Jumat, 22 November 2013

Penelitian Eksperimen

II.1 Pengertian Penelitian Eksperimen
Penelitian eksperimental  merupakan pendekatan penelitian kuantitatif yang paling penuh, dlam arti memenuhi semua pesyaratan untuk menguji hubungan sebab akibat. Pendekatan penelitian ini banyak digunakan dalm penelitian – penelitian sains atau ilmu kealaman sebab memang awl pngembangannya adalah dalam bidang tersebut. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari “sesuatu” yang dikenakan pada subjek selidik. Dengan kata lain penelitian eksperimen mencoba meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat. Caranya adalah dengan membandingkan satu atau lebih kelompok eksperimen yang diberi perlakuan dengan satu atau lebih kelompok pembanding yang tidak menerima perlakuan. Secara umum di dalam pembicaraan penelitian dikenal adanya dua penelitian eksperimen yaitu: eksperimen betul (true experiment) dan eksperimen tidak betul-betul tetapi hanya mirip eksperimen. Itulah sebabnya maka penelitian yang kedua ini dikenal sebagai “penelitian pura-pura” atau quasi experiment. Sebagai ciri-ciri untuk penelitian eksperimen yang dikatakan sebagai eksperimen betul adalah hal-hal yang disebutkan apabila persyaratan­-persyaratan seperti yang dikehendaki dapat terwujud. Sedangkan metode Ekperimen adalah metode evaluasi yang dilakukan secara sistematis dengan cara memanipulasi variabel-variabel yang dieksperimen, kemudian mengganti gejala-gejala yang timbul dalam situasi yang terkontrol. Metode ini tidak digunakan untuk mengevaluasi progaram pendidikan masa lalu, menggambarkan program pada masa kini atau membandingkan hubungan sebab-akibat antara variabel-variabel dalam situasi yang tidak terkontrol.


II.2 Karakteristik Penelitian Ekperimen
Ciri-ciri khusus penelitian eksperimen menurut Sukamto (1995), antara lain :
1.      Memerlukan pengendalian yang ketat dari ubahan atau faktor-faktor yang diteliti.
2.      Mensyaratkan perimbangan antara validitas internal dan eksternal agar temuan yang dihasilkan dapat diyakini mempunyai hubungan kausal dan mempunyai kemungkinan generalisasi ke konteks yang lain.
3.      Menekan pada pengukuran dan analisa variansi serta secara sengaja mengusahakan agar bagian terbesar dari variansi yang diamati dapat dijelaskan oleh perlakuan yang dieksperimenkan, sedang variansi yang disebabkan kesalahan dapat ditekan sekecil mungkin.
4.      Dalam desainnya peneliti biasanya mengusahakan agar semua ubahan lain yang diteliti dibuat konstan kecuali satu ubahan yang merupakan perlakuan yang disengaja dimanipulasikan.
5.      Pengkonstanan suatu ubahan penelitian dapat dilakukan secara empirik maupun statistik.
6.      Pengertian hubungan kausal yang ingin diungkapkan melalui eksperimen menuntut persyarata metodologis dan konseptual yang ketat.
II.3. Ciri-ciri Penelitian Eksperimen
Ada tiga unsur penting dalam pelaksanaan suatu ekperimen: pengendalian, manipulasi, dan pengamatan.
a)      Pengendalian
Pengendalian adalah inti metode eksperimen. Tanpa pengendalian kita tidak akan mungkin dapat menilai secara tegas pengaruh variabel bebas.tujuan pengendalian dalam eksperimen adalah untuk mengatur situasi sehingga pengaruh variabel dapat diselidiki. Ada lima prosedur dasar yang biasa digunakan untuk meningkatkan kesamaan antara kelompok-kelompok yang akan dihadapkan kepada berbagai situasi eksperimental. Kelima prosedur pengendalian perbedaan subyek itu adalah:
1.      Penempatan secara acak
2.      Pemadanan secara teracak (randomized matching)
3.      Pemilihan yang homogeny
4.      Analisis kovariansi
5.      Penggunaan subyek sebagai pengendali mereka sendiri
·         Mengendalikan perbedaan antara subyek
1.      Penempatan secara acak
Penempatan secara acak adalah penempatan subyek ke dalam kelompok sedemikian rupa sehingga, untuk setiap kali penempatan, setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk ditempatkan di kelompok manapun.
2.      Pemadanan teracak (randomized matching)
Prosedur penempatan subyek ke dalam kelompok yang lain adalah dengan memadankan setiap subyek berdasarkan sebanyak mungkin variabel luar yang dianggap dapat mempengaruhi variabel terikat.
Pemadanan adalah metode untuk mengendaliakan sebagian perbedaan antar subyek, namun masih ada lagi beberapa kesulitan yang mungkin dihadapioleh peneliti. Yang pertama adalah menentukana variabel, variabel yang dipakai sebagai patokanpembandingan subyek ini pada dasarnya harus ada hubungannya dengan variabel terikat yaitu variabel yang tidak mempunyai korelasi dengan variabel terikat sebasar 0.50 atau lebih tinggilagi.persoalan laian yang muncul adalah seberapa dekat kita memadankan subyek berdasarkan veriabel-veriabel tersebut.
-          Prosedur penadanan
Peneliti harus menentuka prosedur pamadanan yang layak dalam setiap keadaan tertentu. Metode yang biasa dipakai adalah prosedur pribadi ke pribadi. Prosedur pemadanan lain yang kadang-kadang digunakan adalah memadankan kelompok berdasarkan variabel yang relevan.
3.      Pemilihan yang homogeny
Metode lain yang dapat dipakaiuntuk membuat kelompok-kelompok menjadai sedapan pada variabel luar adalah pemilihan sampel yang sejauh mungkin homogen pada veriabel tersebut. Kelemahan dari pemilihan homogen adalah mengurangi luasnya jangkauan generalisasi hasil studi tersebut kepada situasi yang lain.
4.      Analisis kovariansi
Bentuk pengendalian berikutnya adalah metode statistik yang disebut analisis kovariansi (analysis of covariance). Analisis kovariansi adalah suatu metode untuk menganalisis perbedaan variabel terikat diantara kelompok-kelompok eksperimen, sesudah memperhitungkan setiap perbedaan ukuran pra tes atau ukuran variabel terikat relevan lainnya yang telah ada sebelumnya diantara kelompok-kelompok tersebut. Ukuran yang dipakai untuk pengendalian seperti itu disebut covariate.
5.      Penggunaan subyek sebagai pengendali mereka sendiri
Ada tiga prosedur pengendalian yang menempatkan subyek ke semua kondisi eksperimental dan kemudian mengukur subyek tersebut, mula-mula dalam satu kondisi perlakuan eksperimental, lalu dalam kondisi perlakuan eksperimental yang lain.
·         Mengendalikan perbedaan situasional
Disamping perbedaan antar subyek, kita perlu juga mengendalikan setiap variabel luar yang mungkin terjadi dalam eksperimen itu sendiri. Apabila dalam suatu eksperimen, variabel-variabel situasional ini tidak dikendalikan, maka orang tidak dapat memastikan apakah variabel bebasa ataukah perbedaan incidental yang terdapat dalam kelompok-kelompok itu yang menyebabkan perbedaan dalam variabel terikat tersebut.
Ada tida metode yang biasanya dipakai guna mengendalikan variabel situasional yang mungkin dapat mengacaukan pikiran. Peneliti dapat:
1)      Menjaga agar keadaan variabel tersebut tetap seperti semula
2)      Mengacak variabel tersebut
3)      Memanipulasi variabel tersebut secara sistematis dan terpisah dari variabel bebas yang utama
Menjaga agar keadaan variabel luar itu tetap seperti semula berarti bahwa semua subyek di berbagai kelompok itu harus diberi perlakuan yang persis sama, kecuali pemberian variabel bebasnya. Apabila kondisi lingkungan tersebut tidak mempertahankan tetap sama, maka peneliti harus berusaha mengacak atau menyeimbangkan beberapa varaiabel situasional tertentu.
b)      Manipulasi
Manipulasi suatu variabel menunjuk pada suatu tindakan yang sengaja dilakukan oleh peneliti. Dalam penelitian pendidikan dan ilmu perilaku lainnya, pemanipulasian veriabel mempunyai bentuk khas dimana peneliti memberikan seperangkat kondisi yang bermacam-macam dan yang telah ditentukan sebelumnya kepada subyek. Seperangkat kondisi yang bermacam itu disebut variabel bebas, variabel eksperimen, atau variabel perlakuan.
c)      Pengamatan
Pengamatan dilakukan terhadap cirri-ciri tingkah laku subyek yang diteliti. Pengamatan yang sedapat mungkin bersifat kuantitatif itulah variabel terikatnya. Variabel terikat dalam penelitian sering berupa hasil dari sesuatu, misalnya hasil belajar, sedangkan variabel bebas adalah skor atau hasil pengamatan bukan hasil belajar itu sendiri.
II.4 Prinsip-Prinsip Penelitian Eksperimen
Pemahaman prinsip dasar ini penting agar para peneliti yang akan melakukan eksperimen lebih hati-hati untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Secara sederhana dasar eksperimen dirumuskan Komphtone sebagai berikut :
a.       Problematika
Pernyataan mengenai masalah atau persoalan yang akan dibahas. Misalnya manakah diantara dua macam metode mengajar yang dapat memberikan prestasi belajar yang lebih baik.
b.      Tujuan
Diperlukan penetapan metode “A” atau “B” yang lebih tepat untuk mengembangkan kemampuan dan kecakapan menggunakan matematika.
c.       Perumusan hipotesis
Menentukan kesimpulan sementara dengan didasari oleh berbagai pertimbangan dari bahan bacaan atau artikel penelitian. Misalkan ditetapkan bahwa “metode A lebih baik dibandingkan metode B untuuk mengajarkan matematika.
d.      Waktu/lama eksperimen
Jangka waktu pelaksanaan eksperimen ini diperlukan sesuai dengan perkiraan yang obyektif,terutama yang berkaitan dengan teori pendukungnya.
e.       Sampling
Menetapkan secara random yang akan ditugasi untuk masuk ke kelompok A dan yang masuk ke kelompok B.
f.       Penentuan desain eksperimen yang akan digunakan
Penentuan desain eksperimen ini akan menentukan langkah-langkah pelaksanaan berikutnya,terutama teknik analisisnya.
g.      Pengukuran sebelum eksperimen
Pengukuran ini sangat diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya antara kelompok A dan B.

h.      Tindakan / treatment
Untuk menetapkan kelompok yang akan dikenai perlakuan ditetapkan secara random/acak. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan peluang yang sama kepada kelompok itu.
i.        Melakukan pengukuran sesudah eksperimen
Sesudah eksperimen selesai diadakan tes atau pengukuran terhadap kedua kelompok (A dan B).
j.        Penggunaan teknik analisis sesuai dengan desain eksperimen yang telah ditetapkan
k.      Mengambil kesimpulan dengan jalan menggunakan atau memperhitungkan derajat kepercayaan yang wajar.
Faktor pokok lain yang tidak dapat diabaikan adalah adanya (sedikitnya) dua kelompok pada setiap eksperimen. Dalam suatu eksperimen selalu ada kelompok yang dikenai perlakukan, dan perlakuan ini pada akhir proses menghasilkan sesuatu. Hasil perlakuan itu dapat dikatakan lebih baik, paling baik atau kurang baik kalau ada kelompok pembandingnya (control group). Disamping kelompok pembandingnya itu terdapat kelompok eksperimen (experimental group) yang pada awalnya keduanya harus mempunyai tingkat /status atau kedudukan yang sama. Sebelum eksperimen dilakukan, kondisi serta variabel perlu diperhatikan dengan seksama karena dikhawatirkan akan terjadi kesesatan atau membaurkan hasil eksperimen.
II.5 Jenis Penelitian Ekperimen
Dilihat dari intensitas pengendalian ubahan, Sukamto (1995) membagi penelitian eksperimen menjadi tiga, yaitu: eksperimen murni, eksperimen kuasi, dan non-eksperimen. Senada dengan Sukamto, Kerlinger (1973) juga membagi penelitian eksperimen menjadi tiga, yaitu: eksperimen laboraturium, eksperimen lapangan, dan studi lapangan atau ex post facto. Dilihat dari tujuannya, Nur Yuwono (1996), penelitian eksperimen dikelompokan menjadi empat, yaitu: menemukan (eksploratif), mengembangkan (inovatif), memecahkan masalah (aplikatif), dan menguji sesuatu (verifikatif).


II.6 Tujuan Penelitian Ekperimen
Penelitian eksperimen (Experimental Research) merupakan kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menilai pengaruh suatu perlakuan/ tindakan/treatment pendidikan terhadap tingkah laku siswa atau menguji hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh tindakan itu bila dibandingkan dengan tindakan lain. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan umum penelitian eksperimen adalah untuk meneliti pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap gejala suatu kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain yang menggunakan perlakuan yang berbeda. Misalnya, suatu eksperimen dimaksudkan untuk menilai/ membuktikan pengaruh perlakuan pendidikan (pembelajaran dengan metode pemecahan soal) terhadap prestasi belajar matematika pada siswa SMA atau untuk menguji hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh perlakuan tersebut bila dibandingkan dengan metode pemahaman konsep. Tindakan di dalam eksperimen disebut treatment, dan diartikan sebagai semua tindakan, semua variasi atau pemberian kondisi yang akan dinilai/diketahui pengaruhnya. Sedangkan yang dimaksud dengan menilai tidak terbatas adalah mengukur atau melakukan deskripsi atas pengaruh treatment yang dicobakan sekaligus ingin menguji sampai seberapa besar tingkat signifikansinya (kebermaknaan atau berarti tidaknya) pengaruh tersebut bila dibandingkan dengan kelompok yang sama tetapi diberi perlakuan yang berbeda.
II.7 Langkah-Langkah Penelitian Eksperimen
Langkah-langkah penelitian eksperimen ialah:
a.       Melakukan tinjauan literatur, terutama yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
b.      Mengidentifikasi dan membatasi masalah penelitian.
c.       Merumuskan hipotesis-hipotesis penelitian.
d.      Menyusun rencana eksperimen yang biasanya mencakup :
1)      Menentukan varibel bebas dan variabel terikat ( independent and dependen variables).
2)      Memilih desain eksperimen yang akan digunakan.
3)      Menentukan sampel.
4)      Menyusun eksperimen dan alat ukur.
5)      Menyusun outline prosedur pengumpulan data.
6)      Menyusun hipotesis statistic.
e.       Melakukan pengumpulan data tahap pertama (pretest).
f.       Melakukan eksperimen.
g.      Mengumpulkan data tahap kedua (posttest).
h.      Mengolah dan menganalisis data.
i.        Menyusun laporan.
II.8 Variabel Dalam Eksperimen
Penelitian sering kali digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua hal, segi, aspek, komponen atau lebih. Hal, segi, aspek, atau komponen tersebut memiliki kualitas atau karakteristik yang bervariasi sehingga sering disebut sebagai variabel. Hal, segi, aspek atau komponen yang sama atau tidk bervariasi pada sesuatu objek atau seseorang disebut konstan. Variabel yang bervariasi kualitasnya disebut variabel kualitatif, yang bervariasi jumlah atu tingkatannya disebut variabel kuantitatif, dan yang bervariasi jenisny disebut variabel kategorial.
Hubungan antara variabel bisa berbentuk hubungan korelasional, saling hubungan atau hubungan sebab akibat. Hubungan korelasional menunjukan saling hubungan antara dua variabel atau lebih, seperti antara tinggi dengan besar badan, dan antar motivasi dengan prestasi belajar.
II.9 Kontrol
Kontrol adalah suatu kelompok atau individu yang tidak dikenai perlakuan atau percobaan. Kontrol di dalam penelitian eksperimen sangat penting untuk melihat perbedaan variabel terpengaruh antara kelompok yang dikenai perlakuan dengan yang tidak dikenai perlakuan (kontrol).
Faktor-faktor yang dikontrol dalam eksperimen meliputi :
a.       Sasaran atau objek yang diteliti/diamati.
b.      Peneliti atau orang yang melakukan percobaan.
c.       Variabel bebas (dependent variabel), yaitu kondisi munculnya variabel terikat.
d.      Variabel terikat (independent variabel) yaitu variabel yang akan terpengaruh/ berubah setelah dikenakan perlakuan/ percobaan.
e.       Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
f.       Populasi dan sampel.
g.      Skor rata-rata(mean) hasil test.
Dalam penelitian eksperimen, kontrol mempunyai peranan yang sangat penting, antara lain sebagai berikut :
a.       Untuk mencegah munculnya faktor-faktor yang sebenarnya tidak diharapkan berpengaruh terhadap variabel terikat.
b.      Untuk membedakan variabel yang tidak diperlukan dari variabel yang diperlukan.
c.       Untuk menggambarkan secara kuantitatif hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dan sejauh mana tingkat hubungan antara kedua variabel tersebut.
II.10 Validitas Hasil Penelitian
Dalam penelitian eksperimen, terutama eksperimen semu (quasi eksperiemen ) selalu dipertanyakan mengenai validitasnya, baik validitas internal maupun eksternal.
a.       Validitas Internal
Validitas internal berhubungan dengan ketepatan mengidentifikasikan perubahan variabel-variabel keluaran (hasil eksperimen) tersebut, hanyasebagai akibat dari adanya perlakuan(eksperimen). Campbell dan Stanley mengemukakan ada 12 hal yang perlu dikontrol dala validitas internal.
1)      History: perlakuan dalam bidang sosial dan pendidikan umumnya dilakukan dalam jangka waktu tertentu yang kemungkinan juga cukup panjang
2)      Maturation: selama perlakuan diberikan, kelompok eksperimen juga menglami perkembangan, pengetahuannya bertambah, kematangannya juga lebih meningkat, sehinggga dapat berpengaruh terhdap hasil eksperimen.
3)      Testing: dalam eksperimen dilakukan pretes dan posttest.
4)      Instrumentation: dampak negatif dari instrumen yang digunakan terutama dihadapi kalau instrumennya hanya bersifat pedoman pengamatan atau pdoman wawancara.
5)      Statistical regression: dalam regresi statistik ada kecenderungan subjek yang mendapat skor rendah dalam tes pertama akan naik pada tes ulangan atau tes kedua dengan soal yang sama atau hampir sama.
6)      Differential selection: dalam pembentukan kelompok eksperimental dan kelompok kontrol sering terjadi pilihan yang berbeda sehingga kedua kelompok menjadi kurang homogin.
7)      Eksperimental mortality: dalam pelaksanaan eksperimental juga sering terjadi pengurngan jumlah anggota dari kelompok  eksperimental ataupun kelompok kontrol.
8)      Selection – maturation interaction: dalam pemilihan kelompok eksperimental  dan kelompok kontrol sering kali tidak dapat dihindari adanya perbedaan rata – rata tingkat perkembangan kedua kelompok.
9)      Eksperimental treetment diffusion: kelemahan ini terutama terjadi pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang lokasinya berdekatan.
10)   Compensatory rivalry by the control group: karena kelompok mengetahui statusnya sebagai kelompok yang diperbandingkan (kelompok kontrol) dengan kelompok eksperimen, maka mereka berupaya melakukan kegiatan yang lebih dari biasanya sehingga hasilnya tidak berbeda dengan kelompok eksperimen.
11)   Compensatory equilization of tretments: krena kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan fasilitas dan layanan yang baik, maka kelompok kontrol juga diberi fasilitas dan layanan yang baik walaupun dalam kegiatn yang biasa.
12)  Resentful demoralization of the control group: kalau pada kelompok eksperimen, anggota kelompok memiliki moral yang tinggi karena status mereka sebagai kelompok eksperimen maka kelompok kontrol memiliki moral yang rendah kren statusny sebagai sebagai kelompok pembanding yng tidak diberi keistimewaan.
b.      Validitas Eksternal
Validitas ini berkaitan dengan kemungkinan generalisasi dari hasil eksperimen tersebut. Hal ini berarti, apakah hasil eksperimen tersebut terjadi pula apabila eksperimen yang sama dilakukan pada populasi yang lain. Dengan kata lain, seberapa jauhkan representatif penilaian-penilaian penelitian ini, dan seberapa jauh hasil-hasil penelitian tersebut dapat digeneralisasikan kepada subjek-subjek atau kondisi –kondisi yang semacam ? untuk mengontrol validitas eksternal ini perlu dilakuak pengujian-pengujian terrhadap faktor-faktor berikut :
1.    Efek seleksi sebagai “bias”
Karakteristik anggota kelompok atau sampel eksperimen yang menentukan sekali terhadap generalisasi yang diperoleh . kekeliruan dalam memilih anggota sampel dapat menggagu hasil eksperimen. Oleh sebeb itu, agar sampel yang diambil dapat representatif terhadap populasi perlu dilakukan identifikasi dan kontrol yang tepat.
2.    Efek pelaksanaan pretes
Pretes banyak mempengaruhi variabel eksperimen , sedangkan pretes hanya dilakukan terhadap sampel. Oleh karena itu, generalisasi yang diperoleh dari pelaksanaan eksperimen terhadap sampel kemungkinan tidak dapat berlaku untuk seluruh populasi, sebab hanya anggota sampel yang mengalami pretes. Untuk menghindari akibat dari pelaksanaan pretes yang dapat memepengaruhi generalisasi, perlu dilakukan kontrol yang cermat pada pelaksanaan pretes, sehingga tidak mempunyai pengaruh terhadap perlakuan yang menjadi dasar membuat generalisasi.
3.    Efek prosedur eksperimen
Eksperimen yang dilakukan terhadap anggota-anggota sampel yang menyadari bahwa dirinya sedang dicoba atau dieksperimenkan, menyababkan generalisasi yang diperoleh tidak berlaku bagi populasi karena adanya perbedaan pengalaman antara anggota sampel dengan anggota populasi. Oleh sebab itu perlu dilakukan kontrol terhadap pengaruh prosedur eksperimen tersebut.
4.    Gangguan penanganan perlakaun berganda
Jika subjek pada kelompok eksperimen dipaparkan terhadap perlakuan dua kali atau lebih secara berturut-turut , maka perlakuan yang terdahulu mempunyai efek terhadap yang berikutnya. Hal ini menyebabkan perlakuan terakhir yang muncul diperngaruhi oleh perlakuan  yang sebelumnya. Jadi generalisasi yang diperoleh hanya berlaku bagi subjek yang mempunyai pengalaman dengan pelaksanaan dan pemunculan perlakuan gand secara berturut-turut.
Bracht dan Glass menyebutkan dua macam validitas eksternal, yaitu:
1.      Validitas populasi
Validitas populasi menyangkut identifikasi populasi yang akan digeneralisasi berdasarkan hasil eksperimen tersebut. Dalam hal ini peneliti mengajukan pertanyaan: populasi subyek yang bagaimanakah yang dapat diharapkan mempunyai perilaku sama dengan subyek eksperimen yang dijadikan sampel? Hal-hal yang perlu dikontrol dalam validitas populasi ialah:
1)      The extend to which one can generalize from the eksperimental sample to defined population: sejauh mana kesimpulan yang diperoleh dari eksperimen terhadap sampl dapat berlaku bagi populasi.
2)      The extend to which personological variables interact whith treatment effect: sampai sejauh mana faktor – faktor personologis atau faktor – faktor kepribadian, terutama kepribadin peneliti bisa berpengaruh terhadap perlakuan.
2.      Validitas ekologis
Validitas ekologis  menunjukan sejauh mana hasil dari eksperimen yang dirancang dalam lingkungantertentu dapat diterapkan dalam lingkungan lain.
1)      Explicit description of the experimental design: peneliti hendaknya menjelaskan desain perlakuan yang diberikan sejelas mungkin.
2)      Multiple – treatment interference: dalam pemberian perlakuan seringkali terjadi bahwa tiap partisipan dalam eksperimen tidak diberi perlakuan hanya satu kali tetpi lebih dari satu kali.
3)      Howthorne effect: dalam eksperimen partisipan sering mengetahui bahwa mereka ikut serta dalam eksperimen, mengetahui hal yang diharapkan terjadi, dan mendapat perhatian khusus.
4)      Novelty and disruption effects: oerlkuan yang diberikan merupakan hal baru bagi partisipan, berbeda dari yang biasa dilakukan, dan hal itu dapat memberikan hasil yang lebih baik.
5)      Experimenter effect: dalam pelaksanaan experimen ada beberapa hal yang dirancang dan dikelola secara khusus.
6)      Pretest sensitization: seringkali isi dan kegiatan pretes ada hubungannya dengan perlakuan, sehingga bisa mmpengaruhi hasil.
7)      Posttest sensitization: hamir sama dengan pretest, dalam posttest pun bisa terjadi hubungan antara perlakuan yang diberikan dengan postes.
8)      Interaction of history and treatment effect: kegiatan pemberian perlakuan dapat  berkaitn dengan hasil perlakuan.
9)      Measurement of dependent variable: generalisasi hasil penelitian dipengaruhi oleh bneuk pengukuran dari variabel terikat dalam posttes.
10)   Interaction of time of measurement and treatment effect: hasil dari posttest juga dipengaruhi waktu plaksanaan posttes. 
II.11 Kesesatan Dalam Eksperimen
Dalam eksperimen dibedakan dua macam variabel :
a.       Variabel eksperimental, atau treatment variabel atau variabel perlakuan.
b.      Variabel non-eksperimental.
Variabel di luar perlakuan tetapi dapat mempengaruhi hasil eksperimen.
Variabel eksperimental merupakan kondisi yang hendak diselidiki tentang pengaruhnya terhadap suatu gejala. Pada kedua kelompok dikenai variabel eksperimental yang berbeda (misalnya 1 kelompok eksperimen diberi perlakuan hukuman dan hadiah sedang kelompik kontrol tidak).
Sedangkan variabel non eksperimental adalah kondisi yang di luar kondisi yang hendak diselidiki, tetapi dapat mempengaruhi hasil eksperimen. Sebagian variabel non eksperimental dapat dikontrol (controlled variables), tetapi sebagian sulit untuk dikendalikan (extraneous variabel). Hasil akhir suatu eksperimen dipengaruhi oleh variabel eksperimental dan sebagian lagi karena pengaruh variabel ekstrane. Besar kecilnya pengaruh variabel ekstrane yang diobserevasi dalam eksperimen disebut kesesatan atau errors.
Kesesatan atau errors dalam eksperimen dapat dikelompokkan menjadi dua : a. Kesesatan konstan, b. Kesesatan tidak konstan.
Kesesatan konstan selalu ada dalam setiap eksperimen yang sejenis. Misalnya pengaruh kegiatan atau latihan siswa di luar sekolah, atau alat penilai memengaruhi hasil eksperimen. Sedangkan kesesatan tidak konstan adalah kesesatan pada satu atau beberapa kelompok dalam satu eksperimen, tetapi tidak dalam semua eksperimen atau dalam semua kelompok. Kesesatan ini masih ada kemungkinan untuk dikendalikan dalam memilih desain / pola eksperimen.
Kesesatan tidak konstan itu dapat digolongkan menjadi :
a.       Kesesatan tipe S
Kesesatan janis ini merupakan ciri khusus dari kesesatan yang ditimbulkan oleh fluktuasi subjects sampling. Hal ini dapat terjadi kalau penugasan subjek ke kelompok eksperimen atau kelompok pembanding ada salah satu kelompok yang berhimpun beberapa siswa/orang yang dapat menguntungkan kelompok itu. Sehingga perbedaan hasil akhir eksperimen bukan karena pengaruh treatmen tetapi karena perbedaan subyeknya.
b.      Kesesatan tipe G
Kesesatan ini terjadi kalau variabel ekstrane mempengaruhi satu atau beberapa Grup dalam suatu eksperimen,tetapi tidak mempengaruhi semua kelompok. Dalam suatu eksperimen pendidikan seorang guru yang diserahi tugas untuk mengajar pada kelompok tertentu mengajar dengan sangat baikdan sistematis, sehingga dapat mempengaruhi siswa yang diajarnya,sedangkan pada kelompok lain tidak demikian. Atau dalam suatu kelompok ada anak yang suka mengganggu jalannya pelajaran, dan mempengaruhi hasil pelajaran, hal ini berarti kesesatan tipe G telah terjadi pada hasil eksperimen itu.Waktu masuk masalah, tempat sekolah yang dekat dengan keramaian ini juga perlu mendapat perhatian.
c.       Kesesatan tipe R

Dalam suatu waktu dapat pula terjadi adanya beberapa eksperimen yang menggunakan beberapa sampel secara serentak. Setiap eksperimen itu disebut Peplikasi (R)., Kesesatan tipe R ini terjadi jika satu replikasi dipengaruhi oleh variabel akstrane dengan adanya metode yang sistematis yang sudah biasa dilakukan,tetapi tidak sedemikian pada replikasi-replikasi yang lain. Misalnya seorang peneliti akan mencoba metode X, padahal di sekolah tersebut sudah biasa ,menggunakan metode itu, tidak demikian pada sekolah lain. Satu replikasi (eksperimen antarametode A dan B) diadakan pada satu sekolah, bilamana pengaruh perbedaan ditinjau semata-mata dari replikasi itu, maka kesesatan tipe R dapat dihindarkan. Namun bilamana ditinjau dari banyak replikasi eksperimen yang sama, mungkin masih terjadi kesesatan dalam perkiraan pengaruh rerata dari variabel eksperimental (Sutrisno Hadi,1992:441).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar