penelitian dasar dalam kehidupan nyata. Penelitian dasar
berfungsi menghasilkan pengetahuan untuk mencari solusi tentang masalah-masalah
dalam bidang tertentu.
Penelitian ini menguji manfaat dan teori-teori ilmiah,
mengetahui hubungan empiris dan analitis dalam bidang-bidang tertentu.
Implikasi dari penelitian terapan dinyatakan dalam rumusan yang bersifat umum,
bukan rekomendasi yang merupakan tindakan langsung. Penelitian terapan seperti
halnya penelitian dasar bersifat abstrak dan umum dalam bidang tertentu, bukan
pengetahuan yang bersifat universal. Hasil penelitian terapan menambah pengetahuan
yang berbasis penelitian dalam bidang-bidang tertentu. Dampak dari penelitian terapan
terasa setelah periode waktu tertentu. Setelah jumlah hasil studi
dipublikasikan dan dibicarakan dalam periode waktu tertentu, pengetahuan
tersebut akan mempengaruhi cara berpikir dan persepsi para praktisi. Penelitian
terapan mendorong penelitian lebih lanjut, menyarankan teori dan praktek baru
serta mendorong pengembangan metodologi.
3)
Penelitian Evaluatif
Penelitian evaluatif (evaluation research) difokuskan
pada suatu kegiatan dalam suatu unit tertentu. Kegiatan tersebut dapat
berbentuk program, proses, ataupun hasil kerja, sedangkan unit dapat berupa
tempat, organisasi, ataupun lembaga. Penelitian ini dapat menilai manfaat atau
kegunaan, sumbangan dan kelayakan dari sesuatu kegiatan dalam satu unit. Apakah
suatu kegiatan, program atau pekerjaan memberikan manfaat, sumbangan atau hasil
seperti yang diharapkan? Apakah suatu kegiatan, program atau pekerjaan yang
layak dilihat dari segi biaya, pengembangan, implementasi dan penyebaran, biaya
untuk bahan-bahan, tempat, pengembangan staf, dukungan masyarakat.
Penelitian evaluatif berbeda dengan evaluasi formal.
Evaluasi formal bisa dilakukan oleh para peneliti atau pelaksana dalam
bidangnya, tidak membutuhkan pelatihan-pelatihan khusus. Untuk dapat melakukan
penelitian evaluatif membutuhkan latihan khusus dalam beberapa disiplin ilmu,
metodologi dan keterampilan berhubungan dengan komunikasi secara interpersonal.
Penelitian evaluatif yang bersifat komprehensif membutuhkan data kuantitatif dan
kualitatif dari berbagai studi terkait yang dilaksanakan dalam berbagai tahapan
kegiatan.
Pelaksanaan penelitian evaluatif membutuhkan kemampuan
berkomunikasi dengan bahasa praktis sesuai dengan situasi yang diteliti, tetapi
juga terfokus pada segi-segi yang berarti bagi para penentu kebijakan.
Hasil-hasil penelitian evaluatif kurang bersifat generalisasi, sebab evaluasi
terkait dengan kegiatan yang berlangsung dalam unit tertentu.
Penelitian evaluatif dapat menambah pengetahuan tentang
kegiatan tertentu, dan dapat mendorong penelitian atau pengembangan lebih
lanjut. Sejumlah penelitian evaluatif dalam kegiatan sejenis yang dilaksanakan
dalam unit-unit yang berbeda dapat menambah pengetahuan dalam bidang aplikatif.
Ada dua macam penelitian evaluatif yaitu penelitian tindakan
(action research) dan penelitian kebijakan (policy research). Penelitian
tindakan dilakukan oleh para pelaksana untuk memecahkan masalah yang dihadapi
atau memperbaiki suatu pelaksanaan suatu kegiatan. Guru melakukan penelitian
tindakan untuk memecahkan masalah atau meningkatkan program pengajarannya.
Penelitian tindakan yang dewasa ini banyak dilakukan dalam penelitian tindakan
kolaboratif (collaborative action research). Dalam penelitian ini para
pelaksana bekerjasama dengan konsultan atau para peneliti luar untuk merancang
dan melaksanakan penelitiannya. Penelitian tindakan menekankan baik pada proses
maupun hasil dari perubahan-perubahan strategi dan teknik yang digunakan.
Analisis kebijakan mengevaluasi kebijakan pemerintah untuk
membantu para penentu kebijakan memberikan rekomendasi-rekomendasi yang
praktis. Penelitian kebijakan memfokuskan kajiannya pada kebijakan yang lalu
atau yang berlaku sekarang, dan diarahkan untuk: (1) meneliti formulasi
kebijakan, sasarannya siapa-siapa saja, (2) menguji pelaksanaan suatu program
terkait dengan sesuatu kebijakan, (3) menguji keefektifan dan keefisienan kebijakan
(Syaodih, 2005: 17)
McMillan dan Schumacher
(2001:18) membedakan penelitian dasar, terapan dan evaluatif berdasarkan bidang
penelitian, tujuan, tingkat generalisasi dan penggunaan hasilnya
a.
Fungsi penelitian berdasarkan
tujuan
Selain berdasarkan jenis-jenis atau macam-macam penelitian,
fungsi penelitian juga dapat dibedakan berdasarkan tujuannya. Berdasarkan
tujuan dibedakan antara penelitian deskriptif, prediktif, improftif, dan
eksplanatif.
1)
Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif (descriptive research) ditujukan
untuk mendeskrip-sikan suatu keadaan atau fenomena-fenomena apa adanya pada
saat penelitian dilakukan. Dalam studi ini para peneliti tidak melakukan
manipulasi atau memberikan perlakuan-perlakuan tertentu terhadap objek
penelitian, semua kegiatan atau peristiwa berjalan seperti apa adanya. Penelitian
deskriptif dapat berkenaan dengan kasus-kasus tertentu atau suatu populasi yang
cukup luas.
Penelitian deskriptif, bisa mendeskripsikan suatu keadaan
saja, tetapi bisa juga mendeskripsikan keadaan dalam tahapan-tahapan
perkembangannya. Penelitian demikian disebut penelitian perkembangan (developmental
studies). Dalam penelitian perkembangan ada yang bersifat longitudinal atau
sepanjang waktu, dan ada yang bersifat cross sectional atau dalam
potongan waktu.
Dalam penelitian deskriptif dapat digunakan pendekatan
kuantitatif, pengumpulan dan pengukuran data yang berbentuk angka-angka, atau
pendekatan kualitatif, penggambara keadaan secara naratif kualitatif.
Penelitian deskriptif dapat dilakukan pada saat ini atau dalam kurun waktu yang
singkat, tetapi dapat juga dilakukan dalam waktu yang cukup panjang disebut
penelitian longitudinal. Penelitian longitudinal ini menunjuk pada penelitian -
penelitian individu atau satuan-satuan lain, dimana pengukuran unit yang sama
diulang diberbagai waktu sepanjang jalannya penelitian. Sedangkan penelitian cross
sectional, misalnya meneliti perkembangan kemampuan berbahasa pada
tahap-tahap dalam potongan waktu misalnya kemampuan berbahasa pada masa atau
tahapan perkembangan seseorang berdasarkan usia kronologis: bayi, anak kecil,
anak sekolah, remaja dilakukan secara bersamaan.
2)
Penelitian Prediktif
Penelitian prediktif (predictive research, Studi ini
ditujukan untuk memprediksi atau memperkirakan apa yang akan terjadi atau
berlangsung pada saat yang akan datang berdasarkan hasil analisis keadaan saat
ini. Penelitian deskriptif dilakukan melalui penelitian yang bersifat
korelasional (correlational studies) dan kecenderungan (trend
studies). Melalui penelitian korelasional, selain dapat dicari korelasi
antara dua atau lebih dari dua variabel juga dapat dihitung regresinya. Melalui
perhitungan regresi ini, baik regresi parsial maupun multiple dapat diprediksi dampak
atau kontribusi dari satu atau lebih dari satu variabel terhadap variabel
lainnya.
Penelitian prediktif juga dapat dilakukan melalui studi
kecenderungan. Dengan melihat perkembangan selama jangka waktu tertentu, pada
saat ini atau saat yang lalu dapat dilihat kecenderungannya pada masa yang akan
datang. Prediksi tentang jumlah penduduk lima atau sepuluh tahun yang akan
datang bisa dihitung berdasarkan perkembangan penduduk selama lima sampai
sepuluh tahun yang lalu.
3)
Penelitian Improftif
Penelitian improftif (improvetive research) ditujukan
untuk memperbaiki, meningkatkan atau menyempurnakan suatu keadaan, kegiatan
atau pelaksanaan suatu program. Banyak kegiatan atau program dalam pelaksanaan
pendidikan, seperti pelaksanaan: kurikulum, pembelajaran, evaluasi berbagai
mata pelajaran, program: praktik laboratorium, praktik keterampilan, bimbingan
siswa, ekstrakurikuler, pengawasan sekolah, layanan perpustakaan, program
pelatihan pemimpin sekolah, guru, staf adminstrasi, dll. Untuk memperbaiki dan
menyempurnakan pelaksanaa program atau kegiatan digunakan penelitian tindakan
atau action research, sedang untuk memperbaiki, meningkatkan atau
menghasilkan program yang standar atau model digunakan penelitian dan
pengembangan atau research and development. Penelitian eksperimental
sebagai bagian dari metode penelitian dan pengembangan atau sebagai metode
tersendiri untuk mengetahui pengaruh dari suatu hal terhadap hal lainnya juga
dapat dilakukan dalam penelitian improftif.
4)
Penelitian Eksplanatif
Penelitian eksplanatif (explanative research) ditujukan
untuk memberikan penjelasan tentang hubungan antar fenomena atau variabel.
Peneliti berusaha menjelaskan melalui teori yang didukung fakta-fakta yang
menunjang yang ada, peneliti akan dapat sampai pada pemberian pernyataan
sementara yang sering disebut sebagai hipotesis penelitian. Variabel dalam
pendidikan antara lain dalam bentuk guru mengajar, membimbing, mengevaluasi, murid
belajar, mengerjakan tugas, bolos, lulus ujian, buku kurang, atau kelas sempit.
Penelitian eksplanatif mencoba mencari kejelasan hubungan antar hal tersebut.
Hubungan tersebut bisa berbentuk hubungan korelasional atau saling hubungan,
sumbangan atau konstribusi satu variabel terhadap variabel lainnya ataupun
hubungan sebab akibat. Hubungan-hubungan tersebut dikaji dalam penelitian
korelasional, dan penelitian eksperimental. Hubungan juga dapat dilihat dari
perbedaan yang melatarbelakanginya, yang dapat diungkap melalui penelitian
kausal komparatif
A.
Ruang Lingkup
Penelitian Pendidikan
Penelitian dalam
bidang pendidikan banyak yang lebih diarahkan pada aplikasi dari konsep dan
teori. Penelitian demikian ini dikelompokkan sebagai penelitian terapan atau applied
research. Disamping itu, penelitian dalam bidang pendidikan ini dilakukan
untuk mengevaluasi pelaksanaan atau keberhasilan suatu sistem, ketepatan
penggunaan suatu sistem, program model, metode, media, instrumen, dan
sebagainya.
Ruang lingkup dan
kajian pendidikan, diantaranya: komponen-komponen proses pendidikan dan penelitian
bidang pendidikan. Komponen-komponen proses pendidikan tersebut meliputi:
interaksi pendidikan, tujuan pendidikan, lingkungan pendidikan, dan pergaulan
pendidikan. Sedangkan penelitian bidang-bidang pendidikan, antara lain
meliputi: penelitian bidang ilmu dan praktek pendidikan.
1.
Penelitian Bidang
ilmu dan Praktik Pendidikan
Penelitian dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan-metode kualitatif maupun kuantitatif. Penelitian bidang
ilmu pendidikan yang diarahkan pada perkembangan teori dan konsep digolongkan
sebagai penelitian dasar (basic research).
Penelitian dalam bidang
pendidikan banyak yang lebih diarahkan pada aplikasi dari konsep dan teori.
Penelitian demikian ini dikelompokkan sebagai penelitian terapan atau applied
research.
a.
Pendidikan Teoritis
Penelitian yang diarahkan pada
kajian bidang pendidikan teoritis ini, antara lain meliputi:
1)
Kajian filosofis
tentang pendididikan: idealisme, realisme, pragmatisme, ekssistensialisme.
2)
Pendidikan dalam
orientasi: tranmisi, transaksi, dan tranformasi.
3)
Konsep-konsep
pendidikan, perenialisme, esensialisme, romantisme, progresivisme, teknologi
pendidikan dan pendidikan pribadi.
b.
Pendidikan Praktis
Penelitian pendidikan yang diarahkan pada kajian bidang pendidikan praktis
dapat dikelompokkan berdasarkan: lingkungan dan kelompok usia, jenjang, bidang
studi, dan berdasarkan jenis pendidikan. Pengelompokan bidang pendidikan
praktis tersebut, sebagai berikut:
1)
Berdasarkan
lingkungan dan kelompok usia, yang meliputi: (1) Pendidikan dalam keluarga
(pendidikan informal); (2) Pendidikan dalam masyarakat (pendidikan nonformal);
(3) Pendidikan di sekolah (pendidikan formal); (4) Pendidikan usia dini
(termasuk pendidikan prasekolah, contohnya: Taman-Kanak-Kanak (TK), Kelompok
Bermain atau play group, Taman Bacaan Al-Qur’an (TPAQ), Tempat Penitipan
Anak (TPA) dan sejenisnya, serta (5) Pendidikan orang dewasa (Adult Education)
dan lain-lainnya.
2)
Berdasarkan
jenjang, terdiri dari: (1) Pendidikan jenjang sekolah dasar, (2) Pendidikan
jenjang sekolah menengah, dan (3) Pendidikan jenjang perguruan tinggi.
3)
Berdasarkan Bidang
Studi, meliputi: (1) Pendidikan agama, (2) Pendidikan bahasa, (3) Pendidikan
sosial, (4) Pendidikan kewarganegaraan, (5) Pendidikan matematika, (6)
Pendidikan sains, (7) Pendidikan olah raga, (8) Pendidikan kesehatan, (9)
Pendidikan seni, (10) Pendidikan teknologi, (11) Pendidikan keterampilan, (12)
Pendidikan berdasarkan jenis, (13) Pendidikan umum, (14) Pendidikan kejuruan,
(15) Pendidikan khusus, dan (16) Pendidikan luar biasa.
2.
Penelitian Bidang
Ilmu, Praktik Kurikulum dan Pembelajaran
Penelitian terhadap ilmu kurikulum dan
pengajaran/pembelajaran juga dapat dilakukan secara kuantitatif, eksperimental
atau non eksperimental, dan kalau masih diarahkan pada menguji konsep, asumsi
dan proposisi maka penelitian tersebut bersifat penelitian dasar.
Selain itu, dalam penelitian bidang kurikulum dan
pengajaran, dapat juga dilakukan penelitian evaluasi, misalnya untuk
mengevaluasi pelaksanaan atau keberhasilan suatu model desain
kurikulum/pembelajaran, implementasi kurikulum, ketepatan penggunaan suatu
model, metode, media pembalajaran, instrumen evaluasi, dsbnya. Dengan demikian
jika dilihat dari lingkupnya, hampir semua lingkup bidang ilmu kurikulum dan
pengajaran/pembelajaran dapat diteliti.
3.
Lingkup penelitian Kurikulum
dan Pembelajaran
Syaodih (2005) membagi lingkup penelitian kurikulum dan
pembelajaran terdiri dari: kurikulum teoritis dan kurikulum praktis, meliputi:
kurikulum sebagai rencana (curriculum design), penyusunan kurikulum,
implementasi kurikulum, evaluasi dan penyempurnaan kurikulum, serta manajemen
kurikulum. Lebih lanjut Syaodih (2005: 45-46) menjabarkan lingkup penelitian
kurikulum dan pembelajaran pada kurikulum praktis sebagai berikut.
a.
Kurikulum Teoritis
(penelitian dasar)
1)
Teori-teori desain dan
rekayasa kurikulum
2)
Teori-teori
pengajaran/pembelajaran
3)
Teori-teori belajar
4)
Teori-teori
evaluasi
b.
Kurikulum Praktis
(penelitian terapan dan evaluasi)
1)
Kurikulum sebagai
rencana (curriculum design)
a)
Komponen desain
kurikulum
b)
Model-model desain
kurikulum
c)
Model-model desain
pengajaran/pembelajaran
d)
Model-model desain
penggunaan sumber belajar
e)
Model-model desain
evaluasi hasil belajar
f)
Model-model desain
pengelolaan kurikulum
2)
Penyusunan
Kurikulum
a)
Penyusunan
kurikulum: umum, perbidang studi, perjenjang
b)
Penyusunan desain
pengakaran/pembelajaran: umum, perbidang studi, perjenjang
c)
Penyusunan desain
pemanfaatan sumber relajar: umum, perjenjang
d)
Penyusunan desain
evaluasi: umum, perbidang studi, perjenjang
e)
Penyusunan desain
pengelolaan kurikulum: umum, perjenjang.
3)
Implementasi
Kurikulum
a)
Implementasi
kurikulum: umum, perbidang studi, perjenjang
b)
Implementasi
pengajaran/pembelajaran, umum, perjenjang
c)
Implementasi
pemanfaatan sumber belajar: umum, perjenjang
d)
Implementasi
evaluasi: umum, perbidang studi, perjenjang
e)
Implementasi
pengelolaan kurikulum: umum, perjenjang
4)
Evaluasi dan
penyempurnaan kurikulum
a)
Evaluasi dan
penyempurnaan kurikulum: umum, perbidang studi, perjenjang
b)
Evaluasi dan
penyempurnaan pengajaran/pembelajaran: umum, perbidang studi, perjenjang
c)
Evalusi dan
penyempurnaan pemanfaatan sumber relajar: umum, perbidang studi, perjenjang.
d)
Evaluasi dan
penyempurnaan evaluasi: umum, perbidang studi, perjenjang
e)
Evaluasi dan
penyempurnaan pengelolaan kurikulum: umum, perjenjang
5)
Manajemen kurikulum
a)
Manajemen kurikulum
lingkup dinas
b)
Manajemen kurikulum
lingkup sekolah/perguruan tinggi
4.
Penelitian Bidang
Ilmu dan Praktik Bimbingan dan Konseling
a.
Lingkup Bidang
Bimbingan dan Konseling (BK), menurut Syaodih (2005: 45-46) meliputi: bimbingan
konseling teoritis dan bimbingan konseling praktik. Berikut akan dijabarkan
secara rinci, baik bimbingan konseling teoritis maupun praktik.
1)
Bimbingan konseling
teoritis, meliputi:
a)
Teori bimbingan
b)
Teori konseling
c)
Teori kepribadian
d)
Teori perkembangan
e)
Teori balajar
f)
Teori pengukuran
2)
Bimbingan konseling
praktik:
a)
Berdasarkan layanan
(1)
Layanan pengukuran
dan pengumpulan data
(2)
Layanan Pemberian
informasi
(3)
Layanan penempatan
(4)
Layanan konseling
(5)
Layanan
pengembangan
b)
Berdasarkan
komponen BK sebagai sistem
(1)
Raw Input
(2)
Instrumen Input
(3)
Enviromental Input
(4)
Proses
(5)
Output
c)
Program BK
(1)
Berdasarkan lingkup
program
(a)
Bimbingan
pendidikan dan pengajaran
(b)
Bimbingan karir
(c)
Bimbingan sosial
pribadi
(2)
Berdasarkan Jalur
(a)
Bimbingan pada
pendidikan formal
(b)
Bimbingan pada
pendididikan non formal
(3)
Berdasarkan jenjang
(a)
Bimbingan di Taman
kanak
(b)
Bimbingan di
Sekolah Dasar
(c)
Bimbingan di
Sekolah Menengah
(d)
Bimbingan di
Perguruan Tinggi
d)
Manajemen BK
(1)
Manajemen BK pada
lingkup dinas
(2)
Manajemen BK pada
lingkup sekolah/perguruan tinggi
(a)
Manajemen BK di TK
dan SD
(b)
Manajemen BK di
Sekolah Menengah
(c)
Manajemen BK di
Perguruan Tinggi
5.
Penelitian Bidang
Ilmu dan Praktik Manajemen Pendidikan
Selain bidang bimbingan konseling, penelitian pendidikan yang termasuk
bidang ilmu dan praktik manajemen pendidikan, meliputi lingkup manajemen
teoritis dan teoritis praktis. Kajian terhadap bidang ilmu dan praktik
manajemen tersebut yang menjadi perhatian dalam penelitian pendidikan (Syaodih,
2005: 46-47), dirinci sebagai berikut.
a.
Lingkup manajemen
pendidikan teoritis
1)
Teori manajemen
2)
Teori kepemimpinan
3)
Teori kebijakan
4)
Teori perencanaan
5)
Teori pengendalian,
penjaminan
b.
Lingkup manajemen
pendidikan teoritis praktis
1)
Kepemimpinan
a)
Gaya/style
b)
Fungsi kepemimpinan
c)
Kepemimpinan dan
teknologi
d)
Keterampilan
memimpin
2)
Model‐model manajemen
a)
Management by
objective
b)
Technology based management
c)
School based
management
d)
Community based
management
e)
Centralizad‐decentralized management
3)
Berdasarkan proses
manajemen
a)
Perencanaan
b)
Penyusunan staff
c)
Pengorganisasian
d)
Penggerakan
e)
Pengkoordinasian
f)
Pengkomunikasian
g)
Pengendalian/penjaminan
h)
Pengawasan/pembinaan
i)
Evaluasi
j)
Pelaporan
4)
Berdasarkan
komponen/ segi pengelolaannya manajemen program pendidikan, meliputi:
a)
Manajemen kurikulum
b)
Manajemen
pembelajaran
c)
Manajemen evaluasi
5)
Berdasarkan
komponen pendidikan
a)
Manajemen pembinaan
siswa/mahasiswa
b)
Manajemen
penelitian dan pengembangan
c)
Manajemen kerjasama
dan layanan pada masyarakat
d)
Manajemen personal
e)
Manajemen sarana
dan prasarana
f)
Manajemen media dan
sumber belajar
g)
Manjemen keuangan
6)
Berdasarkan lingkup
penyelenggaraan
a)
Manjemen
Sekolah/Jurusan/Fakultas/Universitas
b)
Manajemen
pendidikan luar sekolah
c)
Manajemen
pendidikan dasar
d)
Manajemen
pendidikan menengah
e)
Manajemen
pendidikan tinggi
f)
Manajeman
pendidikan lingkup dinas
B.
Komponen-Komponen
Pendidikan
a.
Interaksi
Pendidikan
Pendidikan
merupakan suatu kegiatan yang berintikan interaksi antara peserta didik dengan
para pendidik serta berbagai sumber pendidikan. Interaksi antara peserta didik
dengan pendidik dan sumber-sumber pendidikan tersebut dapat berlangsung dalam
situasi pergaulan (pendidikan), pengajaran, latihan, serta bimbingan. Situasi
pergaulan pendidikan tersebut biasa disebut pergaulan edukatif.
Dalam pergaulan
antara peserta didik dengan para pendidik yang dikembangkan terutama segi-segi
afektif: nilai-nilai, sikap, minat, motivasi, disiplin diri, kebiasaan,dan
lain-lain.
Interaksi edukatif
yang terjadi dalam proses pendidikan atau proses pembelajaran peserta didik
sangat mempengaruhi proses pembelajaran untuk menjapai tujuan yang diharapkan.
Dalam konteks proses belajar mengajar, interaksi edukatif ini ibarat jembatan
bagi proses pembelajaran peserta didik.
b.
Tujuan Pendidikan
Perbuatan mendidik diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan
tertentu, yaitu tujuan pendidikan. Tujuan-tujuan ini bisa menyangkut
kepentingan peserta didik sendiri, kepentingan masyarakat dan tuntutan lapangan pekerjaan atau
ketiga-tiganya yaitu peserta didik, masyarakat dan pekerja sekaligus. Proses
pendidikan diarahkan pada peningkatan penguasaan pengetahuan, kemampuan,
keterampilan, pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam rangka pembentukan dan
pengembangan diri peserta didik. Pengembangan diri ini dibutuhkan, untuk
menghadapi tugas-tugas dalam kehidupannya sebagai pribadi, sebagai siswa,
karyawan, profesional maupun warga masyarakat.
Sasaran dan perbuatan pendidikan selalu normatif, selalu
terarah kepada yang baik. Perbuatan pendidikan tidak mungkin dan tidak pernah
diarahkan kepada pencapaian tujuan-tujuan yang merugikan atau bertentangan
dengan kepentingan peserta didik ataupun masyarakat. Perbuatan pendidikan
selalu diarahkan kepada kemaslahatan dan kesejahteraan peserta didik dan
masyarakat. Karena tujuannya positif maka proses pendidikannya juga harus
positif, konstruktif dan normatif. Tujuan yang normatif tidak mungkin dapat
dicapai dengan perbuatan yang tidak normatif pula. Oleh karena itu kepada guru
sebagai pendidik dituntut untuk selalu berbuat, berperilaku, berpenampilan
sesuai dengan norma-norma yang ada.
c.
Lingkungan
Pendidikan
Proses pendidikan selalu berlangsung dalam suatu lingkungan,
yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial,
politis, keagamaan, intelektual, dan nilai-nilai. Lingkungan fisik terdiri atas
lingkungan alam dan lingkungan buatan manusia, yang merupakan tempat dan
sekaligus memberikan dukungan kadang-kadang juga hambatan bagi berlangsungnya
proses pendidikan. Proses pendidikan mendapatkan dukungan dari lingkungan fisik
berupa sarana, prasarana serta fasilitas fisik dalam jenis dan kualitas yang
memadai, akan sangat mendukung berlangsungnya proses pendidikan yang efektif.
Kekurangan sarana, prasarana dan fasilitas fisik, akan menghambat proses
pendidikan, dan menghambat pencapaian hasil yang maksimal.
Lingkungan sosial budaya merupakan lingkungan pergaulan
antar manusia. Di lingkungan ini pendidik dan peserta didik serta orang-orang
lainnya terlibat dalam pendidikan dan terjadinya komunikasi dalam bentuk
pergaulan pendidikan. Interaksi dalam proses pendidikan maupun pembelajaran antara
pihak yang terlibat di dalamnya, biasa disebut interaksi pendidikan (interaksi
edukatif) Interaksi edukatif dapat disebut “jembatan” dalam proses pendidikan
atau pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Interaksi pendidikan
dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dan corak pergaulan antar orang-orang
yang terlibat dalam interaksi tersebut, baik pihak peserta didik (siswa) maupun
para pendidik (guru) dan pihak lainnya. Karakteristik pribadi misalnya,
meliputi karakteristik fisik, seperti tinggi dan besar badan, nada suara, roman
muka, gerak-gerik, dan dan karakteristik psikhis seperti sifat sabar atau
gampang marah (temperamen), sifat jujur, setia (watak) dan lain-lain, serta
kemampuan intelektual seperti jenius, cerdas, bodoh dan lain-lain.
Corak pergaulan dalam berbagai latar keragaman sosial dan
budaya masyarakat turut memberikan warna pergaulan dan dalam melakukan
pekerjaan atau kerja yang mempengaruhi sifat-sifat pribadi peserta didik. Corak
pergaulan yang bersahabat akan memberikan warna sifat-sifat pribadi yang
bersahabat, sebaliknya corak pergaulan yang keras mendorong munculnya konflik
sosial, dan bahkan mempengaruhi sifat-sifat pribadi. Sebagai makhluk yang
berbudaya, manusia menciptakan budaya, hidup dan berkembang dalam lingkungan budaya
tertentu. Dalam suatu lingkungan masyarakat suatu daerah tertentu memiliki
budaya dengan nilai-nilai yang melekat dalam kehidupan pribadi atau kelompok
masyarakat tertentu, misalnya kelompok etnis, sebagai kelompok sosial memiliki
budaya tertentu pula. Pola-pola perilaku, pergaulan maupun interaksi antara
peserta didik dengan pendidik serta sumber pendidikan lainnya dipengaruhi oleh
jenis-jenis budaya yang ada di lingkungannya.
Selain lingkungan masyarakat dengan budayanya, lingkungan
intelektual sangat mempengaruhi pengembangan kemampuan peserta didik.
Lingkungan intelektual ini merupakan kondisi dan iklim sekitar yang mendorong
dan menunjang pengembangan kemampuan berpikir. Lingkungan ini mencakup
perangkat lunak seperti sistem dan program-program pengajaran, perangkat keras
seperti media dan sumber belajar, serta aktivitas-aktivitas pengembangan dan
penerapan kemampuan berpikir.
Lingkungan pendidikan lain yang turut mempengaruhi
pengembangan kemampuan peserta didik, para pendidik dan atau pelaku pendidikan
yang terlibat dalam proses pendidikan adalah lingkungan keagamaan. Lingkungan
keagamaan adalah lingkungan yang terkait dengan pola-pola kegiatan, perilaku
manusia dalam melaksanakan kewajiban dan nilai-nilai keagamaan. Sedangkan
lingkungan lainnya adalah lingkungan yang turut menata kehidupan nilai bagi
individu, kelompok masyarakat, bangsa, yang disebut lingkungan nilai. Yang
termasuk lingkungan nilai misalnya, nilai kemasyarakatan, ekonomi, sosial,
politik, estetika, etika maupun nilai keagamaan yang hidup dan dianut dalam
suatu daerah atau kelompok tertentu. Lingkungan-lingkungan tersebut akan
memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap proses dan hasil dari pendidikan.
Interaksi pendidikan dapat berlangsung dalam lingkungan
keluarga, sekolah, masyarakat serta lingkungan-lingkungan kerja. Keluarga
seringkali disebut sebagai lingkungan pertama dan utama, sebab dalam lingkungan
inilah pertama-tama anak mendapatkan pendidikan, bimbingan, asuhan, pembiasaan,
dan latihan. Keluarga merupakan masyarakat kecil, bukan hanya menjadi tempat
anak diasuh dan dibesarkan, tetapi juga tempat anak hidup dan dididik pertama
kali. Apa yang diperolehnya dalam kehidupan keluarga, akan menjadi dasar dan
dikembangkan pada kehidupan-kehidupan selanjutnya. Keluarga merupakan
masyarakat kecil sebagai prototype masyarakat luas. Oleh karena itu, penyiapan
pendidikan bagi anak dalam keluarga ibarat “sumber air”, yang akan mengalir ke
masyarakat. Dari sumber air yang keruh akan mengalir air yang keruh, sebaliknya
air dari sumber yang jernih akan mengalirkan air yang jernih pula.
Diantara aspek-aspek kehidupan dalam keluarga, seperti aspek
ekonomi, sosial, politik, keamanan, kesehatan, agama, pendidikan, menempati
kedudukan yang paling sentral dalam kehidupan keluarga, sebab ada kecenderungan
yang sangat kuat pada manusia, bahwa mereka ingin melestarikan keturunannya,
dan ini dapat dicapai melalui pendidikan. Cita-cita orangtua tentang anak-anak
dan cucunya direalisasikan melalui pendidikan.
Lingkungan kedua setelah keluarga adalah sekolah. Pendidikan
di sekolah lebih bersifat formal, (dalam keluarga bersifat informal).
Pengetahuan, nilai-nilai danketerampilan yang diberikan di sekolah, merupakan kelanjutan dari apa yang
diberikan di dalam keluarga, tetapi tingkatannya jauh lebih tinggi dan lebih
kompleks sesuai dengan tahap penjenjangannya. Pengetahuan tersebut bersumber
dari disiplin.disiplin ilmu atau permasalahan-permasalahan yang berkembang
dalam masyarakat yang bersumber dari bidang-bidang ilmu pendidikan. Selain
dalam kedua lingkungan tersebut, peserta didik juga mendapat pengaruh dan
pendidikan dalam lingkungan masyarakat yang merupakan lingkungan ketiga. Dalam
masyarakat, peserta didik menghadapi dan mempelajari hal-hal yang lebih nyata
dan praktis, terutama yang berkaitan erat dengan problema-problema kehidupan.
Di masyarakat para peserta didik juga dituntut dan berusaha menerapkan apa-apa
yang telah mereka peroleh dari keluarga dan sekolah, tetapi setelah selesai
masa pendidikan, maka mereka masuk ke lingkungan masyarakat dengan status yang
lain, yang menunjukkan tingkat kedewasaan dan kemandirian yang lebih tinggi.
Dalam lingkungan masyarakat pendidikannya lebih bersifat terbuka, artinya
peserta didik menjumpai berbagai sumber dan bahan belajar yang mencakup
aspek-aspek kehidupan. Bahan yang dipelajari tersebut berasal dari sumber
belajarnya secara langsung maupun melalui media belajar yang ada dalam
lingkungannya, baik media massa (media cetak dan media elektronika). Dalam
lingkungan masyarakat, metode pembelajarannya mencakup semua bentuk interaksi
dan komunikasi antar orang baik secara langsung atau tidak langsung,
menggunakan media cetak, ataupun elektronika.
d.
Pergaulan
Pendidikan
Pendidikan bisa berlangsung dalam pergaulan hidup, dalam
pergaulan ini para pendidik berusaha menjadi contoh dan memberikan
perlakuan-perlakuan yang bersifat mendidik, oleh karena itu pergaulan ini
disebut pergaulan pendidikan. Pergaulan pendidikan antara peserta didik dengan
pendidik dapat berlangsung dalam kegiatan sehari-hari, dalam situasi pembelajaran,
bimbingan dan latihan-latihan. Juga pergaulan pendidikan bisa berlangsung
antara orangtua dengan anak-anaknya dalam kehidupan keluarga (pendidikan dan
keluarga) dan antara orang dewasa dengan anak-anak dalam kehidupan masyarakat
(pendidikan dalam masyarakat). Dalam pergaulan pendidikan proses pengembangan
berlangsung secara informal, alamiah, dan mungkin juga tidak disadari, walaupun
dari sisi pendidik seharusnya selalu disadari. Syaodih (2005) mengatakan bahwa
proses pendidikan dalam situasi pergaulan berlangsung melalui percontohan. Para
pendidik dengan apa yang mereka perlihatkan, katakan, perbuat, dan berikan.
Pendidikan diberikan dengan “seluruh penampilan pendidik”,
dengan seluruh hal yang pendidik perlihatkan kepada para peserta didik, termasuk
hal-hal yang kurang baik atau tidak mendidik. Inilah yang disebut kesalahan
mendidik. Seharusnya dalam pergaulan pendidikan, para pendidik hanya
memperlihatkan hal-hal positif, yang ingin ditumbuhkan dan dikembangkan pada
peserta didik, karena dalam pergaulan pendidikan para pendidik menjadi model
dan contoh dari konsep pendidikan yang dianutnya.
C.
Karakteristik Penelitian Pendidikan
Sebagaimana telah
dikemukakan bahwa cara mencari kebenaran yang dipandang ilmiah adalah melalui
metode penelitian. Cara tersebut memungkinkan ditemukannya kebenaran yang
obyektif, karena dibentengi dengan fakta-fakta sebagai bukti tentang adanya
sesuatu dan mengapa adanya demikian atau apasebab adanya demikian
Tujuan akhir suatu
ilmu adalah mengembangkan dan menguji teori. Suatu teori dapat menjelaskan dan
meramalkan fenomena-fenomena alamiah. Dari perilaku atau kegiatan-kegiatan
terlepas yang dilakukan oleh siswa atau guru umpamanya, peneliti dapat
memberikan penjelasan umum tentang hubungan diantara perilaku atau kegiatan
pembelajaran. Tiap disiplin ilmu mempunyai cara pencarian sendiri yang sesuai
dengan karakteristik disiplin ilmunya. Sains(pengetahuan alam) umpamanya,
banyak menggunakan metode eksperimen, sedang antropologi menggunakan metode
kualitatif. Pendidikan kebanyakan menggunakan metode deskriptif, tetapi untuk
hal-hal tertentu dapat menggunakan metode eksperimen, penelitian tindakan,
penelitian dan pengembangan, dan juga kualitatif.
Penelitian terhadap ilmu pendidikan
mengkaji dasar-dasar, teori-teori dan konsep-konsep, termasuk sejarah
perkembanganya. Penelitian dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan-metode
kualitatif maupun kuantitatif. Pendekatan kuantitatif diarahkan pada analisis
dasar filosofis, psikologis, sosiologis-antropologis, serta konsep dan analisis
historis. Dari penelitian demikian dapat dihasilkan penguatan terhadap
proposisi dan asumsi yang ada, dan atau menghasilkan asumsi, proposisi dan
hipotesis yang baru. Penelitian-penelitian yang diarahkan pada perkembangan
teori dan konsep digolongkan sebagai penelitian dasar (basic reseach).
Penelitian dapat dilakukan dengan baik terhadap ilmu maupun terhadap praktik
pendidikan. Ada tujuh karakteristik penelitian pendidikan menurut Mc Millan dan
Schumacher (2001:11-13), yaitu: (1) Objectivity (objektivitas); (2) Precision (ketepatan);
(3) Verification (verifikasi); (4) Parsimonious
explanation (Penjelasan ringkas); (5) Empiricism (empiris); (6) Logical
reasoning (pendapatlogis); dan (7) Conditional conclutions (kesimpulan
kondisional).
Karakteristik penelitian pendidikan tersebut, secara
singkat akan dijelaskan sebagai berikut:
1.
Objektivitas
Penelitian harus memiliki objektivitas(objectivity) baik
dalam karakteristik maupun prosedurnya. Objektivitas dicapai
melalui keterbukaan, terhindar dari bias dan subjektivitas. Dalam prosedurnya,
penelitian menggunakan teknik pengumpulan dan analisis data yang memungkinkan
dibuat interpretasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Objektivitas juga
menunjukkan kualitas data yang dihasilkan dari prosedur yang digunakan, yang
dikontrol dari bias dan subjektivitas.
2.
Ketepatan
Penelitian juga harus memiliki tingkat ketepatan(precision),
dalam arti bahwa secara teknis, instrumen pengumpulan datanya harus memiliki
validitas dan realibilitas yang memadai, serta desain penelitian, pengambilan
sampel dan teknik analisisnya tepat. Dalam penelitian kualitatif, hasilnya
dapat diulang dan diperluas, dalam penelitian kualitatif memiliki sifat
reflektif dan tingkat komparasi yang konstan.
3.
Verifikasi
Penelitian dapat diverifikasi, dalam arti
dikonfirmasikan, direvisi dan diulang dengan cara yang sama atau berbeda.
Verifikasi dalam penelitian kualitatif berbeda dengan kuantitatif. Penelitian
kualitatif memberikan interpretasi deskriptif, verifikasi berupa perluasan,
pengembangan tetapi bukan pengulangan. Verifikasi juga bermakna memberikan
sumbangan kepada ilmu atau studi lain.
4. Penjelasan Ringkas
Penelitian mencoba memberikan penjelasan tentang
hubungan antar fenomena dan menyederhanakannya menjadi penjelasan yang ringkas.
Tujuan akhir dari suatu penelitian adalah mereduksi realita yang kompleks ke
dalam penjelasan yang singkat. Dalam penelitian kuantitatif penjelasan singkat
tersebut berbentuk generalisasi, tetapi dalam penelitian kualitatif berbentuk
deskripsi tentang hal-hal yang essensial atau pokok.
5. Empiris
Penelitian ditandai oleh sikap dan pendekatan empiris
yang kuat. Secara umum empiris berarti berdasarkan pengalaman praktis. Dalampenelitian
empiris kesimpulan didasarkan atas kenyataan-kenyataan yangdiperoleh dengan
menggunakan metode penelitian yang sistematik, bukanberdasarkan pendapat atau
kekuasaan. Sikap empiris umumnya menuntutpenghilangan pengalaman dan sikap
pribadi. Kritis dalam penelitian berartimembuat interpretasi berdasarkan pada
kenyataan dan nalar yang didasarkanatas kenyataan-kenyataan (evidensi).
Evidensi adalah data yang diperolehdari penelitian, berdasarkan hasil analisis
data tersebut interpretasi dibuat.Angka, print out, catatan lapangan, rekaman
wawancara artifak dandokumen sejarah adalah sejumlah contoh data dalam
penelitian
6.
Penalaran Logis
Semua kegiatan penelitian menuntut penalaran logis.
Penalarana merupakan proses berpikir, menggunakan prinsip-prinsip logika
deduktif dan induktif. Penalaran deduktif aalah penarikan kesimpulan dari umum
ke khusus. Dalam penalaran deduktif, bila premisnya benar, maka kesimpulan
otomatis benar. Logika deduktif dapat mengidentifikasi hubungan-hubungan baru
dalam pengetahuan (prinsip, kaidah) yang ada. Sementara itu, dalam penalaran
induktif, peneliti menarik kesimpulan berdasarkan hasil sejumlah pengamatan
kasus-kasus (individual, situasi, peristiwa), kemudian peneliti membuat
kesimpulan yang bersifat umum. Kesimpulan dibatasi oleh jumlah dan
karakteristik dari kasus yang diamati.
7.
Kesimpulan
Kondisional
Kesimpulan penelitian
tersebut sifatnya tidak mutlak, tidak absolut. Masih bisa dibenarkan atau
disalahkan dengan argumen yang lebih valid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar