II.1
Pengertian Penelitian Eksperimen
Penelitian
eksperimental merupakan pendekatan
penelitian kuantitatif yang paling penuh, dlam arti memenuhi semua pesyaratan
untuk menguji hubungan sebab akibat. Pendekatan penelitian ini banyak digunakan
dalm penelitian – penelitian sains atau ilmu kealaman sebab memang awl
pngembangannya adalah dalam bidang tersebut. Penelitian eksperimen merupakan
penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari “sesuatu”
yang dikenakan pada subjek selidik. Dengan kata lain penelitian eksperimen
mencoba meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat. Caranya adalah dengan
membandingkan satu atau lebih kelompok eksperimen yang diberi perlakuan dengan
satu atau lebih kelompok pembanding yang tidak menerima perlakuan. Secara umum
di dalam pembicaraan penelitian dikenal adanya dua penelitian eksperimen yaitu:
eksperimen betul (true
experiment) dan eksperimen tidak betul-betul tetapi hanya mirip
eksperimen. Itulah sebabnya maka penelitian yang kedua ini dikenal sebagai
“penelitian pura-pura” atau quasi experiment. Sebagai ciri-ciri untuk penelitian
eksperimen yang dikatakan sebagai eksperimen betul adalah hal-hal yang
disebutkan apabila persyaratan-persyaratan seperti yang dikehendaki dapat
terwujud. Sedangkan metode Ekperimen adalah metode evaluasi yang dilakukan
secara sistematis dengan cara memanipulasi variabel-variabel yang dieksperimen,
kemudian mengganti gejala-gejala yang timbul dalam situasi yang terkontrol.
Metode ini tidak digunakan untuk mengevaluasi progaram pendidikan masa lalu,
menggambarkan program pada masa kini atau membandingkan hubungan sebab-akibat
antara variabel-variabel dalam situasi yang tidak terkontrol.
II.2
Karakteristik Penelitian Ekperimen
Ciri-ciri
khusus penelitian eksperimen menurut Sukamto (1995), antara lain :
1. Memerlukan pengendalian yang ketat dari
ubahan atau faktor-faktor yang diteliti.
2. Mensyaratkan perimbangan antara
validitas internal dan eksternal agar temuan yang dihasilkan dapat diyakini
mempunyai hubungan kausal dan mempunyai kemungkinan generalisasi ke konteks
yang lain.
3. Menekan pada pengukuran dan analisa
variansi serta secara sengaja mengusahakan agar bagian terbesar dari variansi
yang diamati dapat dijelaskan oleh perlakuan yang dieksperimenkan, sedang
variansi yang disebabkan kesalahan dapat ditekan sekecil mungkin.
4. Dalam desainnya peneliti biasanya
mengusahakan agar semua ubahan lain yang diteliti dibuat konstan kecuali satu
ubahan yang merupakan perlakuan yang disengaja dimanipulasikan.
5. Pengkonstanan suatu ubahan penelitian
dapat dilakukan secara empirik maupun statistik.
6. Pengertian hubungan kausal yang ingin
diungkapkan melalui eksperimen menuntut persyarata metodologis dan konseptual
yang ketat.
II.3.
Ciri-ciri Penelitian Eksperimen
Ada
tiga unsur penting dalam pelaksanaan suatu ekperimen: pengendalian, manipulasi,
dan pengamatan.
a) Pengendalian
Pengendalian
adalah inti metode eksperimen. Tanpa pengendalian kita tidak akan mungkin dapat
menilai secara tegas pengaruh variabel bebas.tujuan pengendalian dalam
eksperimen adalah untuk mengatur situasi sehingga pengaruh variabel dapat
diselidiki. Ada lima prosedur dasar yang biasa digunakan untuk meningkatkan
kesamaan antara kelompok-kelompok yang akan dihadapkan kepada berbagai situasi
eksperimental. Kelima prosedur pengendalian perbedaan subyek itu adalah:
1. Penempatan secara acak
2. Pemadanan secara teracak (randomized
matching)
3. Pemilihan yang homogeny
4. Analisis kovariansi
5. Penggunaan subyek sebagai pengendali
mereka sendiri
·
Mengendalikan
perbedaan antara subyek
1. Penempatan secara acak
Penempatan
secara acak adalah penempatan subyek ke dalam kelompok sedemikian rupa
sehingga, untuk setiap kali penempatan, setiap anggota populasi mempunyai
peluang yang sama untuk ditempatkan di kelompok manapun.
2. Pemadanan teracak (randomized matching)
Prosedur
penempatan subyek ke dalam kelompok yang lain adalah dengan memadankan setiap
subyek berdasarkan sebanyak mungkin variabel luar yang dianggap dapat
mempengaruhi variabel terikat.
Pemadanan adalah
metode untuk mengendaliakan sebagian perbedaan antar subyek, namun masih ada
lagi beberapa kesulitan yang mungkin dihadapioleh peneliti. Yang pertama adalah
menentukana variabel, variabel yang dipakai sebagai patokanpembandingan subyek
ini pada dasarnya harus ada hubungannya dengan variabel terikat yaitu variabel
yang tidak mempunyai korelasi dengan variabel terikat sebasar 0.50 atau lebih
tinggilagi.persoalan laian yang muncul adalah seberapa dekat kita memadankan
subyek berdasarkan veriabel-veriabel tersebut.
-
Prosedur
penadanan
Peneliti harus
menentuka prosedur pamadanan yang layak dalam setiap keadaan tertentu. Metode
yang biasa dipakai adalah prosedur pribadi ke pribadi. Prosedur pemadanan lain
yang kadang-kadang digunakan adalah memadankan kelompok berdasarkan variabel
yang relevan.
3. Pemilihan yang homogeny
Metode lain yang
dapat dipakaiuntuk membuat kelompok-kelompok menjadai sedapan pada variabel luar
adalah pemilihan sampel yang sejauh mungkin homogen pada veriabel tersebut.
Kelemahan dari pemilihan homogen adalah mengurangi luasnya jangkauan
generalisasi hasil studi tersebut kepada situasi yang lain.
4. Analisis kovariansi
Bentuk
pengendalian berikutnya adalah metode statistik yang disebut analisis
kovariansi (analysis of covariance). Analisis kovariansi adalah suatu metode
untuk menganalisis perbedaan variabel terikat diantara kelompok-kelompok
eksperimen, sesudah memperhitungkan setiap perbedaan ukuran pra tes atau ukuran
variabel terikat relevan lainnya yang telah ada sebelumnya diantara
kelompok-kelompok tersebut. Ukuran yang dipakai untuk pengendalian seperti itu
disebut covariate.
5. Penggunaan subyek sebagai pengendali
mereka sendiri
Ada tiga prosedur
pengendalian yang menempatkan subyek ke semua kondisi eksperimental dan
kemudian mengukur subyek tersebut, mula-mula dalam satu kondisi perlakuan
eksperimental, lalu dalam kondisi perlakuan eksperimental yang lain.
·
Mengendalikan
perbedaan situasional
Disamping
perbedaan antar subyek, kita perlu juga mengendalikan setiap variabel luar yang
mungkin terjadi dalam eksperimen itu sendiri. Apabila dalam suatu eksperimen,
variabel-variabel situasional ini tidak dikendalikan, maka orang tidak dapat
memastikan apakah variabel bebasa ataukah perbedaan incidental yang terdapat
dalam kelompok-kelompok itu yang menyebabkan perbedaan dalam variabel terikat
tersebut.
Ada tida metode
yang biasanya dipakai guna mengendalikan variabel situasional yang mungkin
dapat mengacaukan pikiran. Peneliti dapat:
1) Menjaga agar keadaan variabel tersebut
tetap seperti semula
2) Mengacak variabel tersebut
3) Memanipulasi variabel tersebut secara
sistematis dan terpisah dari variabel bebas yang utama
Menjaga agar
keadaan variabel luar itu tetap seperti semula berarti bahwa semua subyek di
berbagai kelompok itu harus diberi perlakuan yang persis sama, kecuali
pemberian variabel bebasnya. Apabila kondisi lingkungan tersebut tidak
mempertahankan tetap sama, maka peneliti harus berusaha mengacak atau
menyeimbangkan beberapa varaiabel situasional tertentu.
b) Manipulasi
Manipulasi suatu
variabel menunjuk pada suatu tindakan yang sengaja dilakukan oleh peneliti.
Dalam penelitian pendidikan dan ilmu perilaku lainnya, pemanipulasian veriabel
mempunyai bentuk khas dimana peneliti memberikan seperangkat kondisi yang
bermacam-macam dan yang telah ditentukan sebelumnya kepada subyek. Seperangkat
kondisi yang bermacam itu disebut variabel bebas, variabel eksperimen, atau
variabel perlakuan.
c) Pengamatan
Pengamatan dilakukan
terhadap cirri-ciri tingkah laku subyek yang diteliti. Pengamatan yang sedapat
mungkin bersifat kuantitatif itulah variabel terikatnya. Variabel terikat dalam
penelitian sering berupa hasil dari sesuatu, misalnya hasil belajar, sedangkan
variabel bebas adalah skor atau hasil pengamatan bukan hasil belajar itu
sendiri.
II.4
Prinsip-Prinsip Penelitian Eksperimen
Pemahaman
prinsip dasar ini penting agar para peneliti yang akan melakukan eksperimen
lebih hati-hati untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Secara sederhana dasar
eksperimen dirumuskan Komphtone sebagai berikut :
a. Problematika
Pernyataan
mengenai masalah atau persoalan yang akan dibahas. Misalnya manakah diantara
dua macam metode mengajar yang dapat memberikan prestasi belajar yang lebih
baik.
b. Tujuan
Diperlukan
penetapan metode “A” atau “B” yang lebih tepat untuk mengembangkan kemampuan
dan kecakapan menggunakan matematika.
c. Perumusan hipotesis
Menentukan
kesimpulan sementara dengan didasari oleh berbagai pertimbangan dari bahan
bacaan atau artikel penelitian. Misalkan ditetapkan bahwa “metode A lebih baik
dibandingkan metode B untuuk mengajarkan matematika.
d. Waktu/lama eksperimen
Jangka
waktu pelaksanaan eksperimen ini diperlukan sesuai dengan perkiraan yang
obyektif,terutama yang berkaitan dengan teori pendukungnya.
e. Sampling
Menetapkan
secara random yang akan ditugasi untuk masuk ke kelompok A dan yang masuk ke
kelompok B.
f. Penentuan desain eksperimen yang akan
digunakan
Penentuan
desain eksperimen ini akan menentukan langkah-langkah pelaksanaan berikutnya,terutama
teknik analisisnya.
g. Pengukuran sebelum eksperimen
Pengukuran
ini sangat diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya antara kelompok A dan B.
h. Tindakan / treatment
Untuk
menetapkan kelompok yang akan dikenai perlakuan ditetapkan secara random/acak.
Hal ini dimaksudkan untuk memberikan peluang yang sama kepada kelompok itu.
i.
Melakukan
pengukuran sesudah eksperimen
Sesudah
eksperimen selesai diadakan tes atau pengukuran terhadap kedua kelompok (A dan
B).
j.
Penggunaan
teknik analisis sesuai dengan desain eksperimen yang telah ditetapkan
k. Mengambil kesimpulan dengan jalan
menggunakan atau memperhitungkan derajat kepercayaan yang wajar.
Faktor
pokok lain yang tidak dapat diabaikan adalah adanya (sedikitnya) dua kelompok
pada setiap eksperimen. Dalam suatu eksperimen selalu ada kelompok yang dikenai
perlakukan, dan perlakuan ini pada akhir proses menghasilkan sesuatu. Hasil
perlakuan itu dapat dikatakan lebih baik, paling baik atau kurang baik kalau
ada kelompok pembandingnya (control group). Disamping kelompok pembandingnya
itu terdapat kelompok eksperimen (experimental group) yang pada awalnya
keduanya harus mempunyai tingkat /status atau kedudukan yang sama. Sebelum
eksperimen dilakukan, kondisi serta variabel perlu diperhatikan dengan seksama
karena dikhawatirkan akan terjadi kesesatan atau membaurkan hasil eksperimen.
II.5
Jenis Penelitian Ekperimen
Dilihat
dari intensitas pengendalian ubahan, Sukamto (1995) membagi penelitian
eksperimen menjadi tiga, yaitu: eksperimen murni, eksperimen kuasi, dan
non-eksperimen. Senada dengan Sukamto, Kerlinger (1973) juga membagi penelitian
eksperimen menjadi tiga, yaitu: eksperimen laboraturium, eksperimen lapangan,
dan studi lapangan atau ex post facto. Dilihat dari tujuannya, Nur Yuwono
(1996), penelitian eksperimen dikelompokan menjadi empat, yaitu: menemukan
(eksploratif), mengembangkan (inovatif), memecahkan masalah (aplikatif), dan
menguji sesuatu (verifikatif).
II.6
Tujuan Penelitian Ekperimen
Penelitian eksperimen (Experimental
Research) merupakan kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menilai pengaruh
suatu perlakuan/ tindakan/treatment pendidikan terhadap tingkah laku siswa atau
menguji hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh tindakan itu bila dibandingkan
dengan tindakan lain. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan umum penelitian
eksperimen adalah untuk meneliti pengaruh dari suatu perlakuan tertentu
terhadap gejala suatu kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain yang
menggunakan perlakuan yang berbeda. Misalnya, suatu eksperimen dimaksudkan untuk
menilai/ membuktikan pengaruh perlakuan pendidikan (pembelajaran dengan metode
pemecahan soal) terhadap prestasi belajar matematika pada siswa SMA atau untuk
menguji hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh perlakuan tersebut bila
dibandingkan dengan metode pemahaman konsep. Tindakan di dalam eksperimen
disebut treatment, dan diartikan sebagai semua tindakan, semua variasi atau
pemberian kondisi yang akan dinilai/diketahui pengaruhnya. Sedangkan yang
dimaksud dengan menilai tidak terbatas adalah mengukur atau melakukan deskripsi
atas pengaruh treatment yang dicobakan sekaligus ingin menguji sampai seberapa
besar tingkat signifikansinya (kebermaknaan atau berarti tidaknya) pengaruh
tersebut bila dibandingkan dengan kelompok yang sama tetapi diberi perlakuan
yang berbeda.
II.7
Langkah-Langkah Penelitian Eksperimen
Langkah-langkah penelitian eksperimen
ialah:
a. Melakukan tinjauan literatur, terutama
yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
b. Mengidentifikasi dan membatasi masalah
penelitian.
c. Merumuskan hipotesis-hipotesis
penelitian.
d. Menyusun rencana eksperimen yang
biasanya mencakup :
1) Menentukan varibel bebas dan variabel
terikat ( independent and dependen variables).
2) Memilih desain eksperimen yang akan
digunakan.
3) Menentukan sampel.
4) Menyusun eksperimen dan alat ukur.
5) Menyusun outline prosedur pengumpulan
data.
6) Menyusun hipotesis statistic.
e. Melakukan pengumpulan data tahap pertama
(pretest).
f. Melakukan eksperimen.
g. Mengumpulkan data tahap kedua (posttest).
h. Mengolah dan menganalisis data.
i.
Menyusun
laporan.
II.8
Variabel Dalam Eksperimen
Penelitian
sering kali digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua hal, segi, aspek,
komponen atau lebih. Hal, segi, aspek, atau komponen tersebut memiliki kualitas
atau karakteristik yang bervariasi sehingga sering disebut sebagai variabel.
Hal, segi, aspek atau komponen yang sama atau tidk bervariasi pada sesuatu
objek atau seseorang disebut konstan. Variabel yang bervariasi kualitasnya
disebut variabel kualitatif, yang bervariasi jumlah atu tingkatannya disebut
variabel kuantitatif, dan yang bervariasi jenisny disebut variabel kategorial.
Hubungan
antara variabel bisa berbentuk hubungan korelasional, saling hubungan atau
hubungan sebab akibat. Hubungan korelasional menunjukan saling hubungan antara
dua variabel atau lebih, seperti antara tinggi dengan besar badan, dan antar
motivasi dengan prestasi belajar.
II.9
Kontrol
Kontrol adalah suatu kelompok atau
individu yang tidak dikenai perlakuan atau percobaan. Kontrol di dalam
penelitian eksperimen sangat penting untuk melihat perbedaan variabel
terpengaruh antara kelompok yang dikenai perlakuan dengan yang tidak dikenai
perlakuan (kontrol).
Faktor-faktor yang dikontrol dalam
eksperimen meliputi :
a. Sasaran atau objek yang
diteliti/diamati.
b. Peneliti atau orang yang melakukan
percobaan.
c. Variabel bebas (dependent variabel),
yaitu kondisi munculnya variabel terikat.
d. Variabel terikat (independent variabel)
yaitu variabel yang akan terpengaruh/ berubah setelah dikenakan perlakuan/
percobaan.
e. Kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.
f. Populasi dan sampel.
g. Skor rata-rata(mean) hasil test.
Dalam penelitian eksperimen, kontrol
mempunyai peranan yang sangat penting, antara lain sebagai berikut :
a. Untuk mencegah munculnya faktor-faktor
yang sebenarnya tidak diharapkan berpengaruh terhadap variabel terikat.
b. Untuk membedakan variabel yang tidak
diperlukan dari variabel yang diperlukan.
c. Untuk menggambarkan secara kuantitatif
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dan sejauh mana tingkat
hubungan antara kedua variabel tersebut.
II.10
Validitas Hasil Penelitian
Dalam penelitian eksperimen, terutama
eksperimen semu (quasi eksperiemen ) selalu dipertanyakan mengenai
validitasnya, baik validitas internal maupun eksternal.
a. Validitas Internal
Validitas
internal berhubungan dengan ketepatan mengidentifikasikan perubahan
variabel-variabel keluaran (hasil eksperimen) tersebut, hanyasebagai akibat
dari adanya perlakuan(eksperimen). Campbell dan Stanley mengemukakan ada 12 hal
yang perlu dikontrol dala validitas internal.
1) History: perlakuan dalam bidang sosial
dan pendidikan umumnya dilakukan dalam jangka waktu tertentu yang kemungkinan
juga cukup panjang
2) Maturation: selama perlakuan diberikan,
kelompok eksperimen juga menglami perkembangan, pengetahuannya bertambah,
kematangannya juga lebih meningkat, sehinggga dapat berpengaruh terhdap hasil
eksperimen.
3) Testing: dalam eksperimen dilakukan
pretes dan posttest.
4) Instrumentation: dampak negatif dari
instrumen yang digunakan terutama dihadapi kalau instrumennya hanya bersifat
pedoman pengamatan atau pdoman wawancara.
5) Statistical regression: dalam regresi
statistik ada kecenderungan subjek yang mendapat skor rendah dalam tes pertama
akan naik pada tes ulangan atau tes kedua dengan soal yang sama atau hampir
sama.
6) Differential selection: dalam
pembentukan kelompok eksperimental dan kelompok kontrol sering terjadi pilihan
yang berbeda sehingga kedua kelompok menjadi kurang homogin.
7) Eksperimental mortality: dalam
pelaksanaan eksperimental juga sering terjadi pengurngan jumlah anggota dari
kelompok eksperimental ataupun kelompok
kontrol.
8) Selection – maturation interaction:
dalam pemilihan kelompok eksperimental
dan kelompok kontrol sering kali tidak dapat dihindari adanya perbedaan
rata – rata tingkat perkembangan kedua kelompok.
9) Eksperimental treetment diffusion:
kelemahan ini terutama terjadi pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
yang lokasinya berdekatan.
10) Compensatory rivalry by the control group:
karena kelompok mengetahui statusnya sebagai kelompok yang diperbandingkan
(kelompok kontrol) dengan kelompok eksperimen, maka mereka berupaya melakukan
kegiatan yang lebih dari biasanya sehingga hasilnya tidak berbeda dengan
kelompok eksperimen.
11) Compensatory equilization of tretments: krena
kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan fasilitas dan layanan yang baik,
maka kelompok kontrol juga diberi fasilitas dan layanan yang baik walaupun
dalam kegiatn yang biasa.
12) Resentful demoralization of the control
group: kalau pada kelompok eksperimen, anggota kelompok memiliki moral yang
tinggi karena status mereka sebagai kelompok eksperimen maka kelompok kontrol
memiliki moral yang rendah kren statusny sebagai sebagai kelompok pembanding
yng tidak diberi keistimewaan.
b. Validitas Eksternal
Validitas ini
berkaitan dengan kemungkinan generalisasi dari hasil eksperimen tersebut. Hal
ini berarti, apakah hasil eksperimen tersebut terjadi pula apabila eksperimen
yang sama dilakukan pada populasi yang lain. Dengan kata lain, seberapa jauhkan
representatif penilaian-penilaian penelitian ini, dan seberapa jauh hasil-hasil
penelitian tersebut dapat digeneralisasikan kepada subjek-subjek atau kondisi
–kondisi yang semacam ? untuk mengontrol validitas eksternal ini perlu dilakuak
pengujian-pengujian terrhadap faktor-faktor berikut :
1. Efek seleksi sebagai “bias”
Karakteristik anggota
kelompok atau sampel eksperimen yang menentukan sekali terhadap generalisasi
yang diperoleh . kekeliruan dalam memilih anggota sampel dapat menggagu hasil
eksperimen. Oleh sebeb itu, agar sampel yang diambil dapat representatif
terhadap populasi perlu dilakukan identifikasi dan kontrol yang tepat.
2. Efek pelaksanaan pretes
Pretes banyak
mempengaruhi variabel eksperimen , sedangkan pretes hanya dilakukan terhadap
sampel. Oleh karena itu, generalisasi yang diperoleh dari pelaksanaan
eksperimen terhadap sampel kemungkinan tidak dapat berlaku untuk seluruh
populasi, sebab hanya anggota sampel yang mengalami pretes. Untuk menghindari
akibat dari pelaksanaan pretes yang dapat memepengaruhi generalisasi, perlu
dilakukan kontrol yang cermat pada pelaksanaan pretes, sehingga tidak mempunyai
pengaruh terhadap perlakuan yang menjadi dasar membuat generalisasi.
3. Efek prosedur eksperimen
Eksperimen yang
dilakukan terhadap anggota-anggota sampel yang menyadari bahwa dirinya sedang
dicoba atau dieksperimenkan, menyababkan generalisasi yang diperoleh tidak
berlaku bagi populasi karena adanya perbedaan pengalaman antara anggota sampel
dengan anggota populasi. Oleh sebab itu perlu dilakukan kontrol terhadap
pengaruh prosedur eksperimen tersebut.
4. Gangguan penanganan perlakaun berganda
Jika subjek pada
kelompok eksperimen dipaparkan terhadap perlakuan dua kali atau lebih secara
berturut-turut , maka perlakuan yang terdahulu mempunyai efek terhadap yang
berikutnya. Hal ini menyebabkan perlakuan terakhir yang muncul diperngaruhi
oleh perlakuan yang sebelumnya. Jadi
generalisasi yang diperoleh hanya berlaku bagi subjek yang mempunyai pengalaman
dengan pelaksanaan dan pemunculan perlakuan gand secara berturut-turut.
Bracht
dan Glass menyebutkan dua macam validitas eksternal, yaitu:
1. Validitas populasi
Validitas
populasi menyangkut identifikasi populasi yang akan digeneralisasi berdasarkan
hasil eksperimen tersebut. Dalam hal ini peneliti mengajukan pertanyaan:
populasi subyek yang bagaimanakah yang dapat diharapkan mempunyai perilaku sama
dengan subyek eksperimen yang dijadikan sampel? Hal-hal yang perlu dikontrol
dalam validitas populasi ialah:
1) The extend to which one can generalize
from the eksperimental sample to defined population: sejauh mana kesimpulan
yang diperoleh dari eksperimen terhadap sampl dapat berlaku bagi populasi.
2) The extend to which personological
variables interact whith treatment effect: sampai sejauh mana faktor – faktor
personologis atau faktor – faktor kepribadian, terutama kepribadin peneliti
bisa berpengaruh terhadap perlakuan.
2. Validitas ekologis
Validitas ekologis
menunjukan sejauh mana hasil dari eksperimen yang dirancang dalam
lingkungantertentu dapat diterapkan dalam lingkungan lain.
1) Explicit description of the experimental
design: peneliti hendaknya menjelaskan desain perlakuan yang diberikan sejelas
mungkin.
2) Multiple – treatment interference: dalam
pemberian perlakuan seringkali terjadi bahwa tiap partisipan dalam eksperimen
tidak diberi perlakuan hanya satu kali tetpi lebih dari satu kali.
3) Howthorne effect: dalam eksperimen
partisipan sering mengetahui bahwa mereka ikut serta dalam eksperimen,
mengetahui hal yang diharapkan terjadi, dan mendapat perhatian khusus.
4) Novelty and disruption effects: oerlkuan
yang diberikan merupakan hal baru bagi partisipan, berbeda dari yang biasa
dilakukan, dan hal itu dapat memberikan hasil yang lebih baik.
5) Experimenter effect: dalam pelaksanaan
experimen ada beberapa hal yang dirancang dan dikelola secara khusus.
6) Pretest sensitization: seringkali isi
dan kegiatan pretes ada hubungannya dengan perlakuan, sehingga bisa mmpengaruhi
hasil.
7) Posttest sensitization: hamir sama
dengan pretest, dalam posttest pun bisa terjadi hubungan antara perlakuan yang
diberikan dengan postes.
8) Interaction of history and treatment
effect: kegiatan pemberian perlakuan dapat
berkaitn dengan hasil perlakuan.
9) Measurement of dependent variable:
generalisasi hasil penelitian dipengaruhi oleh bneuk pengukuran dari variabel
terikat dalam posttes.
10) Interaction of time of measurement and
treatment effect: hasil dari posttest juga dipengaruhi waktu plaksanaan
posttes.
II.11 Kesesatan Dalam
Eksperimen
Dalam
eksperimen dibedakan dua macam variabel :
a. Variabel eksperimental, atau treatment
variabel atau variabel perlakuan.
b. Variabel non-eksperimental.
Variabel di luar
perlakuan tetapi dapat mempengaruhi hasil eksperimen.
Variabel
eksperimental merupakan kondisi yang hendak diselidiki tentang pengaruhnya
terhadap suatu gejala. Pada kedua kelompok dikenai variabel eksperimental yang
berbeda (misalnya 1 kelompok eksperimen diberi perlakuan hukuman dan hadiah
sedang kelompik kontrol tidak).
Sedangkan
variabel non eksperimental adalah kondisi yang di luar kondisi yang hendak
diselidiki, tetapi dapat mempengaruhi hasil eksperimen. Sebagian variabel non
eksperimental dapat dikontrol (controlled variables), tetapi sebagian sulit
untuk dikendalikan (extraneous variabel). Hasil akhir suatu eksperimen
dipengaruhi oleh variabel eksperimental dan sebagian lagi karena pengaruh
variabel ekstrane. Besar kecilnya pengaruh variabel ekstrane yang diobserevasi
dalam eksperimen disebut kesesatan atau errors.
Kesesatan
atau errors dalam eksperimen dapat dikelompokkan menjadi dua : a. Kesesatan
konstan, b. Kesesatan tidak konstan.
Kesesatan
konstan selalu ada dalam setiap eksperimen yang sejenis. Misalnya pengaruh
kegiatan atau latihan siswa di luar sekolah, atau alat penilai memengaruhi
hasil eksperimen. Sedangkan kesesatan tidak konstan adalah kesesatan pada satu
atau beberapa kelompok dalam satu eksperimen, tetapi tidak dalam semua eksperimen
atau dalam semua kelompok. Kesesatan ini masih ada kemungkinan untuk
dikendalikan dalam memilih desain / pola eksperimen.
Kesesatan
tidak konstan itu dapat digolongkan menjadi :
a. Kesesatan tipe S
Kesesatan janis
ini merupakan ciri khusus dari kesesatan yang ditimbulkan oleh fluktuasi
subjects sampling. Hal ini dapat terjadi kalau penugasan subjek ke kelompok
eksperimen atau kelompok pembanding ada salah satu kelompok yang berhimpun
beberapa siswa/orang yang dapat menguntungkan kelompok itu. Sehingga perbedaan
hasil akhir eksperimen bukan karena pengaruh treatmen tetapi karena perbedaan
subyeknya.
b. Kesesatan tipe G
Kesesatan ini
terjadi kalau variabel ekstrane mempengaruhi satu atau beberapa Grup dalam
suatu eksperimen,tetapi tidak mempengaruhi semua kelompok. Dalam suatu
eksperimen pendidikan seorang guru yang diserahi tugas untuk mengajar pada
kelompok tertentu mengajar dengan sangat baikdan sistematis, sehingga dapat
mempengaruhi siswa yang diajarnya,sedangkan pada kelompok lain tidak demikian.
Atau dalam suatu kelompok ada anak yang suka mengganggu jalannya pelajaran, dan
mempengaruhi hasil pelajaran, hal ini berarti kesesatan tipe G telah terjadi
pada hasil eksperimen itu.Waktu masuk masalah, tempat sekolah yang dekat dengan
keramaian ini juga perlu mendapat perhatian.
c. Kesesatan tipe R
Dalam suatu waktu dapat
pula terjadi adanya beberapa eksperimen yang menggunakan beberapa sampel secara
serentak. Setiap eksperimen itu disebut Peplikasi (R)., Kesesatan tipe R ini
terjadi jika satu replikasi dipengaruhi oleh variabel akstrane dengan adanya
metode yang sistematis yang sudah biasa dilakukan,tetapi tidak sedemikian pada
replikasi-replikasi yang lain. Misalnya seorang peneliti akan mencoba metode X,
padahal di sekolah tersebut sudah biasa ,menggunakan metode itu, tidak demikian
pada sekolah lain. Satu replikasi (eksperimen antarametode A dan B) diadakan
pada satu sekolah, bilamana pengaruh perbedaan ditinjau semata-mata dari
replikasi itu, maka kesesatan tipe R dapat dihindarkan. Namun bilamana ditinjau
dari banyak replikasi eksperimen yang sama, mungkin masih terjadi kesesatan
dalam perkiraan pengaruh rerata dari variabel eksperimental (Sutrisno
Hadi,1992:441).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar