Sabtu, 25 Januari 2014

Prosedur Dan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

PROSEDUR DAN PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

I.                   LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS
  1. Rencana penelitain dan pelaksanaa penelitian tindakan kelas (ptk)
Dalam tahap PTK, langkah merencanakan merupakan langkah pertama. Tanpa rencana, kegiatan yang kita lakukan tidak akan terarah atau sering disebut dengan “ngawur”. Rencana akan menjadi acuan dalam melaksanakan tindakan. Melakukan tindakan sebagai langkah yang kedua merupakan dari rencana yang kita buat. Tanpa tindakan, rencana hanya merupakan angan-angan yang tidak pernah terjadi kenyataan.
Dalam bab ini, kita akan mengkaji dua tahap, yaitu tahap merencanakan dan melakukan tindakan dengan 4 langkah utama yaitu :
  1. Mengidentifikasi masalah
  2. Menganalisis dan merumuskan masalah
  3. Merencanakan PTK
  4. Melaksanakan PTK
Keempat langkah ini merupakan langkah yang berurutan; artinya langkah pertama harus dikerjakan lebih dahulu sebelum langkah kedua dilaksanakan, demikian seterusnya. Langkah pertama dan kedua merupakan bagian awal dari merencanakan perbaikan, sedangkan langkah yang ketiga merupakan prasyarat untuk langkah yang keempat.

A.    Mengidentifikasi Masalah
Suatu rencana PTK diawali dengan adanya masalah yang dirasakan atau disadari oleh guru. Hal ini sesuai dengan salah satu karateristik PTK yang telah dipelajari pada Modul 1, yaitu masalah berasal dari orang yang terlibat dalam praktik, dalam hal ini guru sebagai pengelola pembelajaran. Guru merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres di kelasnya, yang jika dibiarkan akan berdampak buruk bagi proses dan hasil belajar siswa. Misalnya ada sekelompok siswa yang secara terus menerus membuat kesalahan yang sama, ada siswa yang suka membolos, atau hasil belajar siswa menurun secara drastis.
Setelah guru menyadari masalah yang dirasakan, guru dapat mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri. Untuk menjawab pertanyaan itu, guru perlu merenung atau melakukan refleksi tentang apa yang terjadi di dalam kelas. Refleksi akan efektif jika guru mempunyai pemahaman atau kesadaran yang tinggi akan fungsi pembelajaran dan jujur terhadap diri sendiri. Jika setelah menjawab pertanyaan tersebut guru sampai pada kesimpulan bahwa ia memang menghadapi masalah dalam bidang tertentu, berarti ia sudah berhasil mengidentifikasi masalah.
Jika masalah sudah teridentifikasi, mungkin muncul pertanyaan, masalah mana yang mungkin dipecahkan melalui PTK? Apakah semua masalah layak dipecahkan melalui PTK? Untuk menjawab pertanyaan ini, rambu-rambu dapat dijadikan pegangan.
Bidang yang layak  dijadikan fokus PTK adalah yang :
1.         Melibatkan kegiatan belajar mengajar
2.         Mungkin ditangani guru
3.         Sangat menarik minat guru
4.         Ingin diubah/diperbaiki oleh guru

  1. Menganalisisi dan Merumuskan Masalah
Setelah masalah teridentifikasi, kita perlu melakukan analisis sehingga dapat merumuskan masalah dengan jelas. Tanpa melakukan analisis, mungkin masalah yang kita identifikasi masih kabur. Analisis dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri atau yang disebut refleksi, dan dapat pula dengan mengkaji ulang berbagai dokumen seperti pekerjaan siswa, daftar hadir, atau daftar nilai, atau bahkan mungkin bahan pelajaran yang kita siapkan. Semua ini tergantung dari jenis masalah yang kita identifikasi.  Misalkan, jika masalah yang kita identifikasi adalah rendahnya motivasi belajar siswa, barangkali yang perlu kita analisis adalah dokumen tentang hasil belajar siswa, catatan, harian kita tentang respon siswa dalam pembelajaran, dan yang tak kalah pentingnya melakukan refleksi, sehingga kita mendapat gambaran yang jelas tentang perilaku mengajar kita.


C. Merencanakan Perbaikan
Langkah-langkah dalam menyusun rencana adalah sebagai berikut :
1)      Rumuskan cara perbaikan yang akan ditempuh dalam bentuk hipotesis tindakan.
Hipotesis tindakan adalah dugaan guru tentang cara yang terbaik untuk mengatasi masalah. Dugaan atau hipotesis ini dibuat berdasarkan kajian berbagai teori, kajian hasil penelitian yang pernah dilakukan dalam masalah yang serupa, diskusi dengan teman sebaya atau dengan pakar, serta refleksi pengalaman sendiri sebagai guru. Berdasarkan hasil kajian tersebut, guru menyusun berbagai alternative tindkaan. Selanjutnya guru perlu mengkaji setiap alternative, terutama keterkaitannya dengan tujuan tindakan (perbaikan) serta kelayakan pelaksanaannya. Akhirnya dengan mempertimbangakan hasil kajian guru memilih alternative yang dianggap paling layak.
2)      Analisis Kelayakan Hipotesis Tindakan
Setelah menetapkan alternative hipotesis yang terbaik, hipotessis ini masih perlu dikaji kembali kelayakannya dikaitkan dengan kemungkinan pelaksanaannya yaitu :
a.       Kemampuan dan komitmen guru sebagai actor pelaksana karena pelaksanaan PTK memang harus tumbuh dari keinginan guru sendiri.
b.      Kemampuan dan kondisi fisik siswa dalam mengikuti tindakan tersebut.
c.       Ketersediaan sarana atau fasilitas yang diperlukan.
d.      Iklim belajar dan iklim kerja di sekolah. Iklim belajar berkaitan dengan berbagai kebiasaan guru, siswa dan personil lain dalam menyikapi kegiatan belajar atau kegiatan akademik, sedangkan iklim kerja berkaitan dengan kebiasaan personil sekolah dalam menyikapi tugas-tugasnya.

D.     Melaksanakan PTK
Langkah-langkah dalam melaksanakan PTK yaitu sebagai berikut :
1.      Menyiapkan pelaksanaan
a.       Membuat rencana pembelajaran beserta skenario tindakan yang akan dilaksanakan. Skenario mencakup langkah-langkah yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam kegiatan tindakan atau perbaikan.
b.      Menyiapkan fasilitas atau sarana pendukung yang diperlukan
c.       Menyiapkan cara merekam dan menganalisis data yang berkaitan dengan proses dan hasil perbaikan. Guru harus menetapkan indicator keberhasilan.
d.      Jika perlu, guru mensimulasikan pelaksanaan tindakan. Guru dapat bekerjasama dengan teman sejawat atau berkolaborasi denan dosen LPTK.
2.      Melaksanakan tindakan
Agar pelaksanaan dapat berlangsung dengan baik dan terarah, guru perlu memperhatikan beberapa prinsip yang oleh Hopkins (1993) disebut dengan kriteria PTK yang dilakukan oleh guru sebagai berikut :
a.       Pekerjaan utama guru adalah mengajar. Oleh karena itu metodologi penelitian yang sedang dilakukan tidak boleh mengganggu komitmen guru dalam mengajar. Guru tidak boleh mengorbankan siswa demi penelitian yang sedang dilaksanakannya. Guru harus selalu mengutamakan siswa karena tujuannya memang untuk memperbaiki proses dan hasil belajar sisiwa. Tambahan tugas guru sebagai peneliti harus disikapi sebagai nuansa profesional yang semestinya member nila tambah bagi guru dan bagi pembelajaran yang dikelolanya.
b.      Cara pengumpulan atau perekaman data jangan sampai terlalu menyita waktu guru,sehingga guru sampai kehabisan napas. Esensi pelaksanaan PTK memang harus disertai dengan observasi dan interpretasi dan pengumpul data  yang paling baik adalah guru. Guru dapat memanfaatkan alat perekam seperti tape recorder atau meminta bantuan teman sejawat.
c.       Metodologi yang diterapkan haruslah reliable atau handal, sehingga memungkinkan guru mengembangkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi kelasnya.
d.      Masalah yang ditangani guru haruslah sesuai dengan kemampuan dan komitmen guru.
e.       Sebagai peneliti, guru harus memperhatikan berbagai aturan atau etika yang terkait dengan tugas-tugasnya.
f.       PTK harus mendapat dukungan dari seluruh personil sekolah. Artinya semua personil sekolah harus punya persepsi yang benar tentang PTK dan apa yang ingin dicapai melalui PTK.
Dalam pelaksanaan PTK observasi dan interpretasi terhadap proses dan hasil belajar harus dilaksanakan secara bersamaan. Ini berarti bahwa guru harus mampu melaksanakannya secara cepat sehingga  penyesuaian-penyesuaian dapat dilakukan jika perlu.

  1. Pengumpulan dan Analisis Data, serta Tindak Lanjut
A.      Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh guru sebagai peneliti selama proses pelaksanaan tindakan. Data dapat dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, catatan harian, angket dan sebagainya. Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sangat menentukan dalam PTK. Oleh karena itu, observasi akan kita kaji secara mendalam, sedangkan teknik lainnya akan kita bahas secara singkat.
1.             Observasi dan Interpretasi
Pelaksanaan tindakan disertai dengan observasi atau pengamatan dan sekaligus interpretasi terhadap data tentang proses dan hasil tindakan, sehingga dapat dikatakan pelaksanaan tindakan dan obserevasi/ interpretasi berlangsung simultan. Artinya data yang diamati tersebut langsung diinterpretasikan, tidak sekedar direkam. Namun, perlu dicatat, tidak semua data memerlukan interpretasi. Ada hasil pengamatan yang hanya merupakan rekaman faktual tanpa memerlukan interpretasi, sehingga pengamat cukup hanya merekam apa yang dilihat tanpa perlu memberi makna kepada hasil rekamannya.
Selanjutnya, dalam langkah persiapan pelaksanaan disebutkan salah satu hal yang harus dipersiapkan adalah cara perekaman data. Artinya apa yang harus direkam dan bagaimana merekamnya harus ditentukan secara jelas. Salah satu cara untuk merekam atau mengumpulkan data adalah dengan observasi atau pengamatan.
Agar kajian menjadi sistematis, observasi ini akan dibahas mulai dari prinsip dan jenis- jenisnya, tujuannya serta prosedurnya.
a.         Prinsip dan jenis observasi
Hopkins (1993) menyebutkan ada lima prinsip dasar atau karakteristik kunci observasi:

1.    Perencanaan Bersama
Observasi yang baik diawali dengan perencanaan bersama antara pengamat dengan yang diamati, dalam hal ini antara teman sejawat yang akan membantu mengamati dengan guru yang akan mengajar.
2.    Fokus
Fokus pengamatan yang luas akan menyebabkan pengamat lebih banyak mengandalkan pertimbangan yang bersifat subjektif dalam menafsirkan data, sehingga tidak akan banyak manfaatnya bagi guru yang diamati, kecuali jika berbagai hal telah disepakati sebelumnya. Sebaliknya, fokus yang sempit atau spesifik akan menghasilkan data yang sangat bermanfaat bagi pertumbuhan profesional guru.
3.    Membangun Kriteria
Observasi akan sangat membantu guru, jika kriteria keberhasilan atau sasaran yang ingin dicapai sudah disepakati sebelumnya.
4.    Keterampilan Observasi
Seorang pengamat yang baik memiliki minimal tiga keterampilan, yaitu : (1) dapat menahan diri untuk tidak terlalu cepat memutuskan dalam menginterpretasikan satu peristiwa; (2) dapat menciptakan suasana yang menakutkan guru atau siswa; dan (3) menguasai berbagai teknik untuk menemukan peristiwa atau interaksi yang tepat untuk direkam, serta alat/ instrumen perekam yang efektif untuk episode tertentu.
5.    Balikan (Feedback)
Hasil observasi dapat dimanfaatkan jika ada balikan yang tepat, yang disajikan dengan memperhatikan hal- hal  berikut:
a.         Diberikan segera setelah pengamatan, dalam bentuk diskusi
b.        Balikan diberikan berdasarkan data faktual yang direkam secara cermat dan sistematis.
c.         Data diinterpretasikan sesuai dengan kriteria yang sudah disepakati sebelumnya.
d.        Guru yang diamati diberi kesempatan pertama untuk menafsirkan data.
e.         Diskusi mengarah kepada perkembangan strategi untuk membangun apa yang telah dipelajari.
Dilihat dari cara melakukannya, observasi dapat dibedakan sebagai berikut:
1.         Observasi Terbuka
Dalam observasi terbuka, pengamat tidak menggunakan lembar observasi, melainkan hanya menggunakan kertas kosong untuk merekam pelajaran yang diamati.
2.         Observasi Terfokus
Observasi terfokus secara khusus ditujukan untuk mengamati aspek- aspek tertentu dari pembelajaran. Misalnya, yang diamati kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi, dampak penguatan bagi siswa, atau jenis pertanyaan yang diajukan guru.
3.         Observasi Terstruktur
Observasi terstruktur menggunakan instrumen observasi yang terstruktur dan siap pakai, sehingga pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda (V) pada tempat yang disediakan.
4.         Observasi Sistematik
Observasi sitematik lebih rinci dari observasi terstruktur dalam kategori data yang diamati. Misalnya dalam pemberian penguatan, data dikategorikan menjadi penguatan verbal dan nonverbal.
b.         Tujuan/ sasaran observasi
Secara umum, observasi bertujuan untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab masalah tertentu. Dalam penelitian formal, observasi bertujuan untuk mengumpulkan data yang valid dan reliabel (sahih dan handal). Data ini kemudian akan diolah untuk menjawab berbagai pertanyaan penelitian atau menguji hipotesis. Yang menjadi sasaran observasi dalam PTK adalah proses dan hasil atau dampak pembelajaran yang direncanakan sebagai tindakan perbaikan. Proses dan dampak yang teramatai diinterpretasikan, selanjutnya digunakan untuk untuk menata kembali langkah- langkah perbaikan.

c.       Prosedur observasi
Pada dasarnya, prosedur atau langkah- langkah observasi terdiri dari tiga tahap, yaitu: pertemuan pendahuluan, observasi dan diskusi balikan. Ketiga tahap ini sering disebut siklus pengamatan, yang populer dipakai dalam supervisi klinis.
1.        Pertemuan Pendahuluan
Dilakukan sebelum observasi berlangsung. Tujuannya adalah untuk menyepakati berbagai hal yang berkaitan dengan pelajaran yang akan diamati dan observasi yang akan dilakukan. Langkah- langkah dan konteks pembelajaran, fokus observasi, kriteria observasi, lama pengamatan, cara pengamatan, dan sebagainya dapat disepakati dapat disepakati pada pertemuan pendahuluan ini.
2.      Pelaksanaan Observasi
Observasi dilakukan terhadap proses dan hasil tindakan perbaikan, yang tentu saja terfokus pada perilaku mengajar guru, perilaku belajar siswa, dan interaksi antara guru dan siswa. Pengamat merekam/ menginterpretasikan data sesuai dengan kesepakatan dan berusaha menciptakan suasana yang mendukung berlangsungnya proses perbaikan.
3.      Diskusi Balikan
Pertemuan balikan dilakukan segera setelah tindakan perbaikan yang diamati berakhir. Dalam pertemuan ini, guru dan pengamat berbagi informasi yang dikumpulkan selama pengamatan, mendiskusikan/menginterpretasikan informasi tersebut, serta mengambil tindakan lebih lanjut jika diperlukan.
Agar ketiga tahap observasi ini dapat berlangsung secara efektif, maka perlu memperhatikan beberapa prinsip berikut ini,  yang berkali-kali ditekankan oleh Hopkins (1993):
Pertama: hubungan antara guru dan pengamat dapat berlangsung dalam iklim yang menyenangkan dan saling membantu. Kedua: fokus kegiatan pengamatan haruslah pada usaha perbaikan pembelajaran dan mendorong keberhasilan strategi yang diterapkan, bukan pada kegagalan atau kritik teerhadap kepribadian atau perilaku guru yang dianggap tidak sesuai. Ketiga: proses didasarkan pada pengumpulan dan pemanfaatan data obsevasi, bukan pada keputusan atau pertimbangan yang tidak terkait dengan sasaran observasi. Keempat: guru hendaknya didorong untuk menarik kesimpulan tentnang pembelajaran yang dikelolanya dari data yang dikumpulkan dan jika perlu membuat hipotesis yang dapat diuji pada pembelajaran yang akan datang. Kelima:  setaiap tahap dari tiga tahap observasi merupakan proses yang berlanjut dan yangsatu selalu bertumpu pada yang lain. Terakhir: guru dan pengamat bersama-sama terlibat dalam proses pertumbuhan profesional yang saling menguntungkan. Kemampuan mengajar dan keterampilan mengobservasi akan meningkat dengan melaksanakan ketiga tahap observasi secara benar.

  1. Catatan Harian, Rekaman, Angket, dan Wawancara
Disamping data yang dikumpulkan dengan observasi, masih banyak data pembelajaran yang dapat dikumpulkan dengan berbagai teknik lain, seperti catatan harian guru, catatan harian siswa, rekaman denga tape recorder, angket, wawancara, dan berbagai dokumen yang terkait dengan siswa. Catatan harian guru yang sering disebut field note, dibuatoleh guru segera setelah pembelajaran selesai. Guru dapat mencatat peristiwa-peristiwa penting dalam pembelajaran, seperti partisipasi siswa yang dianggap istimewa, reaksi guru yang menimbulkan berbagai resppons dari siswa yang dianggap istimewa, atau kesalahan yang dibuat oleh siswa karena guru  membuat kekeliruan. Catatan ini akan sangat berharga bagi guru karena merupakan hasil observasi, reaksi, dan refleksi guru terhadap pembelajaran yang dikelolanya. Disamping itu, catatan harian guru dapat merupakan rekaman perkembangan guru dalam melaksanakan tugas sebagai guru. Perhatikan contoh catatan harian guru berikut ini:
Contoh Catatan Harian Guru

Kamis, 19 Desember 2002
  • Bahasa Indonesia
  • Pertanyaan: bagaimana pendapatmu tentang cerita yang kamu baca tadi?
o   Tidak ada yang menjawab pada kesempatan pertama
o   Setelah diberi tuntutan, ada 3 anak yang menjawab
  • Anak-anak kurang bersemangat
 
 







Catatan harian siswa merupakan catatan harian yang dibuat oleh siswa secara bebas tentang pelajaran tertentu. Catatan ini dapat berisi segala pendapat, reaksi, atau bahkan mungkin saran siswa tentang pembelajaranyang dihayatinya. Guru dapat meminta siswa mengumpulkan catatan harian tersebut sewaktu-waktu tertentu, sehingga guru dapat memanfaatkannya dalam memperbaiki pembelajara.
Rekaman dengan tape recorder merupakan salah satu cara untuk mendapatkan data penting yang berkaitan denga interaksi di dalam kelas. Misalnya, untuk mendapatkan data tentang kualitas pertanyaan atau respon siswa dalam diskusi, teknik rekaman merupakan teknik yang cukup efektif, meskipun untuk mengubahnya ke dalam transkip memerlukan waktu ynang cukup banyak. Angket atau kuesioner dapat digunakan menjaring pendapat siswa tentang pembelajaran, asal dibuat secara sederhana dan juga memuat pertanyaan yang direspons secara bebas(terbuka) oleh siswa.
Contoh pertanyaan pada angket untuk siswa
  1. Apa yang paling menarik bagimu dalam pelajaran tadi?
  2. Selama pelajaran berlangsung, berapa pertanyaan yang telah kamu sampaikan?
a.       Tidak ada
b.      1 pertanyaan
c.       2 pertanyaan
d.      Lebih dari 2 pertanyaan



 
 





Wawancara dapat dilakukan untuk mengungkap pendapat siswa tentang pemebelajarn. Dalam hal ini, wawancara dapat terjadi anatara guru dan siswa, pengamat dan siswa, serta siswa dan siswa, sedangkan wawancara antara pengamat dan guru terjadi pada tahap pertemuan pendahuluan dan diskusi balikan. Agar wawancara dapat berlangsung efektif, suasana yang kondusif  harus diciptakan terlebih dahulu. Terakhir, bukti-bukti berupa dokumen, seperti hasil belajar siswa, yang dapat berupa tugas, hasil latihan, atau ulangan dapat dimanfaatkan sebadai data yang dapat memberi informasi tentang kualitas perbaikan.
  1. Analisis Data Dan Refleksi
  1. Analisis Data  
Salah satu ciri guru yang profesional adalah mampu mengambil keputusan, baik sebelum, selama, maupun setelah pembelajaran berlangsung. Keputusan yang yang diambil didasarkan pada berbagai pertimbangan yang berasal dari berbagai sumber. Dalam kaitan denga PTK, sumber pertimbangan tersebut adalah data yang dikumpulkan baik memalui observasi maupun dengan teknik lain. Agar data tersebut bermakna sebagai dasar untuk mengambil keutusan, data tersebut harus dianalisis atau diberi makna.
Analisis data pada tahap ini agak berbeda dengan interpretasi yang dilakukan pada tahap observasi. Jika interpretasi dilakukan pada setiap saatobservasi dan pada pertemuan atau diskusi balikan, maka analisis data dilakukan setelah satu paket perbaikan setelah diimplementasikan secara keseluruhan. Misalnya, jika perbaikan ini direncanakan untuk enam kali pemberlajaran, maka analisis data dilakukan setelah keenam pembelajaran tuntas dilaksanakan. Dengan demikian, pada setiap pembelajaran akan terjadi interpretasi yang dimanfaatkan untuk melakukan penyesuaian, dan pada akhir paket perbaikan diadakan analisis data secara keseluruhan untuk menghasilkan informasi yang dapat menjawab hipotesis perbaikan yang dirancang guru.
Analisis data dapat dilakukan secara bertahap, pertama dengan menyeleksi dan mengelompokkan, kedua dengan memaparkan atau mendeskripsikan data, dan terakhir menyimpulkan atau memberi makna. Pada tahap pertama, data diseleksi, difokuskan, jika perlu ada yang direduksi karena itu tahap ini sering disebut  sebagai reduksi data. Kemudian data diorganisasikan sesuai dengan hipotesis atau pertany aan penelitaian yang ingin dicari jawabannya. Tahap kedua, data yang sudah terorganisir ini dideskripsikan sehingga bermakna, baik dalam bentuk narasi, grafik, maupun tabel. Akhirnya, berdasarkan paparan atau deskripsi yang telah dibuat ditarik kesimpulan dalam bentuk pertanyaan atau formula singkat.
  1. Refleksi
            Refleksi dilakukan melalui analisis dan sintesis, serta induksi dan deduksi. Analisa dilakukan dengan merenungkan kembali secara intensif kejadian-kejadian atau peristiwa yang menyebabkan munculnya sesuatu yang diharapkan atau tidak diharapakan. Misalnya, dalam paparan data tercantum bahwa terdapat tiga kali interaksi yang sangat seru antar siswa. Guru mencoba mengingatkan kembali apa yang memicu terjadinya interaksi yang seru tersebut. Dari hasil refleksi guru menemukan bahwa interaksi tersebut berawal dari pertanyaan guru yang menentang siswa untuk berpikir menemukan cara untuk mengantisipasi datangnya bencana alam. Pertanyaan itu ditanggapi oleh seorang siswa, kemudian guru meminta tanggapan dari siswa lain. Akhirnya tanpa diminta, siswa lain menanggapi pendapat temannya. Guru mencoba mensintesiskan kejadian tersebut, dan sampai pada kesimpulan bahwa jenis pertanyaan dan teknik memindahklan giliran dapat meningkatkan partisipasi siswa. Berdasarkan renungan tersebut, guru berencana akan menggunakan teknik memindahkan giliran secara teratur. Namun, guru juga menyadari, interaksi yang sangat seru tersebut mengundang munculnya iklim yang kurang sehat karena siswa secara bebas menanggapi pendapat temannya, sehingga ada yang menyinggung perasaan. Guru kembali mengingatkan mengapa hal tersebut sampai terjadi. Dari hasil renungan tersebut guru menyadari bahwa ia tidak pernah memberi aturan sebelum diskusi dimulai. Ia juga sadar bahwa ia membiarkan saja para siswa berbicara tanpa kendali, sehingga suasana yang mengarah ke aiklim yang tidak sehat tersebut itu terjadi. Oleh karena itu, untuk menghindari hal tersebut pada pembelajaran yang akan datang, guru merencanakan akan menyampaikan aturan diskusi pada awal pelajaran dan mencoba mengendalikan diskusi secara lebih sistematis.
C. Perencanaan Tindak Lanjut
            Sebagaiamana sudah tersirat dalam tahap analisis data dan refleksi, hasil atua kesimpulan yang didapat pada analisis data setelah melakukan refleksi digunakan untuk membuat rencana tidak lanjut. Jika ternyata tindakan perbaikan belum berhasil menjawab masalah yang menjadi kerisauhan guru, maka hasil analisis data dan refleksi digunakan untuk merencanakan kembali tindakan perbaikan, bahkan bila perlu dibuat rencana baru. Jika ini terjadi maka akan terdapat siklus 2 PTK yang langkah-langkahnya tetap sama, yaitu perumusan masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dna interpretasi, serta analisa data dan refleksi. Siklus ini akan berulang kembali jika pada siklus 2, tindakan perbaikan masih belum berhasil menjawab masalah yang menajdi kerisauhan guru, atau dengan perkataan lain perbaikan belum terjadi sesuai dengan yang ditargetkan. Siklus PTK akan berakhir, jika perbaikan sudah berhasil dilakukan. Perlu dicatat bahwa satu siklus PTK dapat terjadi pada satu atau lebih pertemuan. Lebih-lebih untuk tujuan perbaikan yang membutuhkan waktu cukup lama, seperti meningkatkan kemampuan menulis, maka satu siklus PTK dapat terdiri dari beberapa pertemuan.





II.                MERANCANG PENELITIAN TINDAKAN KELAS
  1. Langkah-Langkah Perencanaan Penetilian Tindakan Kelas
A.    Langkah-langkah untuk menemukan dan merumuskan masalah
Menemukan masalah merupakan hal yang gampang-gampang susah. Ada orang yang sangat tanggap terhadap masalah yang dihadapinya, namun tidak sedikit yang tidak sadar bahwa ia sedang menghadapi masalah. Sebagai guru seharusnya mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap masalah, khususnya yang berkaitan dengan pembelajaran yang menjadi tanggungjawab seorang guru. Guru yang tidak menyadari masalah yang terjadi di dalam kelasnya tentu harus dibantu agar dia sadar bahwa ia mempunyai masalah. Masalah yang dibiarkan berlarut-larut akan sulit mengatasinya karena sudah dianggap bukan masalah.
Untuk dapat membuat perencanaan PTK yang baik harus kembali kepada masalah yang dihadapi sehari-hari dalam melaksanakan tindak pembelajaran. Masalah merupakan titik berangkat dalam melaksanakan PTK. Oleh karena itu, dalam merencanakan PTK, langkah awal yang harus ditempuh adalah mengidentifikasi masalah dalam pembelajaran sehari-hari.. beberapa contoh masalah yang mungkin dihadapi sehari-hari antara lain seperti berikut.
1.      Dalam Interaksi Pembelajaran
a)      Siswa kurang aktif dalam diskusi kelas
b)      Bila diberikan pertanyaan, siswa mau mengangkat tangan untuk menjawab
c)      Jika ada yang teroaksa menjawab, jawabannya sering menyimpang
d)     Sebagian besar jawaban siswa tidak benar
e)      Respon siswa terhdap pendapat siswa lainnya sangat kurang
f)       Pemahaman siswa terhadap pelajaran rendah
2.      Berkaitan dengan Prestasi Belajar
a)      Niali yang dicapai siswa dalam mata pelajaran kurang memuaskan
b)      Siswa pintar sering mendapat nilai rendah bila diberikan ujian objektif
c)      Siswa kurang mampu menerapkan rumus matematika
3.      Disiplin Belajar
a)      Beberapa siswa tidak mengerjakan tugas rumah
b)      Siswa tidak memperhatikan pelajaran
c)      Selama pelajaran berlangsung, banyak siswa yang mengantuk
d)     Siswa banyak yang saling mencontoh ketika diberikan tugas di kelas

1.      Identifikasi masalah
Masalah yang dipilih harus benar-benar masalah pembelajaran dapat diatasi PTK. Identifikasi dapat dilakukan dengan mengkaji hasil belajar siswa, mengingat kembali proses pembelajaran, melihat catatan harian yang dibuat pada akhir pelajaran.
Dalam mengidentifikasi masalah harus memfokuskan masalah tersebut pada aspek tertentu, misalnya akan memfokuskan masalah pada keadaan ssekolah, manajemen sekolah, proses pembelajaran, metode, disiplin keals dan sebagainya. Dalam kaitan dengan PTK, dalam kegiatan belajar ini, masalah akan kita fokuskan pada proses pembelajaran, karena aspek ini meripakan aspek yang strategis dan merupakan kunci keberhasilan pendidikan.
Untuk mengidentifikasi masalah, perlu melakukan diagnosis secara umum tentang proses pembelajaran yang dikelola. Diagnosis dilakukan secara kontinu, dari proses ke proses. Jika masalah sudah ditemukan maka gunakan kriteria berikut untuk menguji apakah masalah yang ditemukan layak untuk diatasi melalui PTK (Abimanyu, Tim Pelatih Proyek PGSM,1999)
  1. Jangan memilih masalah yang tidak dikuasai
  2. Ambillah topic yang skalanya kecil dan relative terbatas
  3. Pilih masalah yang dirasakan paling penting bagi guru dan siswa
  4. Usahakan dapat dikerjakan secara kolaboratif
  5. Kaitkan masalah PTK dengan prioritas rencana pengembangan sekolah
Berdasarkan kriteria tersebut, Anda pasti sudah menemukan masalah yang memenuhi persyaratan untuk ditangani melalui PTK. Umpamanya saja Anda telah menemukan masalah seperti berikut.
Contoh 3.1
            Anda merasa bingung karena nilai ualangan siswa Anda pada pelajaran IPS (pada mata pelajaran yang Anda ajarkan) selalu rendah, rata-rata kurang dari 40. Ini hamper setiap kali ulangan. Apabila Anda mengajukan pertanyaan, siswa tampak ragu-ragu dan bingung dank alai menjawab tidak sesuai dengan keinginan Anda.
Contoh 3.2                                                           
            Ketika Pak Diki menjelaskan sifat-sifat benda dalam pelajaran IPA di kelas III SD, siswa banyak yang mengantuk dan tidak ada perhatian pada penjelasan guru. Kemudian, ketika guru bertanya apakah siswa sudah mengerti, tidak seorangpun siswa yang menjawab. Keadaan seperti ini telah terjadi berulang kali, hampir pada setia pelajaran IPA. Akibatnya, pada setiap ulangan, skor yang diperoleh siswa selalu rendah.
Contoh 3.3
            Pak Muhana, guru Bahasa Indonesia di SMA II, menjadi bingung karena hampir 70% (27 orang dari 40 siswa) tidak mampu menggunakan bahasa Indonesia tulis dalam mengungkapkan pikirannya. Selama setengah semester karangan para siswa banyak yang tidak dapat dipahami karena struktur kalimat dan pilihan kata yang kurang tepat, disamping penguasaan ejaan yang masih parah.
Contoh 3.4
            Ibu Siti, guru Matematika di SMP 28, sudah lama merasa menghadapi masalah karena siswa tidak tertarik pada pelajaran dan menganggap pelajaran Matematika paling sukar. Setiap masuk kelas, banyak siswa di kelas tersebut yang tidak hadir dengan alasan yang tidak masuk akal.

2. Menganalisis Masalah
            Contoh masalah di atas dapat dijadikan sebagai titik tolak untuk melakukan analisis. Analisis ini penting untuk memperoleh jawaban apa yang menyebabkan terjadinya masalah tersebut, serta apakah masalah tersebut benar-benar memerlukan PTK untuk mengatasinya. Selain itu, apakah masalah ini sangat mendasar dan menimbulkan masalah lainnya apabila tidak segera diatasi. Untuk melakukan analisis terhadap suatu masalah, ada berbagai cara yang dapat dilakukan.
            Pertama, merenungkan kembali masalah tersebut, dengan cara mengajukan pertanyaan yang harus dijawab sendiri. Renungan dengan tujuan untuk melihat kepada diri kita sendiri disebut intropeksi. Dalam melakukan intropeksi, ajukan pertanyaan berikut pada diri sendiri.
a)      Apakah dlam menjelaskan materi, saya menggunakan masalah yang cukupp jelas?
b)      Apakah saya menggunakan istilah-istilah yang sulit dimengerti siswa?
c)      Apakah dalam menjelaskan, saya menggunkan contoh yang cukup?
d)     Apakah dalam menjelaskan, saya menggunakan alat bantu?
e)      Apakah saya memberitahukan waktu ulangan kepada siswa?
f)       Apakah siswa mendapat kesempatan untuk bertanya?
g)      Apakah ada siswa yang meminta penjelasan ulang?
h)      Apakah saya memberikan latihan penerapan konsep setelah penjelasan selesai? Apakah saya selalu memeriksa pekerjaan/latihan siswa dan memberi balikan/masukan untuk perbaikan?
Itulah beberapa pertanyaan yang harus Anda jawab sendiri, dengan cara merefleksi,
merenungkan kembali proses pembelajaran yang Anda lakukan. Anda dapat menambahkan pertanyaan tersebut sesuai dengan masalah yang penyebabnya ingin Anda gali.
            Kedua, Anda juga dapat bertanya kepada siswa Anda, apa yang terjadi sehinga nilai ulangan mereka selalu rendah, atau mengapa mereka tidak tertarik pada pelajaran tersebut? Anda dapat bertanya langsung kepada siswa, baik dengan wawancara maupun dengan menggunakan kuesioner. Wawancara mungkin akan lebih efisien dan efektif jika dibandingkan dengan kuesioner, karena kuesioner memerlukan pers iapan yang lama, serta perlu dilakukan pengolahan dat ayang juga memerlukan waktu yang cukup panjang. Sedangkan dengan wawancara Anda dapat langsung bertanya kepada siswa. Beberapa contohp ertanyaan yang dapat Anda ajukan adalah sebagai berikut.
a)      Mengapa nilai ulanganmu kurang bagus?
b)      Apakah kamu mengerti apa yang dijelaskan oleh guru?
c)      Apa yang sukar ditangkap dari penjelasan guru?
d)     Apakah cara guru menjelaskan kurang menarik?
e)      Apakah kamu memiliki buku sumber?
f)       Apakah kamu mencatat penjelasan guru?
g)      Mengapa kamu tidak bertanya, ketika diberi kesempatan bertanya?
h)      Apakah soalnya sulit?
i)        Apakah materi yang diujikan pernah dijelaskan guru?
j)        Apakah kamu merasa tidak nyaman ketika guru menjelaskan?

            Cara ketiga, Anda dapat menelaah berbagai dokumen yang berkaitan dengan hasil belajar siswa. Misalnya, Anda dapat menelaah tugas/pekerjaan rumah yang dikerjakan oleh siwa, menelaah hasil ulangan mereka atau melihat ulang tugas/soal yang Anda berikan.
            Beberapa pertanyaan yang dapat Anda ajukan dalam menelaah dokumen ini antara lain sebagai berikut.
a)      Apakah PR yang saya berikan kepada siswa dipersiapkan dengan baik sesuai kebutuhan siswa?
b)      Apakah PR yang saya berikan merupakan tindak lanjut dari konsep yang sedang dikaji, atau bermanfaat untuk memantapkan pemahaman siswa?
c)      Apakah saya selalu memeriksa ulangan atau PR yang saya berikan?
d)     Apakah saya memberikan balikan atau saran-saran kepada siswa tentang PR tersebut?
e)      Apakah PR atau ulangan selalu saya kembalikan?
f)       Apakah tugas atau soal yang saya berikan sesuai dengan kemampuan siswa?

Sekarang mari kita analisis masalah di atas satu persatu, agar kita mempunyai gambaran yang jelas cara mengungkapkan penyebab dari satu masalah pembelajaran.
Contoh 3.5
Misalnya terdapat sejumlah penyebab rendahnya nilai IPS para siswa.
a)      Penjelasan guru terlalu cepat
b)      Kurang diberikan contoh konkret yang mudah dipahami siswa.
c)      Guru terlalu banyak ceramah dan asyik sendiri
d)     Guru tidak memberikan kesempatan bertanya kepada siswa
e)      Jika siswa tidak bisa menjawab pertanyaan guru, guru tidak memberikan tuntunan tetapi melanjutkan pelajaran
f)       Guru tidak pernah memberikan tugas yang ada pada buku sumber
g)      Siswa tidak mempunyai buku sumber
h)      Siswa tidak pernah mencatat selama mendengarkan penjelasan guru


Conoh 3.6
            Dengan cara yang sama, mari kita coba mencari penyebab masalah pada Contoh 3.6. Hasil refleksi guru dan dialognya dengan siswa menunjukkan bahwa siswa sering mengantuk dalam pelajaran IPA.
a)      Guru tidak menggunakan alat peraga sehingga pelajaran menjadi tidak menarik
b)      Selama menjelaskan guru tidak pernah bertanya
c)      Penjelasan guru terlalu abstrak dan cepat
d)     Bahasa yang digunakan guru terlampau sukar
e)      Siswa sukar menangkap penjelasan guru
            Itulah beberapa contoh dari akar masalah yang dapat kita temukan setelah melalui jalan panjang untuk menyimpulkan bahwa itulah akar masalah yang sebenarnya terjadi dalam proses pembelajaran. Contoh tersebut hanya sekelumit saja dari masalah pembelajaran lainnya.  Selain itu, rumusan masalah tersebut sebagian besar bertitik tolak dari kekurangan guru. Namun, di samping maslah yang berasal dari guru, mungkin saja hasil refleksi/renungan Anda sampai pada kesimpulan bahwa penyebab rendahnya nilai siswa dalam IPS dan pelajaran lain bukan hanya bersumber dari kekurangan guru, tetapi juga dari faktor lain. Sehubungan dengan itu, akar masalah dapat beraneka ragam, baik yang berasal dari kekurangan guru, kondisi siswa, bahkan mungkin kondisi kelas/lingkungan. Namun semua penyebab tersebut hendaknya dapat diungkap melalui tga cara yang telah kita bahas di depan. Coba Anda simak penyebab/akar masalah yang merupakan gabungan dari masalah yang bersumber dari guru dan dari siswa berikut ini.
Penjelasan guru pada pelajaran IPS tidak jelas dan sullit ditangkap oleh siswa karena tidak diberikan contoh konkret, guru tidak memberikan kesempatan bertanya, tidak mengajukan pertanyaan, dan menggunakan istilah asing yang tidak diberi penjelasan. Selain itu siswa juga tidak mencatat materi yang diterangkan guru, padahal mereka tidak mempunyai buku sumber. Oleh karena itu pada setiap saat akan menghadapi ujian siswa selalu tidak siap karena tidak dapat belajar dengan baik sehingga nilainya rendah.
            Akar atau penyebab masalah merupakan titik tolak dari tindakan perbaikan yang akan dilakukan guru. Jika penyebab ini tidak ditemukan secara tepat, maka tindakan perbaikan pun tidak akan berhasil.  Hal ini tidak berbeda dengan dokter yang mendiagnosis pasiennya untuk menemukan penyebab keluhan yang diderita oleh pasien. Jika penyebab tersebut ditemukan dengan tepat, kemungkinan obat yang diberikan akan manju. Sebaliknya jika hasil diagnosis penyebab tersebut keliru, maka obat yang diberikan tidak sesuai, bahkan mungkin menimbulkan penyakit baru.

3. Merumuskan Masalah
            Setelah melakukan analisis masalah dan menemukan masalah dan menemukan penyebab atau akar masalah, tiba saatnya kita merumuskan masalah pembelajaran yang kita hadapi, dalam bentuk masalah penelitian. Dalam hal ini perlu kita cermati bahwa masalah yang akan dirumuskan tersebut merupakan masalah yang akan dicari jawabannya melalui penelitian tindakan kelas. Oleh karena itu, rumusan masalah haruslah memandu guru untuk melakukan tindakan perbaikan. Dengan perkataan lain, rumusan masalah sudah menyiratkan apa yang akan dilakukan oleh guru untuk mengatasi masalah tersebut. Sehubungan dengan itu, rumusan masalah selalu dibuat dalam bentuk kalimat tanya serta mengandung aspek yang akan diperbaiki dan upaya memperbaikinya. Dengan berpedoman pada ketentuan tersebut, mari kita rumuskan maslah pada Contoh 1.
            Bagaimana cara membuat penjelasan menjadi lebih mudah dipahami, mengaktifkan siswa dan menggunakan alat peraga, sehingga mampu meningkatkan prestasi siswa dalam pelajaran IPS?
            Dari rumusan tersebut Anda dapat melihat bahwa dalam rumusan masalah terkandung tujuan perbaikan (meningkatkan presatasi siswa dalam pelajaran IPS) dan cara perbaikan yang akan ditempuh (membuat penjelasan lebih mudah dipahami, mengaktifkan siswa dan menggunakan alat peraga). Ini semua tentu terkait dengan penyebab munculnya masalah yang merupakan hasil dari analisis masalah. Setelah mencermati contoh tersebut, sekarang mari kita coba menganalisis dan merumuskan masalah dalam Contoh , yang berbunyi sebagai berikut.
                        Ketika guru menjelaskan sifat-sifat benda dalampembelajaran IPA di kelas III SD, siswa banyak yang mengantuk dan tidak ada perhatian pada penjelasan guru. Ketika guru bertanya apakah siswa sudah mengerti, tidak seorang pun siswa yang menjawab. Keadaan seperti ini telah terjadi berulang kali, hampir pada setiap pelajaran IPA, dan setiap ulangan, hanya sekitar lima dari 30 orang siswa yang menjawab dengan benar.
B. MENGEMBANGKAN ALTERNATIF TINDAKAN
Setelah merumuskan masalah, selanjutnya yaitu memikirkan bagaimana cara mengatasi masalah tersebut. Dengan kata lain, mencoba mencari jawaban sementara dari masalah itu. Jawabana sementara itu disebut sebagai hipotesis, dalam hal ini hipotesis tindakan. Untuk menemukan hpotesis ini, dapat mengembangkan berbagai altenatif tindakan.
Dalam mengembangkan alternative tindakan, kita dapat melakukan hal-hal berikut:
1.      Mengkaji bernagai teori dan hasil penelitian yang terkait dengan masalah yang kita hadapi.
2.      Berdiskusi dengan teman sejawat dan pakar bidang ilmu yang relevan.
3.      Mengingat kembali pengalaman kita dalam menangani masalah.
Setelah melakukan hal tersebut, kita dapat mengembangkan alternative tindakan yang akan diterapkan untuk mengatasi masalah yang kita hadapi. Mari kita kembangkan alternatif untuk setiap masalah yang telah dirumuskan.
Masalah 1:
Bagaimana cara membuat penjelasan lebih mudah dipahami, mengaktifkan siswa, dan menggunakan alat peraga, sehingga mampu meningkatkan prestasi siswa dalam IPS?
Berdasarkan rumusan masalah 1 tersebut, dapat diformulasikan suatu hipotesis tindakan. Hipotesis tindakan adalah suatu perkiraan tentang tindakan yang diduga dapat mengatasi permasalahan tersebut. Tindakan dilakukan dengan cara mengintervensi kegiatan agar dapat memperbaiki proses pembelajaran. Artinya mengubah kegiatan atau tindakan yang biasa dilakukan dengan tindakan yang diduga dapat memperbaiki keadaan. Dengan mengkaji berbagai teori, berdiskusi dengan teman sejawat dan pakar, serta mengingat pengalaman yang berkaitan dengan keterampilan menjelaskan, mengaktifkan siswa, dan menggunakan alat peraga, kita dapat mengembangkan alternative tindakan. Misalnya dari teori tentang keterampilan menjelaskan kita tahu bahwa menjelaskan akan menjadi lebih efektif, jika guru: (1) menggunakan bahasa yang lugas, ucapan yang jelas, kata atau istilah yang dapat dipahami siswa, (2) menggunakan contoh dan ilustrasi, serta (3)memberikan tekanan pada kata atau istilah kunci. Dari pendekatan belajar aktif, kita tahu bahwa keterlibatan optimal siswa akan terjadi jika siswa diberi kesempatan untuk bertanya, berdiskusi, mengemukakan pendapat, meragakan  sesuatu penguasaan, dan sebagainya. Akhirnya, dari teori menggunakan media atau alat peraga kita tahu bahwa: (1) alat peraga yang digunakan harus sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang ingin dicapai, materi yang dikaji, serta karakteristik siswa. Dengan  mengacu kepada teori-teori tersebut, dan pengalaman kita selama mengajar, kita dapat menyusun alternative tindakan sebagai berikut:
Hipotesis/ Alternatif Tindakan 1:
            Apabila dalam menjelaskan materi pelajaran IPS, guru menerangkannya desertai dengan memberikan contoh-contoh konkret, menggunakan alat peraga yang sesuai, tidak menggunakan kata-kata asing yang sulit dipahami siswa, serta memberi kesempatan bertanya dan berdiskusi kepada siswa, maka pemahaman siswa akan meningkat.
            Hipotesis atau alternative tindakan 1 ini menyiratkan bahwa pemahaman siswa dalam IPS akan meningkat jika guru menerapkan keterampilan menjelaskan, yaitu mengunakan bahasa yang lugas tanpa kata-kata asing yang sulit, menggunakan contoh dan alat peraga, serta memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan berdiskusi. Jika guru melakukan itu. Di asumsikan murid akan tertarik pada pelajran IPS, keaktifan siswa akan meningkat, yang akhirnya diharapkan pemahaman siswa akan meningkat pula.
Alternative lain untuk membuat penjelasan mudah dipahami dan meningkatkan keaktifan siswa adalah: meningkatkan topik yang baru dengan pengalaman siswa, meminta siswa mencari contoh-contoh dari pengalamanya sendiri, dan meminta siswa bekerja kelompok untuk mengidentifikasi masalah dan mencari alternatif pemecahanya. Kedua alternative ini sesuai dengan teori belajar bermakna yang dikemukakan oleh Ausubel. Dengan menerangkan teori ini, kita dapat menyusun hipotesis alternative tindakan 2, sebagai berikut.
Hipotesis Tindakan 2:
            Apabila guru menggunakan kata-kata asing dan menerjemahkannya dalam bahasa Indonesia, disertai contoh-contoh konkret, yang bila perlu menggunakan alat peraga, kemudian siswa diberi tugas mencari contoh lain dari lingkunganya sendiri dan mendiskusikan masalah dalam kelompok, maka pemehaman siswa siswa akan meningkat.
            Jika dikaji secara cermat, kedua alternative ini tindakan tersebut hanya berbeda dalam penggunaan kata-kata asing, serta jenis kegiatan untuk mengaktifkan siswa. Kedua alternatif tersebut diasumsikan akan mampu meningkatkan prestasi siswa, jika dikerjakan dengan benar. Dalam menentukan tindakan, guru dapat memilih salah satu alternatif,l atau bahkan menggabungkannya dengan merumuskan alternatif baru. Penggabungan ini tentu saja membuat tindakan akan semakin membuat memberi harapan karena merupakan integrasi segi-segi positif dari dua alternatif. Setelah menetapkan alternative tindakan, tindakan tersebut perlu kita kaji ulang dengan mencermati apakah alternative tindakan tersebut sesuai dengan:
a.       Teori pembelajaran dan teori pendidikan,
b.      Hasil penilitian yang relevan
c.       Hasil diskusi dengan teman sejawat, para pakar, dan peniliti lainnya
d.      Pendapat dan saran pakar pendidikan, serta
e.       Pengalaman guru sendiri dalam melakukan pembelajaran (tim pelatih, 1999).
Dengan demikian hipotesis tindakan yang guru rumuskan bukan hanya sekedar jadi, tetapi lebih melalui berbagai pertimbamgan dan kajian. Selain itu, hipotesis anda harus terukur dan dapat dilaksanakan.
Setelah guru merumuskan masalah 1, kita akan mengkajinya sebagai contoh. Dalam alternative tindakan terdapat beberapa tindakan yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran. Guru menjelaskan materi pelajaran dengan menggunakan contoh-contoh konkret
  1. Guru tidak menggunkan istilah yang sulit dipahami siswa
  2. Guru menjelaskan istilah asing secara induktif
  3. Guru memberi kesempatan bertanya pada siswa
  4. Guru memberikan kepada siswa untuk mendiskusikan masalah yang dibahas

Ini berarti bahwa kegiatan tersebut hampir tidak pernah dilakukan oleh guru sebelumnya, dan usaha guru untuk meingkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Tindakan tersebut adalah tindakan guru dalam usaha perbaikan dalam proses pembelajaran. Semua tindakan tersebut tampaknya sesuai dengan kriteria yang ditetapkan diatas. Oleh karena itu, sangat mungkin dilakukan oleh guru untuk memperbaiki pembelajaran. 

1 komentar: