PROSEDUR DAN PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
I.
LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS
- Rencana penelitain dan pelaksanaa penelitian
tindakan kelas (ptk)
Dalam tahap PTK, langkah merencanakan merupakan langkah pertama. Tanpa
rencana, kegiatan yang kita lakukan tidak akan terarah atau sering disebut
dengan “ngawur”. Rencana akan menjadi acuan dalam melaksanakan tindakan.
Melakukan tindakan sebagai langkah yang kedua merupakan dari rencana yang kita
buat. Tanpa tindakan, rencana hanya merupakan angan-angan yang tidak pernah
terjadi kenyataan.
Dalam bab ini, kita akan mengkaji dua tahap, yaitu tahap merencanakan dan
melakukan tindakan dengan 4 langkah utama yaitu :
- Mengidentifikasi masalah
- Menganalisis dan merumuskan masalah
- Merencanakan PTK
- Melaksanakan PTK
A.
Mengidentifikasi Masalah
Suatu rencana PTK diawali dengan adanya masalah yang
dirasakan atau disadari oleh guru. Hal ini sesuai dengan salah satu
karateristik PTK yang telah dipelajari pada Modul 1, yaitu masalah berasal dari
orang yang terlibat dalam praktik, dalam hal ini guru sebagai pengelola
pembelajaran. Guru merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres di kelasnya, yang
jika dibiarkan akan berdampak buruk bagi proses dan hasil belajar siswa.
Misalnya ada sekelompok siswa yang secara terus menerus membuat kesalahan yang
sama, ada siswa yang suka membolos, atau hasil belajar siswa menurun secara
drastis.
Setelah guru menyadari masalah yang dirasakan, guru
dapat mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri. Untuk menjawab pertanyaan itu,
guru perlu merenung atau melakukan refleksi tentang apa yang terjadi di dalam
kelas. Refleksi akan efektif jika guru mempunyai pemahaman atau kesadaran yang
tinggi akan fungsi pembelajaran dan jujur terhadap diri sendiri. Jika setelah
menjawab pertanyaan tersebut guru sampai pada kesimpulan bahwa ia memang
menghadapi masalah dalam bidang tertentu, berarti ia sudah berhasil
mengidentifikasi masalah.
Jika masalah sudah teridentifikasi, mungkin muncul
pertanyaan, masalah mana yang mungkin dipecahkan melalui PTK? Apakah semua
masalah layak dipecahkan melalui PTK? Untuk menjawab pertanyaan ini,
rambu-rambu dapat dijadikan pegangan.
Bidang yang layak dijadikan fokus
PTK adalah yang :
1.
Melibatkan kegiatan belajar mengajar
2.
Mungkin ditangani guru
3.
Sangat menarik minat guru
4.
Ingin diubah/diperbaiki oleh guru
- Menganalisisi
dan Merumuskan Masalah
Setelah masalah
teridentifikasi, kita perlu melakukan analisis sehingga dapat merumuskan
masalah dengan jelas. Tanpa melakukan analisis, mungkin masalah yang kita
identifikasi masih kabur. Analisis dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan
kepada diri sendiri atau yang disebut refleksi, dan dapat pula dengan mengkaji
ulang berbagai dokumen seperti pekerjaan siswa, daftar hadir, atau daftar
nilai, atau bahkan mungkin bahan pelajaran yang kita siapkan. Semua ini
tergantung dari jenis masalah yang kita identifikasi. Misalkan, jika masalah yang kita identifikasi
adalah rendahnya motivasi belajar siswa, barangkali yang perlu kita analisis
adalah dokumen tentang hasil belajar siswa, catatan, harian kita tentang respon
siswa dalam pembelajaran, dan yang tak kalah pentingnya melakukan refleksi,
sehingga kita mendapat gambaran yang jelas tentang perilaku mengajar kita.
C.
Merencanakan Perbaikan
Langkah-langkah dalam menyusun
rencana adalah sebagai berikut :
1) Rumuskan cara perbaikan yang akan
ditempuh dalam bentuk hipotesis tindakan.
Hipotesis
tindakan adalah dugaan guru tentang cara yang terbaik untuk mengatasi masalah.
Dugaan atau hipotesis ini dibuat berdasarkan kajian berbagai teori, kajian
hasil penelitian yang pernah dilakukan dalam masalah yang serupa, diskusi
dengan teman sebaya atau dengan pakar, serta refleksi pengalaman sendiri
sebagai guru. Berdasarkan hasil kajian tersebut, guru menyusun berbagai
alternative tindkaan. Selanjutnya guru perlu mengkaji setiap alternative,
terutama keterkaitannya dengan tujuan tindakan (perbaikan) serta kelayakan
pelaksanaannya. Akhirnya dengan mempertimbangakan hasil kajian guru memilih
alternative yang dianggap paling layak.
2) Analisis Kelayakan Hipotesis Tindakan
Setelah
menetapkan alternative hipotesis yang terbaik, hipotessis ini masih perlu
dikaji kembali kelayakannya dikaitkan dengan kemungkinan pelaksanaannya yaitu :
a. Kemampuan dan komitmen guru sebagai
actor pelaksana karena pelaksanaan PTK memang harus tumbuh dari keinginan guru
sendiri.
b. Kemampuan dan kondisi fisik siswa dalam
mengikuti tindakan tersebut.
c. Ketersediaan sarana atau fasilitas yang
diperlukan.
d. Iklim belajar dan iklim kerja di
sekolah. Iklim belajar berkaitan dengan berbagai kebiasaan guru, siswa dan
personil lain dalam menyikapi kegiatan belajar atau kegiatan akademik,
sedangkan iklim kerja berkaitan dengan kebiasaan personil sekolah dalam
menyikapi tugas-tugasnya.
D. Melaksanakan PTK
Langkah-langkah dalam melaksanakan
PTK yaitu sebagai berikut :
1. Menyiapkan pelaksanaan
a. Membuat rencana pembelajaran beserta
skenario tindakan yang akan dilaksanakan. Skenario mencakup langkah-langkah
yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam kegiatan tindakan atau perbaikan.
b. Menyiapkan fasilitas atau sarana pendukung
yang diperlukan
c. Menyiapkan cara merekam dan menganalisis
data yang berkaitan dengan proses dan hasil perbaikan. Guru harus menetapkan
indicator keberhasilan.
d. Jika perlu, guru mensimulasikan
pelaksanaan tindakan. Guru dapat bekerjasama dengan teman sejawat atau
berkolaborasi denan dosen LPTK.
2. Melaksanakan tindakan
Agar
pelaksanaan dapat berlangsung dengan baik dan terarah, guru perlu memperhatikan
beberapa prinsip yang oleh Hopkins (1993) disebut dengan kriteria PTK yang
dilakukan oleh guru sebagai berikut :
a. Pekerjaan utama guru adalah mengajar.
Oleh karena itu metodologi penelitian yang sedang dilakukan tidak boleh
mengganggu komitmen guru dalam mengajar. Guru tidak boleh mengorbankan siswa
demi penelitian yang sedang dilaksanakannya. Guru harus selalu mengutamakan
siswa karena tujuannya memang untuk memperbaiki proses dan hasil belajar
sisiwa. Tambahan tugas guru sebagai peneliti harus disikapi sebagai nuansa
profesional yang semestinya member nila tambah bagi guru dan bagi pembelajaran
yang dikelolanya.
b. Cara pengumpulan atau perekaman data
jangan sampai terlalu menyita waktu guru,sehingga guru sampai kehabisan napas.
Esensi pelaksanaan PTK memang harus disertai dengan observasi dan interpretasi
dan pengumpul data yang paling baik
adalah guru. Guru dapat memanfaatkan alat perekam seperti tape recorder atau
meminta bantuan teman sejawat.
c. Metodologi yang diterapkan haruslah
reliable atau handal, sehingga memungkinkan guru mengembangkan strategi
pembelajaran yang sesuai dengan situasi kelasnya.
d. Masalah yang ditangani guru haruslah
sesuai dengan kemampuan dan komitmen guru.
e. Sebagai peneliti, guru harus
memperhatikan berbagai aturan atau etika yang terkait dengan tugas-tugasnya.
f. PTK harus mendapat dukungan dari seluruh
personil sekolah. Artinya semua personil sekolah harus punya persepsi yang
benar tentang PTK dan apa yang ingin dicapai melalui PTK.
Dalam
pelaksanaan PTK observasi dan interpretasi terhadap proses dan hasil belajar
harus dilaksanakan secara bersamaan. Ini berarti bahwa guru harus mampu melaksanakannya
secara cepat sehingga
penyesuaian-penyesuaian dapat dilakukan jika perlu.
- Pengumpulan
dan Analisis Data, serta Tindak Lanjut
A. Pengumpulan Data
Pengumpulan data
dilakukan oleh guru sebagai peneliti selama proses pelaksanaan tindakan. Data
dapat dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, catatan harian, angket dan
sebagainya. Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sangat
menentukan dalam PTK. Oleh karena itu, observasi akan kita kaji secara
mendalam, sedangkan teknik lainnya akan kita bahas secara singkat.
1.
Observasi
dan Interpretasi
Pelaksanaan
tindakan disertai dengan observasi atau pengamatan dan sekaligus interpretasi
terhadap data tentang proses dan hasil tindakan, sehingga dapat dikatakan
pelaksanaan tindakan dan obserevasi/ interpretasi berlangsung simultan. Artinya
data yang diamati tersebut langsung diinterpretasikan, tidak sekedar direkam.
Namun, perlu dicatat, tidak semua data memerlukan interpretasi. Ada hasil
pengamatan yang hanya merupakan rekaman faktual tanpa memerlukan interpretasi,
sehingga pengamat cukup hanya merekam apa yang dilihat tanpa perlu memberi
makna kepada hasil rekamannya.
Selanjutnya,
dalam langkah persiapan pelaksanaan disebutkan salah satu hal yang harus
dipersiapkan adalah cara perekaman data. Artinya apa yang harus direkam dan
bagaimana merekamnya harus ditentukan secara jelas. Salah satu cara untuk
merekam atau mengumpulkan data adalah dengan observasi atau pengamatan.
Agar
kajian menjadi sistematis, observasi ini akan dibahas mulai dari prinsip dan
jenis- jenisnya, tujuannya serta prosedurnya.
a.
Prinsip
dan jenis observasi
Hopkins
(1993) menyebutkan ada lima prinsip dasar atau karakteristik kunci observasi:
1. Perencanaan Bersama
Observasi
yang baik diawali dengan perencanaan bersama antara pengamat dengan yang
diamati, dalam hal ini antara teman sejawat yang akan membantu mengamati dengan
guru yang akan mengajar.
2. Fokus
Fokus
pengamatan yang luas akan menyebabkan pengamat lebih banyak mengandalkan
pertimbangan yang bersifat subjektif dalam menafsirkan data, sehingga tidak
akan banyak manfaatnya bagi guru yang diamati, kecuali jika berbagai hal telah
disepakati sebelumnya. Sebaliknya, fokus yang sempit atau spesifik akan
menghasilkan data yang sangat bermanfaat bagi pertumbuhan profesional guru.
3. Membangun Kriteria
Observasi
akan sangat membantu guru, jika kriteria keberhasilan atau sasaran yang ingin
dicapai sudah disepakati sebelumnya.
4. Keterampilan Observasi
Seorang
pengamat yang baik memiliki minimal tiga keterampilan, yaitu : (1) dapat
menahan diri untuk tidak terlalu cepat memutuskan dalam menginterpretasikan
satu peristiwa; (2) dapat menciptakan suasana yang menakutkan guru atau siswa;
dan (3) menguasai berbagai teknik untuk menemukan peristiwa atau interaksi yang
tepat untuk direkam, serta alat/ instrumen perekam yang efektif untuk episode
tertentu.
5. Balikan (Feedback)
Hasil
observasi dapat dimanfaatkan jika ada balikan yang tepat, yang disajikan dengan
memperhatikan hal- hal berikut:
a.
Diberikan
segera setelah pengamatan, dalam bentuk diskusi
b.
Balikan
diberikan berdasarkan data faktual yang direkam secara cermat dan sistematis.
c.
Data
diinterpretasikan sesuai dengan kriteria yang sudah disepakati sebelumnya.
d.
Guru
yang diamati diberi kesempatan pertama untuk menafsirkan data.
e.
Diskusi
mengarah kepada perkembangan strategi untuk membangun apa yang telah
dipelajari.
Dilihat
dari cara melakukannya, observasi dapat dibedakan sebagai berikut:
1.
Observasi
Terbuka
Dalam
observasi terbuka, pengamat tidak menggunakan lembar observasi, melainkan hanya
menggunakan kertas kosong untuk merekam pelajaran yang diamati.
2.
Observasi
Terfokus
Observasi
terfokus secara khusus ditujukan untuk mengamati aspek- aspek tertentu dari
pembelajaran. Misalnya, yang diamati kesempatan bagi siswa untuk
berpartisipasi, dampak penguatan bagi siswa, atau jenis pertanyaan yang
diajukan guru.
3.
Observasi
Terstruktur
Observasi
terstruktur menggunakan instrumen observasi yang terstruktur dan siap pakai,
sehingga pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda (V) pada tempat yang
disediakan.
4.
Observasi
Sistematik
Observasi
sitematik lebih rinci dari observasi terstruktur dalam kategori data yang
diamati. Misalnya dalam pemberian penguatan, data dikategorikan menjadi
penguatan verbal dan nonverbal.
b.
Tujuan/
sasaran observasi
Secara
umum, observasi bertujuan untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk
menjawab masalah tertentu. Dalam penelitian formal, observasi bertujuan untuk
mengumpulkan data yang valid dan reliabel (sahih dan handal). Data ini kemudian
akan diolah untuk menjawab berbagai pertanyaan penelitian atau menguji
hipotesis. Yang menjadi sasaran observasi dalam PTK adalah proses dan hasil
atau dampak pembelajaran yang direncanakan sebagai tindakan perbaikan. Proses
dan dampak yang teramatai diinterpretasikan, selanjutnya digunakan untuk untuk
menata kembali langkah- langkah perbaikan.
c. Prosedur observasi
Pada
dasarnya, prosedur atau langkah- langkah observasi terdiri dari tiga tahap,
yaitu: pertemuan pendahuluan, observasi dan diskusi balikan. Ketiga tahap ini
sering disebut siklus pengamatan, yang populer dipakai dalam supervisi klinis.
1.
Pertemuan
Pendahuluan
Dilakukan
sebelum observasi berlangsung. Tujuannya adalah untuk menyepakati berbagai hal
yang berkaitan dengan pelajaran yang akan diamati dan observasi yang akan
dilakukan. Langkah- langkah dan konteks pembelajaran, fokus observasi, kriteria
observasi, lama pengamatan, cara pengamatan, dan sebagainya dapat disepakati
dapat disepakati pada pertemuan pendahuluan ini.
2. Pelaksanaan Observasi
Observasi
dilakukan terhadap proses dan hasil tindakan perbaikan, yang tentu saja
terfokus pada perilaku mengajar guru, perilaku belajar siswa, dan interaksi
antara guru dan siswa. Pengamat merekam/ menginterpretasikan data sesuai dengan
kesepakatan dan berusaha menciptakan suasana yang mendukung berlangsungnya proses
perbaikan.
3. Diskusi Balikan
Pertemuan
balikan dilakukan segera setelah tindakan perbaikan yang diamati berakhir.
Dalam pertemuan ini, guru dan pengamat berbagi informasi yang dikumpulkan
selama pengamatan, mendiskusikan/menginterpretasikan informasi tersebut, serta
mengambil tindakan lebih lanjut jika diperlukan.
Agar ketiga
tahap observasi ini dapat berlangsung secara efektif, maka perlu memperhatikan
beberapa prinsip berikut ini, yang
berkali-kali ditekankan oleh Hopkins (1993):
Pertama: hubungan antara
guru dan pengamat dapat berlangsung dalam iklim yang menyenangkan dan saling
membantu. Kedua: fokus kegiatan
pengamatan haruslah pada usaha perbaikan pembelajaran dan mendorong
keberhasilan strategi yang diterapkan, bukan pada kegagalan atau kritik teerhadap
kepribadian atau perilaku guru yang dianggap tidak sesuai. Ketiga: proses didasarkan pada pengumpulan dan pemanfaatan data
obsevasi, bukan pada keputusan atau pertimbangan yang tidak terkait dengan
sasaran observasi. Keempat: guru
hendaknya didorong untuk menarik kesimpulan tentnang pembelajaran yang
dikelolanya dari data yang dikumpulkan dan jika perlu membuat hipotesis yang
dapat diuji pada pembelajaran yang akan datang. Kelima: setaiap tahap dari
tiga tahap observasi merupakan proses yang berlanjut dan yangsatu selalu
bertumpu pada yang lain. Terakhir:
guru dan pengamat bersama-sama terlibat dalam proses pertumbuhan profesional
yang saling menguntungkan. Kemampuan mengajar dan keterampilan mengobservasi
akan meningkat dengan melaksanakan ketiga tahap observasi secara benar.
- Catatan
Harian, Rekaman, Angket, dan Wawancara
Disamping data
yang dikumpulkan dengan observasi, masih banyak data pembelajaran yang dapat
dikumpulkan dengan berbagai teknik lain, seperti catatan harian guru, catatan
harian siswa, rekaman denga tape recorder,
angket, wawancara, dan berbagai dokumen yang terkait dengan siswa. Catatan
harian guru yang sering disebut field
note, dibuatoleh guru segera setelah pembelajaran selesai. Guru dapat
mencatat peristiwa-peristiwa penting dalam pembelajaran, seperti partisipasi
siswa yang dianggap istimewa, reaksi guru yang menimbulkan berbagai resppons
dari siswa yang dianggap istimewa, atau kesalahan yang dibuat oleh siswa karena
guru membuat kekeliruan. Catatan ini
akan sangat berharga bagi guru karena merupakan hasil observasi, reaksi, dan
refleksi guru terhadap pembelajaran yang dikelolanya. Disamping itu, catatan
harian guru dapat merupakan rekaman perkembangan guru dalam melaksanakan tugas
sebagai guru. Perhatikan contoh catatan harian guru berikut ini:
|
Catatan harian
siswa merupakan catatan harian yang dibuat oleh siswa secara bebas tentang
pelajaran tertentu. Catatan ini dapat berisi segala pendapat, reaksi, atau
bahkan mungkin saran siswa tentang pembelajaranyang dihayatinya. Guru dapat
meminta siswa mengumpulkan catatan harian tersebut sewaktu-waktu tertentu,
sehingga guru dapat memanfaatkannya dalam memperbaiki pembelajara.
Rekaman dengan tape recorder merupakan salah satu cara
untuk mendapatkan data penting yang berkaitan denga interaksi di dalam kelas.
Misalnya, untuk mendapatkan data tentang kualitas pertanyaan atau respon siswa
dalam diskusi, teknik rekaman merupakan teknik yang cukup efektif, meskipun
untuk mengubahnya ke dalam transkip memerlukan waktu ynang cukup banyak. Angket
atau kuesioner dapat digunakan menjaring pendapat siswa tentang pembelajaran,
asal dibuat secara sederhana dan juga memuat pertanyaan yang direspons secara bebas(terbuka)
oleh siswa.
|
Wawancara dapat dilakukan untuk mengungkap pendapat
siswa tentang pemebelajarn. Dalam hal ini, wawancara dapat terjadi anatara guru
dan siswa, pengamat dan siswa, serta siswa dan siswa, sedangkan wawancara
antara pengamat dan guru terjadi pada tahap pertemuan pendahuluan dan diskusi
balikan. Agar wawancara dapat berlangsung efektif, suasana yang kondusif harus diciptakan terlebih dahulu. Terakhir,
bukti-bukti berupa dokumen, seperti hasil belajar siswa, yang dapat berupa
tugas, hasil latihan, atau ulangan dapat dimanfaatkan sebadai data yang dapat
memberi informasi tentang kualitas perbaikan.
- Analisis
Data Dan Refleksi
- Analisis
Data
Salah satu ciri
guru yang profesional adalah mampu mengambil keputusan, baik sebelum, selama,
maupun setelah pembelajaran berlangsung. Keputusan yang yang diambil didasarkan
pada berbagai pertimbangan yang berasal dari berbagai sumber. Dalam kaitan
denga PTK, sumber pertimbangan tersebut adalah data yang dikumpulkan baik
memalui observasi maupun dengan teknik lain. Agar data tersebut bermakna
sebagai dasar untuk mengambil keutusan, data tersebut harus dianalisis atau
diberi makna.
Analisis data
pada tahap ini agak berbeda dengan interpretasi yang dilakukan pada tahap
observasi. Jika interpretasi dilakukan pada setiap saatobservasi dan pada
pertemuan atau diskusi balikan, maka analisis data dilakukan setelah satu paket
perbaikan setelah diimplementasikan secara keseluruhan. Misalnya, jika
perbaikan ini direncanakan untuk enam kali pemberlajaran, maka analisis data
dilakukan setelah keenam pembelajaran tuntas dilaksanakan. Dengan demikian,
pada setiap pembelajaran akan terjadi interpretasi yang dimanfaatkan untuk
melakukan penyesuaian, dan pada akhir paket perbaikan diadakan analisis data
secara keseluruhan untuk menghasilkan informasi yang dapat menjawab hipotesis
perbaikan yang dirancang guru.
Analisis data dapat dilakukan secara bertahap,
pertama dengan menyeleksi dan mengelompokkan, kedua dengan memaparkan atau
mendeskripsikan data, dan terakhir menyimpulkan atau memberi makna. Pada tahap
pertama, data diseleksi, difokuskan, jika perlu ada yang direduksi karena itu
tahap ini sering disebut sebagai reduksi
data. Kemudian data diorganisasikan sesuai dengan hipotesis atau pertany aan
penelitaian yang ingin dicari jawabannya. Tahap kedua, data yang sudah
terorganisir ini dideskripsikan sehingga bermakna, baik dalam bentuk narasi,
grafik, maupun tabel. Akhirnya, berdasarkan paparan atau deskripsi yang telah
dibuat ditarik kesimpulan dalam bentuk pertanyaan atau formula singkat.
- Refleksi
Refleksi dilakukan melalui analisis
dan sintesis, serta induksi dan deduksi. Analisa dilakukan dengan merenungkan
kembali secara intensif kejadian-kejadian atau peristiwa yang menyebabkan
munculnya sesuatu yang diharapkan atau tidak diharapakan. Misalnya, dalam
paparan data tercantum bahwa terdapat tiga kali interaksi yang sangat seru
antar siswa. Guru mencoba mengingatkan kembali apa yang memicu terjadinya
interaksi yang seru tersebut. Dari hasil refleksi guru menemukan bahwa
interaksi tersebut berawal dari pertanyaan guru yang menentang siswa untuk
berpikir menemukan cara untuk mengantisipasi datangnya bencana alam. Pertanyaan
itu ditanggapi oleh seorang siswa, kemudian guru meminta tanggapan dari siswa
lain. Akhirnya tanpa diminta, siswa lain menanggapi pendapat temannya. Guru
mencoba mensintesiskan kejadian tersebut, dan sampai pada kesimpulan bahwa
jenis pertanyaan dan teknik memindahklan giliran dapat meningkatkan partisipasi
siswa. Berdasarkan renungan tersebut, guru berencana akan menggunakan teknik
memindahkan giliran secara teratur. Namun, guru juga menyadari, interaksi yang
sangat seru tersebut mengundang munculnya iklim yang kurang sehat karena siswa
secara bebas menanggapi pendapat temannya, sehingga ada yang menyinggung
perasaan. Guru kembali mengingatkan mengapa hal tersebut sampai terjadi. Dari hasil
renungan tersebut guru menyadari bahwa ia tidak pernah memberi aturan sebelum
diskusi dimulai. Ia juga sadar bahwa ia membiarkan saja para siswa berbicara
tanpa kendali, sehingga suasana yang mengarah ke aiklim yang tidak sehat
tersebut itu terjadi. Oleh karena itu, untuk menghindari hal tersebut pada
pembelajaran yang akan datang, guru merencanakan akan menyampaikan aturan
diskusi pada awal pelajaran dan mencoba mengendalikan diskusi secara lebih
sistematis.
C. Perencanaan Tindak Lanjut
Sebagaiamana
sudah tersirat dalam tahap analisis data dan refleksi, hasil atua kesimpulan
yang didapat pada analisis data setelah melakukan refleksi digunakan untuk
membuat rencana tidak lanjut. Jika ternyata tindakan perbaikan belum berhasil
menjawab masalah yang menjadi kerisauhan guru, maka hasil analisis data dan
refleksi digunakan untuk merencanakan kembali tindakan perbaikan, bahkan bila
perlu dibuat rencana baru. Jika ini terjadi maka akan terdapat siklus 2 PTK
yang langkah-langkahnya tetap sama, yaitu perumusan masalah, perencanaan
tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dna interpretasi, serta analisa data
dan refleksi. Siklus ini akan berulang kembali jika pada siklus 2, tindakan
perbaikan masih belum berhasil menjawab masalah yang menajdi kerisauhan guru, atau
dengan perkataan lain perbaikan belum terjadi sesuai dengan yang ditargetkan.
Siklus PTK akan berakhir, jika perbaikan sudah berhasil dilakukan. Perlu
dicatat bahwa satu siklus PTK dapat terjadi pada satu atau lebih pertemuan.
Lebih-lebih untuk tujuan perbaikan yang membutuhkan waktu cukup lama, seperti
meningkatkan kemampuan menulis, maka satu siklus PTK dapat terdiri dari
beberapa pertemuan.
II.
MERANCANG PENELITIAN TINDAKAN KELAS
- Langkah-Langkah
Perencanaan Penetilian Tindakan Kelas
A. Langkah-langkah untuk menemukan dan
merumuskan masalah
Menemukan masalah merupakan hal yang
gampang-gampang susah. Ada orang yang sangat tanggap terhadap masalah yang
dihadapinya, namun tidak sedikit yang tidak sadar bahwa ia sedang menghadapi
masalah. Sebagai guru seharusnya mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap
masalah, khususnya yang berkaitan dengan pembelajaran yang menjadi
tanggungjawab seorang guru. Guru yang tidak menyadari masalah yang terjadi di
dalam kelasnya tentu harus dibantu agar dia sadar bahwa ia mempunyai masalah.
Masalah yang dibiarkan berlarut-larut akan sulit mengatasinya karena sudah
dianggap bukan masalah.
Untuk dapat membuat perencanaan PTK
yang baik harus kembali kepada masalah yang dihadapi sehari-hari dalam
melaksanakan tindak pembelajaran. Masalah merupakan titik berangkat dalam
melaksanakan PTK. Oleh karena itu, dalam merencanakan PTK, langkah awal yang
harus ditempuh adalah mengidentifikasi masalah dalam pembelajaran sehari-hari..
beberapa contoh masalah yang mungkin dihadapi sehari-hari antara lain seperti
berikut.
1. Dalam Interaksi Pembelajaran
a) Siswa kurang aktif dalam diskusi kelas
b) Bila diberikan pertanyaan, siswa mau
mengangkat tangan untuk menjawab
c) Jika ada yang teroaksa menjawab,
jawabannya sering menyimpang
d) Sebagian besar jawaban siswa tidak benar
e) Respon siswa terhdap pendapat siswa
lainnya sangat kurang
f) Pemahaman siswa terhadap pelajaran
rendah
2. Berkaitan dengan Prestasi Belajar
a) Niali yang dicapai siswa dalam mata
pelajaran kurang memuaskan
b) Siswa pintar sering mendapat nilai
rendah bila diberikan ujian objektif
c) Siswa kurang mampu menerapkan rumus
matematika
3. Disiplin Belajar
a) Beberapa siswa tidak mengerjakan tugas
rumah
b) Siswa tidak memperhatikan pelajaran
c) Selama pelajaran berlangsung, banyak
siswa yang mengantuk
d) Siswa banyak yang saling mencontoh
ketika diberikan tugas di kelas
1.
Identifikasi masalah
Masalah yang
dipilih harus benar-benar masalah pembelajaran dapat diatasi PTK. Identifikasi
dapat dilakukan dengan mengkaji hasil belajar siswa, mengingat kembali proses
pembelajaran, melihat catatan harian yang dibuat pada akhir pelajaran.
Dalam
mengidentifikasi masalah harus memfokuskan masalah tersebut pada aspek
tertentu, misalnya akan memfokuskan masalah pada keadaan ssekolah, manajemen
sekolah, proses pembelajaran, metode, disiplin keals dan sebagainya. Dalam
kaitan dengan PTK, dalam kegiatan belajar ini, masalah akan kita fokuskan pada
proses pembelajaran, karena aspek ini meripakan aspek yang strategis dan
merupakan kunci keberhasilan pendidikan.
Untuk
mengidentifikasi masalah, perlu melakukan diagnosis secara umum tentang proses
pembelajaran yang dikelola. Diagnosis dilakukan secara kontinu, dari proses ke
proses. Jika masalah sudah ditemukan maka gunakan kriteria berikut untuk
menguji apakah masalah yang ditemukan layak untuk diatasi melalui PTK
(Abimanyu, Tim Pelatih Proyek PGSM,1999)
- Jangan
memilih masalah yang tidak dikuasai
- Ambillah
topic yang skalanya kecil dan relative terbatas
- Pilih
masalah yang dirasakan paling penting bagi guru dan siswa
- Usahakan
dapat dikerjakan secara kolaboratif
- Kaitkan
masalah PTK dengan prioritas rencana pengembangan sekolah
Berdasarkan kriteria tersebut, Anda pasti sudah
menemukan masalah yang memenuhi persyaratan untuk ditangani melalui PTK.
Umpamanya saja Anda telah menemukan masalah seperti berikut.
Contoh
3.1
Anda merasa bingung karena nilai
ualangan siswa Anda pada pelajaran IPS (pada mata pelajaran yang Anda ajarkan)
selalu rendah, rata-rata kurang dari 40. Ini hamper setiap kali ulangan.
Apabila Anda mengajukan pertanyaan, siswa tampak ragu-ragu dan bingung dank
alai menjawab tidak sesuai dengan keinginan Anda.
Contoh 3.2
Ketika Pak Diki menjelaskan
sifat-sifat benda dalam pelajaran IPA di kelas III SD, siswa banyak yang
mengantuk dan tidak ada perhatian pada penjelasan guru. Kemudian, ketika guru
bertanya apakah siswa sudah mengerti, tidak seorangpun siswa yang menjawab.
Keadaan seperti ini telah terjadi berulang kali, hampir pada setia pelajaran
IPA. Akibatnya, pada setiap ulangan, skor yang diperoleh siswa selalu rendah.
Contoh
3.3
Pak Muhana, guru Bahasa Indonesia di
SMA II, menjadi bingung karena hampir 70% (27 orang dari 40 siswa) tidak mampu
menggunakan bahasa Indonesia tulis dalam mengungkapkan pikirannya. Selama
setengah semester karangan para siswa banyak yang tidak dapat dipahami karena
struktur kalimat dan pilihan kata yang kurang tepat, disamping penguasaan ejaan
yang masih parah.
Contoh
3.4
Ibu
Siti, guru Matematika di SMP 28, sudah lama merasa menghadapi masalah karena
siswa tidak tertarik pada pelajaran dan menganggap pelajaran Matematika paling
sukar. Setiap masuk kelas, banyak siswa di kelas tersebut yang tidak hadir
dengan alasan yang tidak masuk akal.
2.
Menganalisis Masalah
Contoh
masalah di atas dapat dijadikan sebagai titik tolak untuk melakukan analisis.
Analisis ini penting untuk memperoleh jawaban apa yang menyebabkan terjadinya
masalah tersebut, serta apakah masalah tersebut benar-benar memerlukan PTK
untuk mengatasinya. Selain itu, apakah masalah ini sangat mendasar dan
menimbulkan masalah lainnya apabila tidak segera diatasi. Untuk melakukan
analisis terhadap suatu masalah, ada berbagai cara yang dapat dilakukan.
Pertama, merenungkan kembali masalah
tersebut, dengan cara mengajukan pertanyaan yang harus dijawab sendiri.
Renungan dengan tujuan untuk melihat kepada diri kita sendiri disebut
intropeksi. Dalam melakukan intropeksi, ajukan pertanyaan berikut pada diri
sendiri.
a) Apakah dlam menjelaskan materi, saya
menggunakan masalah yang cukupp jelas?
b) Apakah saya menggunakan istilah-istilah
yang sulit dimengerti siswa?
c) Apakah dalam menjelaskan, saya
menggunkan contoh yang cukup?
d) Apakah dalam menjelaskan, saya
menggunakan alat bantu?
e) Apakah saya memberitahukan waktu ulangan
kepada siswa?
f) Apakah siswa mendapat kesempatan untuk
bertanya?
g) Apakah ada siswa yang meminta penjelasan
ulang?
h) Apakah saya memberikan latihan penerapan konsep
setelah penjelasan selesai? Apakah saya selalu memeriksa pekerjaan/latihan
siswa dan memberi balikan/masukan untuk perbaikan?
Itulah beberapa pertanyaan
yang harus Anda jawab sendiri, dengan cara merefleksi,
merenungkan
kembali proses pembelajaran yang Anda lakukan. Anda dapat menambahkan
pertanyaan tersebut sesuai dengan masalah yang penyebabnya ingin Anda gali.
Kedua,
Anda juga dapat bertanya kepada siswa Anda, apa yang terjadi sehinga nilai
ulangan mereka selalu rendah, atau mengapa mereka tidak tertarik pada pelajaran
tersebut? Anda dapat bertanya langsung kepada siswa, baik dengan wawancara
maupun dengan menggunakan kuesioner. Wawancara mungkin akan lebih efisien dan
efektif jika dibandingkan dengan kuesioner, karena kuesioner memerlukan pers
iapan yang lama, serta perlu dilakukan pengolahan dat ayang juga memerlukan
waktu yang cukup panjang. Sedangkan dengan wawancara Anda dapat langsung
bertanya kepada siswa. Beberapa contohp ertanyaan yang dapat Anda ajukan adalah
sebagai berikut.
a) Mengapa nilai ulanganmu kurang bagus?
b) Apakah kamu mengerti apa yang dijelaskan
oleh guru?
c) Apa yang sukar ditangkap dari penjelasan
guru?
d) Apakah cara guru menjelaskan kurang
menarik?
e) Apakah kamu memiliki buku sumber?
f) Apakah kamu mencatat penjelasan guru?
g) Mengapa kamu tidak bertanya, ketika
diberi kesempatan bertanya?
h) Apakah soalnya sulit?
i)
Apakah
materi yang diujikan pernah dijelaskan guru?
j)
Apakah
kamu merasa tidak nyaman ketika guru menjelaskan?
Cara ketiga, Anda dapat menelaah berbagai dokumen yang berkaitan dengan
hasil belajar siswa. Misalnya, Anda dapat menelaah tugas/pekerjaan rumah yang
dikerjakan oleh siwa, menelaah hasil ulangan mereka atau melihat ulang
tugas/soal yang Anda berikan.
Beberapa pertanyaan yang dapat Anda
ajukan dalam menelaah dokumen ini antara lain sebagai berikut.
a) Apakah PR yang saya berikan kepada siswa
dipersiapkan dengan baik sesuai kebutuhan siswa?
b) Apakah PR yang saya berikan merupakan
tindak lanjut dari konsep yang sedang dikaji, atau bermanfaat untuk memantapkan
pemahaman siswa?
c) Apakah saya selalu memeriksa ulangan
atau PR yang saya berikan?
d) Apakah saya memberikan balikan atau
saran-saran kepada siswa tentang PR tersebut?
e) Apakah PR atau ulangan selalu saya
kembalikan?
f) Apakah tugas atau soal yang saya berikan
sesuai dengan kemampuan siswa?
Sekarang
mari kita analisis masalah di atas satu persatu, agar kita mempunyai gambaran
yang jelas cara mengungkapkan penyebab dari satu masalah pembelajaran.
Contoh
3.5
Misalnya
terdapat sejumlah penyebab rendahnya nilai IPS para siswa.
a) Penjelasan guru terlalu cepat
b) Kurang diberikan contoh konkret yang
mudah dipahami siswa.
c) Guru terlalu banyak ceramah dan asyik
sendiri
d) Guru tidak memberikan kesempatan
bertanya kepada siswa
e) Jika siswa tidak bisa menjawab
pertanyaan guru, guru tidak memberikan tuntunan tetapi melanjutkan pelajaran
f) Guru tidak pernah memberikan tugas yang
ada pada buku sumber
g) Siswa tidak mempunyai buku sumber
h) Siswa tidak pernah mencatat selama
mendengarkan penjelasan guru
Conoh 3.6
Dengan cara yang sama, mari kita
coba mencari penyebab masalah pada Contoh 3.6. Hasil refleksi guru dan
dialognya dengan siswa menunjukkan bahwa siswa sering mengantuk dalam pelajaran
IPA.
a) Guru tidak menggunakan alat peraga
sehingga pelajaran menjadi tidak menarik
b) Selama menjelaskan guru tidak pernah
bertanya
c) Penjelasan guru terlalu abstrak dan
cepat
d) Bahasa yang digunakan guru terlampau
sukar
e) Siswa sukar menangkap penjelasan guru
Itulah beberapa contoh dari akar
masalah yang dapat kita temukan setelah melalui jalan panjang untuk
menyimpulkan bahwa itulah akar masalah yang sebenarnya terjadi dalam proses
pembelajaran. Contoh tersebut hanya sekelumit saja dari masalah pembelajaran
lainnya. Selain itu, rumusan masalah
tersebut sebagian besar bertitik tolak dari kekurangan guru. Namun, di samping
maslah yang berasal dari guru, mungkin saja hasil refleksi/renungan Anda sampai
pada kesimpulan bahwa penyebab rendahnya nilai siswa dalam IPS dan pelajaran
lain bukan hanya bersumber dari kekurangan guru, tetapi juga dari faktor lain.
Sehubungan dengan itu, akar masalah dapat beraneka ragam, baik yang berasal
dari kekurangan guru, kondisi siswa, bahkan mungkin kondisi kelas/lingkungan.
Namun semua penyebab tersebut hendaknya dapat diungkap melalui tga cara yang
telah kita bahas di depan. Coba Anda simak penyebab/akar masalah yang merupakan
gabungan dari masalah yang bersumber dari guru dan dari siswa berikut ini.
Penjelasan guru
pada pelajaran IPS tidak jelas dan sullit ditangkap oleh siswa karena tidak
diberikan contoh konkret, guru tidak memberikan kesempatan bertanya, tidak
mengajukan pertanyaan, dan menggunakan istilah asing yang tidak diberi
penjelasan. Selain itu siswa juga tidak mencatat materi yang diterangkan guru,
padahal mereka tidak mempunyai buku sumber. Oleh karena itu pada setiap saat
akan menghadapi ujian siswa selalu tidak siap karena tidak dapat belajar dengan
baik sehingga nilainya rendah.
Akar atau penyebab masalah merupakan
titik tolak dari tindakan perbaikan yang akan dilakukan guru. Jika penyebab ini
tidak ditemukan secara tepat, maka tindakan perbaikan pun tidak akan
berhasil. Hal ini tidak berbeda dengan
dokter yang mendiagnosis pasiennya untuk menemukan penyebab keluhan yang
diderita oleh pasien. Jika penyebab tersebut ditemukan dengan tepat,
kemungkinan obat yang diberikan akan manju. Sebaliknya jika hasil diagnosis
penyebab tersebut keliru, maka obat yang diberikan tidak sesuai, bahkan mungkin
menimbulkan penyakit baru.
3. Merumuskan Masalah
Setelah melakukan analisis masalah
dan menemukan masalah dan menemukan penyebab atau akar masalah, tiba saatnya
kita merumuskan masalah pembelajaran yang kita hadapi, dalam bentuk masalah
penelitian. Dalam hal ini perlu kita cermati bahwa masalah yang akan dirumuskan
tersebut merupakan masalah yang akan dicari jawabannya melalui penelitian
tindakan kelas. Oleh karena itu, rumusan masalah haruslah memandu guru untuk
melakukan tindakan perbaikan. Dengan perkataan lain, rumusan masalah sudah
menyiratkan apa yang akan dilakukan oleh guru untuk mengatasi masalah tersebut.
Sehubungan dengan itu, rumusan masalah selalu dibuat dalam bentuk kalimat tanya
serta mengandung aspek yang akan diperbaiki dan upaya memperbaikinya. Dengan
berpedoman pada ketentuan tersebut, mari kita rumuskan maslah pada Contoh 1.
Bagaimana cara membuat penjelasan
menjadi lebih mudah dipahami, mengaktifkan siswa dan menggunakan alat peraga,
sehingga mampu meningkatkan prestasi siswa dalam pelajaran IPS?
Dari rumusan tersebut Anda dapat
melihat bahwa dalam rumusan masalah terkandung tujuan perbaikan (meningkatkan
presatasi siswa dalam pelajaran IPS) dan cara perbaikan yang akan ditempuh
(membuat penjelasan lebih mudah dipahami, mengaktifkan siswa dan menggunakan
alat peraga). Ini semua tentu terkait dengan penyebab munculnya masalah yang
merupakan hasil dari analisis masalah. Setelah mencermati contoh tersebut,
sekarang mari kita coba menganalisis dan merumuskan masalah dalam Contoh , yang
berbunyi sebagai berikut.
Ketika guru menjelaskan sifat-sifat benda
dalampembelajaran IPA di kelas III SD, siswa banyak yang mengantuk dan tidak
ada perhatian pada penjelasan guru. Ketika guru bertanya apakah siswa sudah
mengerti, tidak seorang pun siswa yang menjawab. Keadaan seperti ini telah
terjadi berulang kali, hampir pada setiap pelajaran IPA, dan setiap ulangan,
hanya sekitar lima dari 30 orang siswa yang menjawab dengan benar.
B. MENGEMBANGKAN
ALTERNATIF TINDAKAN
Setelah merumuskan masalah, selanjutnya yaitu
memikirkan bagaimana cara mengatasi masalah tersebut. Dengan kata lain, mencoba
mencari jawaban sementara dari masalah itu. Jawabana sementara itu disebut
sebagai hipotesis, dalam hal ini hipotesis tindakan. Untuk menemukan hpotesis
ini, dapat mengembangkan berbagai altenatif tindakan.
Dalam
mengembangkan alternative tindakan, kita dapat melakukan hal-hal berikut:
1. Mengkaji bernagai teori dan hasil
penelitian yang terkait dengan masalah yang kita hadapi.
2. Berdiskusi dengan teman sejawat dan
pakar bidang ilmu yang relevan.
3. Mengingat kembali pengalaman kita dalam
menangani masalah.
Setelah melakukan hal tersebut, kita dapat
mengembangkan alternative tindakan yang akan diterapkan untuk mengatasi masalah
yang kita hadapi. Mari kita kembangkan alternatif untuk setiap masalah yang
telah dirumuskan.
Masalah 1:
Bagaimana cara membuat penjelasan
lebih mudah dipahami, mengaktifkan siswa, dan menggunakan alat peraga, sehingga
mampu meningkatkan prestasi siswa dalam IPS?
Berdasarkan rumusan masalah 1 tersebut, dapat
diformulasikan suatu hipotesis tindakan. Hipotesis tindakan adalah suatu
perkiraan tentang tindakan yang diduga dapat mengatasi permasalahan tersebut.
Tindakan dilakukan dengan cara mengintervensi kegiatan agar dapat memperbaiki
proses pembelajaran. Artinya mengubah kegiatan atau tindakan yang biasa
dilakukan dengan tindakan yang diduga dapat memperbaiki keadaan. Dengan mengkaji
berbagai teori, berdiskusi dengan teman sejawat dan pakar, serta mengingat
pengalaman yang berkaitan dengan keterampilan menjelaskan, mengaktifkan siswa,
dan menggunakan alat peraga, kita dapat mengembangkan alternative tindakan.
Misalnya dari teori tentang keterampilan menjelaskan kita tahu bahwa
menjelaskan akan menjadi lebih efektif, jika guru: (1) menggunakan bahasa yang
lugas, ucapan yang jelas, kata atau istilah yang dapat dipahami siswa, (2)
menggunakan contoh dan ilustrasi, serta (3)memberikan tekanan pada kata atau
istilah kunci. Dari pendekatan belajar aktif, kita tahu bahwa keterlibatan
optimal siswa akan terjadi jika siswa diberi kesempatan untuk bertanya,
berdiskusi, mengemukakan pendapat, meragakan
sesuatu penguasaan, dan sebagainya. Akhirnya, dari teori menggunakan
media atau alat peraga kita tahu bahwa: (1) alat peraga yang digunakan harus
sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang ingin dicapai, materi yang dikaji,
serta karakteristik siswa. Dengan
mengacu kepada teori-teori tersebut, dan pengalaman kita selama
mengajar, kita dapat menyusun alternative tindakan sebagai berikut:
Hipotesis/ Alternatif Tindakan 1:
Apabila
dalam menjelaskan materi pelajaran IPS, guru menerangkannya desertai dengan
memberikan contoh-contoh konkret, menggunakan alat peraga yang sesuai, tidak
menggunakan kata-kata asing yang sulit dipahami siswa, serta memberi kesempatan
bertanya dan berdiskusi kepada siswa, maka pemahaman siswa akan meningkat.
Hipotesis
atau alternative tindakan 1 ini menyiratkan bahwa pemahaman siswa dalam IPS
akan meningkat jika guru menerapkan keterampilan menjelaskan, yaitu mengunakan
bahasa yang lugas tanpa kata-kata asing yang sulit, menggunakan contoh dan alat
peraga, serta memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan berdiskusi.
Jika guru melakukan itu. Di asumsikan murid akan tertarik pada pelajran IPS,
keaktifan siswa akan meningkat, yang akhirnya diharapkan pemahaman siswa akan
meningkat pula.
Alternative lain
untuk membuat penjelasan mudah dipahami dan meningkatkan keaktifan siswa
adalah: meningkatkan topik yang baru dengan pengalaman siswa, meminta siswa
mencari contoh-contoh dari pengalamanya sendiri, dan meminta siswa bekerja
kelompok untuk mengidentifikasi masalah dan mencari alternatif pemecahanya.
Kedua alternative ini sesuai dengan teori belajar bermakna yang dikemukakan
oleh Ausubel. Dengan menerangkan teori ini, kita dapat menyusun hipotesis
alternative tindakan 2, sebagai berikut.
Hipotesis
Tindakan 2:
Apabila
guru menggunakan kata-kata asing dan menerjemahkannya dalam bahasa Indonesia,
disertai contoh-contoh konkret, yang bila perlu menggunakan alat peraga,
kemudian siswa diberi tugas mencari contoh lain dari lingkunganya sendiri dan
mendiskusikan masalah dalam kelompok, maka pemehaman siswa siswa akan meningkat.
Jika
dikaji secara cermat, kedua alternative ini tindakan tersebut hanya berbeda
dalam penggunaan kata-kata asing, serta jenis kegiatan untuk mengaktifkan
siswa. Kedua alternatif tersebut diasumsikan akan mampu meningkatkan prestasi
siswa, jika dikerjakan dengan benar. Dalam menentukan tindakan, guru dapat
memilih salah satu alternatif,l atau bahkan menggabungkannya dengan merumuskan
alternatif baru. Penggabungan ini tentu saja membuat tindakan akan semakin
membuat memberi harapan karena merupakan integrasi segi-segi positif dari dua
alternatif. Setelah menetapkan alternative tindakan, tindakan tersebut perlu
kita kaji ulang dengan mencermati apakah alternative tindakan tersebut sesuai
dengan:
a. Teori pembelajaran dan teori pendidikan,
b. Hasil penilitian yang relevan
c. Hasil diskusi dengan teman sejawat, para
pakar, dan peniliti lainnya
d. Pendapat dan saran pakar pendidikan,
serta
e. Pengalaman guru sendiri dalam melakukan
pembelajaran (tim pelatih, 1999).
Dengan demikian
hipotesis tindakan yang guru rumuskan bukan hanya sekedar jadi, tetapi lebih
melalui berbagai pertimbamgan dan kajian. Selain itu, hipotesis anda harus
terukur dan dapat dilaksanakan.
Setelah guru
merumuskan masalah 1, kita akan mengkajinya sebagai contoh. Dalam alternative
tindakan terdapat beberapa tindakan yang dilakukan guru dalam proses
pembelajaran. Guru
menjelaskan materi pelajaran dengan menggunakan contoh-contoh konkret
- Guru
tidak menggunkan istilah yang sulit dipahami siswa
- Guru
menjelaskan istilah asing secara induktif
- Guru
memberi kesempatan bertanya pada siswa
- Guru
memberikan kepada siswa untuk mendiskusikan masalah yang dibahas
Ini berarti bahwa kegiatan tersebut hampir tidak
pernah dilakukan oleh guru sebelumnya, dan usaha guru untuk meingkatkan
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Tindakan
tersebut adalah tindakan guru dalam usaha perbaikan dalam proses pembelajaran.
Semua tindakan tersebut tampaknya sesuai dengan kriteria yang ditetapkan
diatas. Oleh karena itu, sangat mungkin dilakukan oleh guru untuk memperbaiki
pembelajaran.
Bisakah saya minta daftar pustaka/literaturnya?
BalasHapus